Ilmuwan Ini Tak Sempat Melihat Kebenaran Teorinya tentang Alam Semesta Diakui Dunia karena Lebih Dulu Meninggal
Berikut adalah tiga ilmuwan yang meninggal sebelum teorinya diakui dunia.
Berikut adalah ilmuwan yang meninggal sebelum teorinya diakui dunia.
Ilmuwan Ini Tak Sempat Melihat Kebenaran Teorinya tentang Alam Semesta Diakui Dunia karena Lebih Dulu Meninggal
Biasanya para ilmuwan akan memberikan fakta tentang suatu fenomena dan pada akhirnya itu diakui selama dirinya hidup. Namun ternyata ada ilmuwan-ilmuwan yang teorinya diakui dunia belakangan. Bahkan setelah mereka tiada.
Sebagai contoh teori Helionstrisme. Secara umum, teori ini menggambarkan bahwa Matahari adalah pusat di alam semesta. Konsep ini memang sudah diakui oleh publik masa kini, tetapi siapa sangka, bahwa teori ini pernah menjadi kontroversi panjang ketika ditemukan.
Kontroversi ini juga membuat para ilmuwan yang mendukung teori ini tidak dapat menerima pengakuan saat mereka masih hidup. Malah ada yang harus rela dijebloskan penjara seumur hidup hanya menentang teori sebelumnya.
-
Siapakah Ki Ageng Suryomentaram? Walaupun terlahir dari keluarga ningrat, Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962) memilih jalan hidupnya dengan menjadi rakyat jelata.
-
Kapan tata surya terbentuk? Sejak tata surya terbentuk pada 4,6 lalu, kemudian diikuti dengan 4,59 miliar tahun selanjutnya terbentuklah planet-planet besar, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
-
Apa yang dimaksud dengan alam semesta teramati? Apa yang dapat kita lihat disebut alam semesta teramati (observable universe), yaitu wilayah yang cukup dekat sehingga cahaya dapat mencapai kita dalam waktu sekitar 14 miliar tahun sejak Big Bang.
-
Kapan Marsekal Suryadarma meninggal? Saking Lurusnya, Rumah Yang Ditempatinya Belum Lunas Saat Suryadarma Meninggal Tahun 1975.
-
Di mana Ki Ageng Suryomentaram tinggal? Salah satu lokasi yang diyakini menjadi tempat tinggal Ki Ageng Suryomentaram adalah Desa Kroyo, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
-
Dimana letak pusat alam semesta? Tidak ada tepian di alam semesta seperti kulit balon, yang menyiratkan adanya pusat. Ini bukan analogi yang sempurna, namun pemikiran bahwa alam semesta pasti ada adalah sama seperti nenek moyang kita yang berpikir bahwa sebidang tanah mereka adalah pusat bumi.
Dilansir dari berbagai sumber, terhitung ada tiga ilmuwan yang mendukung teori ini dan mereka tidak dapat menikmati pengakuannya karena terlebih dahulu meninggal.
Berikut adalah tiga ilmuwan yang tak sempat melihat teorinya jadi acuan dunia saat ini karena meninggal.
Foto: Freepik/kjpargeter
Nicolaus Copernicus
Nicolaus Copernicus adalah sosok ilmuwan yang menciptakan teori heliosentris.Ketika Copernicus hidup, hampir semua orang percaya bahwa Bumi adalah pusat dari tata surya, bukan Matahari.
Copernicus baru mempublikasikan karyanya “On the Revolutions of the Heavenly Spheres” di tahun 1543, dua bulan sebelum kematiannya.
Di dalam buku ini, dia menyatakan bahwa bukannya kepada Bumi, sebetulnya planet-planet di tata surya berorbit kepada Matahari.
Kemungkinan karena adanya catatan yang menerangkan bahwa tidak masalah jika teori Copernicus tidak benar, selama dapat membantu para astronom melakukan kalkulasi. Baru pada tahun 1616, Gereja melarang buku ini untuk beredar sepenuhnya.
Foto: Domain Publik/Commons Wikimedia.org
Johannes Kepler
Di tahun 1595, 50 tahun setelah kematian Copernicus, Kepler mempublikasikan bukunya “Mysterium Cosmographicum” yang membela teori Copernicus.
Selain membela, Kepler juga melakukan beberapa peningkatan pada teori Copernicus ini. Sebelumnya, Copernicus percaya bahwa planet-planet bergerak dalam lingkaran sempurna. Kepler, di sisi lain, percaya bahwa bukannya bulat sempurna, tetapi planet-planet mengambil bentuk elips dengan matahari berada di salah satu fokus elips tersebut.
Dia membagi teorinya ini ke dalam tiga bagian, yang dikenal kini sebagai ketiga hukum Kepler.
Peningkatan terhadap teori Copernicus oleh Kepler ini membawa pada penerimaan sistem Heliosentris secara umum. Tetapi bahkan sampai dia meninggal di tahun 1630, teori Heliosentris masihlah dilarang oleh Gereja.
Foto: Domain Publik/Commons Wikimedia.org
Galileo Galilei
Galileo Galilei merupakan ilmuwan yang dapat dibilang menelan pil pahit dari dukungannya terhadap teori Heliosentris.Ketika dia merilis menerbitkan bukunya “Dialogue Concerning the Two Chief World Systems” yang seakan mengolok-olok orang-orang yang tidak mempercayai teori Copernicus pada tahun 1632, Gereja merasa sangat tersinggung.
Hal ini disebabkan oleh pelarangan buku sekaligus teori Copernicus yang dimulai tahun 1616. Galileo pun dijatuhi hukuman sebagai tahanan rumah hingga akhir hayatnya di tahun 1642.
Foto: Domain Publik/Commons Wikimedia.org
Mulai Diakui
Baru pada tahun 1822 teori Heliosentris diakui oleh Gereja dan masyarakat diperbolehkan untuk menganutnya.
Sebelum itu, selama beberapa abad semua agama mana pun yang mengakui teori Heliosentris pun dituduh memalingkan diri dari kitab suci.
Di tahun 1700-an, banyak orang yang berkeras bahwa kedua teori, baik Ptolemaic dan Heliosentris, wajib diajarkan kepada anak-anak sekolah.
Barulah pada 1800-an, ketika para ilmuwan sudah tidak percaya pada teori Ptolemaic, hal ini berhenti diajarkan, yang memicu Gereja untuk memperbolehkan buku-buku tentang teori Heliosentris beredar secara bebas di tahun 1822.
Foto: Freepik