Kisah Cut Nyak Dien Pahlawan Aceh Dibuang ke Sumedang, Ditampung Ulama Punya 3 Nama
Kisah Cut Nyak Dien Pahlawan Aceh dibuang ke Sumedang dan ditampung oleh ulama.
Salah satu keturunan yang mendampingi Cut Nyak Dien, pahlawan wanita asal Aceh, saat dibuang Belanda ke Sumedang menkisahkan perjalanan hidup istri Teuku Umar itu di tempat pembuangan. Pria itu bernama Asep, keturunan ke-4 dari Siti Khodijah yang mendampingi Cut Nyak Dien di Sumedang.
Dia menceritakan bagaimana perjalanan Cut Nyak Dien di pengasingan hingga akhirnya meninggal dunia.
-
Apa yang terjadi pada Cut Intan Nabila? Selebgram cantik Cut Intan Nabila mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya, Armor Toreador.
-
Siapa yang menggantikan Cut Nyak Dien saat memimpin pasukan perang? Selama perjuangannya, Pocut Baren ikut dalam pasukan yang dipimpin Cut Nyak Dien dan menggantikan posisinya saat berada di medan perang.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
-
Kenapa para abdi negara ini viral? Beberapa abdi negara berikut ini viral lantaran memiliki paras yang tampan. Salah satu di antaranya bahkan sangat viral terlebih saat masa kampanye pilpres beberapa waktu yang lalu. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya berikut ini.
-
Mengapa Ciwang Mak Oyah viral? Kabarnya, beberapa video yang memberi ulasan jajanan ciwang ini viral hingga FYP di media TikTok dan Instagram.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
Lantas bagaimana kisah Cut Nyak Dien Pahlawan Aceh dibuang ke Sumedang dan ditampung oleh ulama? Melansir dari akun TikTok fakruddinali46, Selasa (20/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
Diasingkan di Sumedang
Asep menceritakan kisah Cut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang. Dia menceritakan kedatangan Cut Nyak Dien di Sumedang karena diasingkan oleh Belanda.
TikTok fakruddinali46 ©2022 Merdeka.com
"Jadi Ibu Cut Nyak Dien datang ke Sumedang ini dibawa oleh Belanda dengan satu juru bicara dan satu pengawal. Juru bicaranya tidak diketahui namanya dan pengawalnya diketahui yaitu Teuku Nana berusia 15 tahun," ungkap Asep, keturunan yang ke-empat dari Ibu Siti Khodijah yang mendampingi Ibu Cut Nyak Dien di Sumedang.
"Sampai di Sumedang, Ibu Cut Nyak Dien diserahkan kepada Bapak Bupati Sumedang yaitu Eyang Mekah," sambungnya.
"Setelah menyerahkan, juru bicara dengan Belanda nya ini kembali lagi ke Aceh dan yang ditinggal di sini adalah Teuku Nana dan Ibu Cut Nyak Dien," tambahnya.
Ditampung Oleh Ulama
Cut Nyak Dien kemudian ditampung oleh ulama besar Sumedang. Hal ini mengingat Cut Nyak Dien saat datang ke Sumedang hanya bisa berkomunikasi dengan Bahasa Arab dan Bahasa Aceh.
"Bapak bupati ini melihat komunikasi Ibu Cut Nyak Dien hanya Bahasa Arab dan Bahasa Aceh, maka dia memanggil ulama besar Sumedang. Yang pertama Kiai Haji Sanusi yang membangun Masjid Agung Sumedang dan Imam pertama di Sumedang," ungkapnya.
"(Cut Nyak Dien) dirawat oleh keluarga Kyai Haji Sanusi, khususnya oleh cucunya yang pertama yaitu Ibu Siti Khodijah. Setelah itu, Ibu Cut Nyak Dien ini cerita tentang suaminya Teuku Umar Johan yang di Aceh walaupun sudah wafat tapi masih dicari oleh Belanda," jelasnya.
"Ketakutan keluarga Kiai Haji Sanusi Ibu Cut Nyak Dien ada yang mencari lagi maka namanya pun diganti menjadi Ibu Ratu atau Ibu Perbu," lanjutnya.
Dimakamkan di Sumedang
Karena dalam masa pengasingan dan tidak mengetahui alamat di Aceh, Cut Nyak Dien dimakamkan di Sumedang. Makam tokoh pahlawan Nasional ini dekat dengan sang ulama yang telah menampungnya.
TikTok fakruddinali46 ©2022 Merdeka.com
"Kemudian Kiai Haji Sanusi ini tidak lama setelah satu tahun juga meninggal. Dan setelah itu Ibu Cut Nyak Dien pun tidak lama kemudian tepatnya tanggal 6 November 1908 juga meninggal," ujarnya.
"Ketika Ibu Cut Nyak Dien meninggal, keluarga Kiai Haji Sanusi ini berunding atau bertanya 'mau dimakamkan di mana ini Ibu Cut Nyak Dien?'. Karena kalau ke Aceh, jelas tidak mungkin. Sebab, satu dalam pengasingan, kedua tidak tahu alamat dan terlalu jauh," sambung Asep.
"Karena Ibu Cut Nyak Dien sudah dianggap sebagai keluarga Kiai Haji Sanusi, maka makamkan lah dekat makamnya Kiai Haji Sanusi," paparnya.
Makam Diketahui Usai 50 Tahun
Akan tetapi, makam Cut Nyak Dien baru diketahui 50 tahun pasca meninggal dunia. Ini pun berkat Presiden Soekarno yang memerintahkan untuk mencari makam sang pahlawan.
"Ini makam baru diketahui setelah 50 tahun Ibu Cut Nyak Dien meninggal dan dimakamkan di sini. Itu pun ditugaskan oleh Presiden Soekarno, menyuruh kepada dokter Ali Hasyimi agar memerintahkan kepada Pemerintah Aceh di mana makam Ibu Cut Nyak Dien," jelasnya.
"Tahun 1957, ada Pemerintah Aceh dan Belanda datang ke sini (Sumedang) untuk menunjukkan dan menelusuri di mana makam Ibu Cut Nyak Dien," sambungnya.
Punya 3 Nama
Menariknya, Cut Nyak Dien semasa hidupnya memiliki 4 nama. Nama pertama yakni nama dari tempat asalnya, Cut Nyak Dien. Tiga nama lainnya diperolehnya saat tinggal di Sumedang, yakni Ibu Ratu, Ibu Perbu dan Ibu Suci.
TikTok fakruddinali46 ©2022 Merdeka.com
"Katanya Ibu Cut Nyak Dien ini dulu dia kan guru ngaji Pak?," tanya perekam video.
"Betul, guru ngaji yang diberi gelar oleh ibu pengajian yaitu Ibu Suci. Jadi, di Sumedang ini Ibu Cut Nyak Dien punya 3 nama, 4 (nama) dengan yang di Aceh," tutupnya.
Video Kisah Cut Nyak Dien
Sebuah video seorang pria menceritakan kisah pahlawan Nasional Cut Nyak Dien ke Sumedang menjadi viral di media sosial.
Pria ini menceritakan bagaimana perjalanan Cut Nyak Dien di pengasingan hingga akhirnya meninggal dunia.
Berikut videonya.