Terbelahnya Laut Merah oleh Tongkat Musa Berhasil Dibuktikan, Ilmuwan Temukan ini
Kisah terbelahnya Laut Merah oleh tongkat Nabi Musa kini sudah tidak lagi hanya sebatas dongeng. Ada berbagai macam bukti yang sudah berhasil ditemukan oleh ilmuwan. Simak ulasannya.
Salah satu kisah yang paling fenomenal dalam sejarah adalah terbelahnya Laut Merah oleh tongkat Nabi Musa. Nabi Musa mendapatkan mukjizat itu ketika sedang dikejar oleh pasukan Fir’aun dari Mesir.
Namun, kisah tersebut kini sudah tidak lagi hanya sebatas dongeng. Ada berbagai macam bukti yang sudah berhasil ditemukan oleh ilmuwan masa kini sekaligus memvalidasi bahwa peristiwa terbelahnya Laut Merah bukanlah dongeng semata.
-
Apa isi doa yang dipanjatkan Nabi Musa kepada Allah? Rabishrahli sadri wa yassirli amri wahlul ‘uqdatan min lisani yafqahu qauli.Artinya: “Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.” (QS Thaha: 25-28)
-
Bagaimana cara kotak gading tersebut diyakini berhubungan dengan Nabi Musa dan 10 Perintah Tuhan? Penggambaran di kotak tersebut kemungkinan besar mewakili Nabi Musa yang menerima hukum di Gunung Sinai, menandai perjanjian antara Tuhan dan umat manusia dari Perjanjian Lama," jelas Grabherr.
Apa saja bukti yang ditemukan oleh ilmuwan dan bagaimana kisah Nabi Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya? Simak ulasannya sebagai berikut.
Ilmuwan Temukan Bukti Kereta Firaun
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Ensiklopedia Al Fatih
Mengutip dari channel YouTube Ensiklopedia Al Fatih, bahwa seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada akhir tahun 1988, mengaku bahwa ia telah menemukan bangkai roda kereta tempur kuno di dasar Laut Merah.
Selain itu, Wyatt dengan beberapa timnya menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda di tempat yang sama. Penemuan tersebut menyimpulkan bahwa bangkai kereta kuda dan tulang belulang itu adalah milik pasukan Fir’aun yang tenggelam ketika mengejar Musa.
Hal itu dibuktikan oleh studi yang dilakukan di Stockholm University bahwa tulang belulang itu memiliki struktur dan kandungan yang telah berusia sekitar 3.500 tahun. Hal ini semakin menguatkan kesimpulan Wyatt bahwa temuannya itu adalah peninggalan Fir’aun.
Jika dihitung mundur, Nabi Musa hidup sekitar abad ke-13 SM dan wafat pada 1237 SM. jika ditambahkan dengan tahun masehi saat ini yaitu 2023, maka Nabi Musa telah hidup sekitar 3000-an tahun yang lalu.
Poros Roda yang Tertutup Batu Karang
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Ensiklopedia Al Fatih
Selain tulang belulang yang diperkirakan berusia sekitar 3500 tahun, ilmuwan juga menemukan sebuah bangkai poros roda dari kereta kuda yang berada di dasar Laut Merah.
Poros roda tersebut kini sudah tertutup oleh batu karang dan sudah sulit untuk dikenali bentuknya. Hal ini menjadi bukti bahwa mukjizat yang turun kepada Nabi Musa adalah hal yang nyata dan bukan sebuah dongeng belaka.
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Ensiklopedia Al Fatih
Riset Ilmuwan tentang Terbelahnya Laut Merah
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Ensiklopedia Al Fatih
Mengutip dari laman Liputan6, bahwa peristiwa terbelahnya Laut Merah itu bukanlah peristiwa yang mustahil terjadi. Laut Merah bisa benar-benar terbelah jika ada sejumlah pergerakan kombinasi angin dengan gelombang yang berbeda.
Hipotesis seorang ilmuwan bernama Cecil B. De Mille mengatakan bahwa angin secara konsisten berkecepatan 63 mph yang bertiup dari timur di atas danau, dimungkinkan telah menyapu air kembali ke pantai barat.
Hal itu membuat pembukaan dataran berlumpur kemudian membentuk seperti sebuah lintasan darat. Tiupan angin secara konstan juga membuat air laut tetap tinggi dan membelah sehingga permukaan tanah di tengah tetap kering selama empat jam.
Hipotesis tersebut telah dibuat ulang secara digital di sepanjang Laut Tengah dekat kota modern Port Said. Mukjizat Nabi Musa itu dikatakan merupakan pengetahuan Musa tentang sains.
Peristiwa Eksodus Nabi Musa
©2023 Merdeka.com/youtube.com/Ensiklopedia Al Fatih
Peristiwa terbelahnya Laut Merah oleh tongkat Nabi Musa itu bermula ketika ia dan kakaknya, Harun, ingin membebaskan bangsa Israel dari penindasan yang dilakukan oleh Fir’aun di Mesir.
Musa dan Harun saat itu mendapatkan siksaan yang bertubi-tubi dari Fir’aun karena tak ingin menyembahnya. Allah kemudian memberikan wahyu kepada Musa untuk meninggalkan Mesir.
"Pergilah kamu beserta hamba-hamba-Ku (yaitu Bani Israil) di malam hari, keluarlah menuju lautan, jadi tidak menuju ke Syam ataupun daratan yang lain. Kalian semua pasti akan dikejar Fir’aun beserta pengikutnya". (Q.S. Asy Syuara: 52)
Ketika sampai di Laut Merah, Allah memerintahkan Musa untuk memukul tongkatnya ke laut. Seketika laut pecah terbelah menjadi 12 bagian. Tiap bagiannya seperti gunung yang besar sehingga kanan dan kirinya menjadi jalan yang kering dan bisa dilewati.
Musa dan pasukannya berjalan menyeberangi laut yang terbelah. Setelah itu, pasukan Fir’aun menyusulnya. Ketika mereka memasuki belahan Laut Merah, Nabi Musa memukulkan tongkatnya kembali dan membuat air di Laut Merah kembali seperti semula. Fir’aun dan pasukannya pun tenggelam.