Deretan Prajurit TNI Berdarah Campuran yang Melegenda
Sejak masa perebutan kemerdekaan hingga kini sudah merdeka, anggota TNI berasal dari berbagai macam suku bangsa. Ada juga yang memiliki darah campuran dari negara lain.
Menjadi prajurit TNI merupakan kebanggaan tersendiri bagi banyak orang. Apalagi saat menerima misi dari negara, mereka akan rela mengorbankan jiwa raganya demi Tanah Air.
Sejak masa perebutan kemerdekaan hingga kini sudah merdeka, anggota TNI berasal dari berbagai macam suku bangsa. Ada juga yang memiliki darah campuran dari negara lain.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Bagaimana kemampuan TNI AU saat itu dibandingkan dengan negara tetangga? “Negara-negara tetangga pada tahun 1962, belum memiliki pesawat tempur supersonik seperti MiG-21,” tulis Marsekal Muda (Pur) Wisnu Djajengminardo.Hal itu dimuat dalam biografinya Kesaksian Kelana Angkasa yang diterbitkan Angkasa Bandung.
-
Apa yang akan di miliki TNI AU dalam waktu dekat? Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono menyebutkan TNI AU segera memiliki pesawat nirawak baru yang akan melengkapi alat utama sistem senjata (alutsista) nasional.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Kapan Sesko TNI AU resmi didirikan? Seskoau resmi didirikan pada tanggal 1 Agustus 1963.
Meski demikian, mereka setia mengabdi kepada bangsa dan negara. Mau tahu siapa saja prajurit TNI berdarah campuran yang melegenda akibat jasanya pada ibu pertiwi? Berikut ulasannya.
Letnan Satu Pierre Tendean
Kapten Pierre Tendean merupakan anak dari A.L. Tendean berasal dari Minahasa. Ibundanya bernama Cornel M.E. yang merupakan keturunan Belanda-Perancis. Pierre salah satu pahlawan revolusi korban G30S-PKI. Ayahnya adalah seorang dokter di Jakarta, Tasikmalaya, Cisarua, Magelang dan Semarang.
©2016 merdeka.com/istimewa
Pierre menghabiskan masa mudanya di Semarang. Sejak sekolah, ia sangat ingin masuk Akademi Militer Nasinal. Namun orang tuanya menginginkan Pierre menjadi seorang dokter atau menjadi insinyur.
Karena tekatnya yang kuat, Pierre pun berhasil bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat pada 1958. Prestasi luar biasa dicurahkannya sebagai anggota militer. Hingga menerima tugas pertama sebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan.
Kemudian Pierre dikirim ke garis depan, massa konfrontasi dengan Malaysia. Masa itu dikenal dengan istilah 'dwikora', di mana ia memimpin kelompok sukarelawan di berbagai titik di Tanah Air.
Sejak itulah, Pierre dipromosikan menjadi Letnan Satu/ Lettu dan pengawal pribadi Jendral Abdul Haris Nasution.
Laksamana Muda TNI John Lie Tjeng Tjoan
Foto: John Lei. YouTube @OBROLAN PANAS ©2020 Merdeka.com
Perwira TNI berdarah campuran yang melegenda selanjutnya ialah Laksamana Muda John Lie Tjeng Tjoan. Seorang perwira tinggi di TNI AL dari etnis Tionghoa dan termasuk Pahlawan Nasional Indonesia.
John Lie lahir dari keluarga pengusaha pada 19 Maret 1911 di Manado. Memiliki minat besar di dunia pelayaran, Lie lantas bergabung di Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), maskapai pelayaran Belanda.
Saat Indonesia merdeka, Lie memutuskan untuk keluar dari KPM dan bergabung di Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Tak berhenti di situ, Lie ikut berjuang melawan Belanda di tahun 1947 dan 1948. Kala itu, Belanda melakukan agresi militeru untuk merebut beberapa wilayah Indonesia kembali.
Tujuannya agar Indonesia bisa mati perlahan karena tidak ada kontak dengan pihak luar sembari ditekan terus oleh Belanda.
John Lie dengan berani menembus blokade Belanda menggunakan kapal bernama The Outlaw. Melintasi Selat Malaka bersama anak buah membawa hasil bumi dan teh untuk ditukar senjata dengan Singapura, secara diam-diam.
Foto: John Lei. YouTube @OBROLAN PANAS ©2020 Merdeka.com
Lei kemudian berlayar saat tengah malam, tanpa penerangan, supaya tidak diketahui oleh Belanda dan Inggris. Hingga dirinya menjadi legenda penyelundup. Radio BBC Inggris bahkan menjulukinya The Black Speed Boat.
John Lei merupakan orang Kristen taat. Dia selalu membawa alkitab di kapalnya. Hingga majalah Life melukiskan John Lie dengan 'with one hand a bible and the other a gun'.
Letnan Kolonel Inf. Mohammad Idjon Djanbi
©2020 Merdeka.com
Terlahir dengan nama Rokus Bernardus Visser, dia adalah seorang mualaf yang melegenda. Kini lebih dikenal menjadi Letnan Kolonel Inf. Mohammad Idjon Djanbi.
Idjon Djanbi merupakan tokoh pendiri Kopassus, komandan pertama pasukan elite TNI AD. Sebelumnya, Idjon termasuk komandan sekolah terjun payung Belanda. Anggota pasukan elite, yang akhirnya bersimpati pada perjuangan Indonesia.
Setelah itu, dia menikah dan masuk Islam. Mengganti namanya dan menjadi seorang petani bunga di Lembang. Idjon diminta kembali memimpin dan mendirikan Kesatuan Komando Teritorium III tahun 1952. Termasuk tugas sulit, sebab tak ada sumber daya manusia, peralatan dan kurangnya dana.
Perjuangan berdarah-darah dan cucuran keringat dilalui Idjon. Pelan-pelan Idjon mampu mewujudkan sebuah pasukan komando yang handal.
Sersan Mayor KKO (Purn.) Djoni Matius (Djoni Liem)
Anggota TNI berdarah campuran berikutnya ialah Sersan Mayor KKO (Purn) Djoni Matius atau lebih akrab disapa Djoni Liem. Dirinya termasuk salah satu dari empat KKO (Intai Amfibi) yang berdarah Tionghoa kala itu.
Dia merupakan seorang Purnawirawan TNI Angkatan Laut dengan nama asli Liem Wong Siu. Seorang tokoh dalam Operasi Dwikora. Sebuah peristiwa perang yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia, pada tahun 1962 hingga 1966.
Keahlian Djoni Liem yang melegenda ialah meluncurkan jarum, silet dan mata kail pancing dari mulut. Tak tanggung-tanggung, bisa mencapai jarak sekitar 30 meter. Hingga memiliki julukan "Semburan Mulut Berbisa".