Kisah Hidup Penyadap Getah Pinus, Tinggal di Pelosok Desa dengan Penghasilan Minim
Pria paruh baya hidup dengan keterbatasan di kampung, kadang pinjam uang ke saudara jika sakit.
Seorang pria paruh baya yang tinggal di Kampung Pawati, Desa Mekarjaya, Kecamatan Mande, kabupaten Cianjur, harus merasakan hidup pahit karena dihadapkan pada masalah ekonomi yang sulit.
Pria tersebut sehari-hari bekerja sebagai penyadap getah pinus yang hanya mendapatkan uang ratusan ribu dalam satu bulan. Meski begitu, dia mengaku bahwa penghasilan tersebut tidak selalu ada.
- Kisah Pilu Mak Eroh, Hidup Sendiri Jualan Sapu Sehari Hanya Laku 1, Harganya Jadi Sorotan
- Pahit Getir Kehidupan Masyarakat di Kampung, Cari Uang Rp50 Ribu Jadi Kuli Panggul Kayu
- Kisah Hidup Adit, Remaja yang Rela Putus Sekolah Demi Cari Uang untuk Bantu Orang Tua
- Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan
Lantas, bagaimana kisah pria paruh baya penyadap getah pinus yang tinggal di pelosok desa? Simak ulasannya sebagai berikut.
Penyadap Getah Pinus Berpenghasilan Minim
Sebuah video yang diunggah oleh channel Youtube Petualangan Alam Desaku memperlihatkan pria paruh baya tinggal sendiri di sebuah rumah sederhana di tengah kampung.
Pria tersebut setiap hari bekerja sebagai penyadap getah pinus. Dalam dua minggu, dia mendapatkan uang Rp375 ribu. Pria tersebut bekerja setiap dua minggu sekali dan itu pun belum tentu ada.
“Jadi bapak dapat penghasilan 2 minggu sekali dapat Rp375 ribu,” kata Jeru, pria yang merekam video.
“Iya, tapi itu juga kadang-kadang itu aja tidak ada usaha lain,” jawab bapak tersebut.
Meski demikian, bapak penyadap getah pinus itu mengaku tidak memiliki tanggungan anak karena mereka sudah hidup mandiri dan mencari penghasilan sendiri untuk hidup.
Jika Sakit Pinjam Uang ke Keluarga
Penghasilan yang sangat minim membuat pria paruh baya tersebut mengalami masalah yang rumit. Uang tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurutnya, penghasilannya tidak cukup jika harus digunakan untuk berobat ke rumah sakit.
Maka dari itu, diat mengaku sering meminjam uang kepada keluarganya jika sedang mengalami masalah kesehatan. Hal itu dilakukan karena hasil kerja selama satu bulan sangat kurang untuk membeli obat yang cenderung mahal.
“Aduh agar repot juga ya pak,itu uang untuk kebutuhan sehari-hari aja tidak cukup,” ucap Jery.
“Enggak ada, kalau sakit udah risiko, kadang-kadang suka minjem sama saudara,” kata bapak tersebut.