Pernah Jaya, Payung Geulis Ikon Tasikmalaya Terancam Punah
Payung berbahan dasar kertas ini dulu pernah menjadi primadona. Payung cantik ini mengalami masa kejayaan pada era 1955 sampai 1968. Namun, sayang kejayaan Paung Geulis kini tinggal menyisakan nama. Keberadaan si maskot Tasikmalaya ini terancam punah. Tinggal segelintir orang saja perajinnya.
Payung berwarna-warni cerah terlihatsudut Desa Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Tersusun rapi, di atas payung terdapat lukisan corak-corak bunga yang menawan. Di kecamatan ini, payung indah lahir. Sesuai dengan namanya geulis dalam Bahasa Sunda yang berati cantik, masyarakat Tasik menyebutnya dengan sebutan 'Payung Geulis'.
Payung berbahan dasar kertas ini dulu pernah menjadi primadona. Payung cantik ini mengalami masa kejayaan pada era 1955 sampai 1968. Benda ini kerap dipakai noni-noni Belanda. Mereka terlihat semakin anggun bila membawa si Payung Geulis.
-
Kapan foto Stasiun Luar Angkasa Tiangong diambil? Gambar-gambar ini diabadikan tiga orang astronot pada tanggal 30 Oktober lalu, tidak lama setelah meninggalkan pos terdepan untuk menuju Bumi setelah melakukan misi selama enam bulan.
-
Siapa yang meyakini penemuan situs Kerajaan Sriwijaya? Sean Kingsley, arkeolog maritim asal Inggris meyakini penemuan tersebut, termasuk temuan patung Buddha emas seukuran batu rubi yang bernilai jutaan dolar.
-
Kapan Tari Kecak pertama kali dikembangkan? Tarian ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1930-an.
-
Kapan Tarian Gending Sriwijaya resmi ditampilkan? Resmi Ditampilkan Setelah melewati rangkaian percobaan, Tari Gending Sriwijaya resmi dibawakan pada tanggal 2 Agustus 1945 dalam rangka menyambut pejabat Jepang dari Bukittinggi.
-
Kapan Taman Purbakala Sriwijaya diresmikan? Menghabiskan waktu pembangunan lebih kurang 4 tahun, TPKS telah diresmi beroperasi pada tahun 1990 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto.
-
Kapan Sumatra Thawalib resmi didirikan? Pada tahun 1918, nama Koperasi Pelajar berubah menjadi Sumatra Thawalib yang dicanangkan oleh Ichwan, El Yunusy, Jalaluddin Thalib, dan Inyiak Mandua Basa pada tahun 1919.
Namun, sayang kejayaan Paung Geulis kini tinggal menyisakan nama. Keberadaannya terancam punah. Tinggal segelintir orang saja yang mampu melukiskan corak di atas kertas Payung Geulis.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Dulu hampir semua warga mencari nafkah dari kerajinan Payung Geulis. Kini, hanya tinggal segelintir perajin yang masih menggelutimaskot Kota Tasikmalaya ini. Padahal, Payung Geulis adalah kebudayaan asli khas Tasikmalaya. Sebuah karya seni lukis yang menggunakan payung sebagai media lukisnya.
Di kawasan yang terletak di tengah-tengah Kota Tasikmalaya itu, para perajin melukiskan corak di atas payung. Tangannya sibuk bermain dengan cat berwarna. Ya, lukisan cantik di atas payung ini hasil coretan para perajin Mojang. Biasanya mereka menggambarkan bunga untuk menambah keindahan si Payung Geulis.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Para perajin Payung Geulis ini sebagian besar telah lanjut usia. Banyak generasi muda yang tak berminat terjun ke bidang seni lukis ini. Bisnis ini ambruk karena kalah bersaing dengan payung Jepang yang diproduksi massal. Alhasil, keturunan perajin lebih memilih profesi lain. Membuat perajin si payung cantik ini terus berkurang.
Peminat payung geulis semakin hari kian sedikit. Salah satu faktornya karena fungsi Payung Geulis yang dulu sebagai pelindung diri dari panas, kini beralih menjadi hanya untuk hiasan.Pasaran payung ini hanya di dalam negeri, seperti Bali, Jakarta, dan Bandung.
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Payung Geulis ini rangkanya terbuat dari bambu. Ujung payung terlihat rapi dengan lem kanji. Jika dibuka, rangka bagian dalam menampilkan benang warna-warni. Bagian atas payung tampil menawan dengan corak bunga-bunga berwarna cerah. Cantik sekali.
Untuk harga Payung Geulis bervariasi. Tergantung dengan ukuran kerumitan coraknya. Para perajin mematok harga mulai dari Rp 30 ribu sampai Rp 300 ribu. Cukup terjangkau bukan?
©2021 Merdeka.com/Fajar Bagas Prakoso
Terancam punah, Pemerintah Kota Tasikmalaya membuat peraturan untuk mewajibkan penggunaan Payung Geulis sebagai hiasan depan pintu di setiap hotel, perkantoran dan rumah makan yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya. Sudut kota Tasikmalaya semakin menawan dengan adanya si payung cantik.