Trauma Luar Biasa Kekejaman Israel, Anak Wanita 8 Tahun di Gaza ini Rambutnya Sampai Rontok Parah hingga Alami Kebotakan
Penderitaan seorang gadis Gaza Palestina berusia 8 tahun harus alami kebotakan akibat trauma psikologis karena serangan Israel.
Seorang gadis Palestina berusia 8 tahun mengalami kerontokan rambut parah hingga alami kebotakan akibat stres karena serangan Israel di Gaza.
Gadis yang diketahui bernama Sama Tabeel itu mengaku sangat ketakutan hingga trauma saat mendengar suara ledakan hingga misil Israel yang meluncur.
- Banyak Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Perang di Gaza, Dihantui Kekejaman Mereka Saat Membantai Rakyat Palestina
- Warga Gaza Banyak Dibunuh Israel, Bocah ini Sengaja Mengubur Diri Ingin Tahu Dikubur jadi Orang Meninggal
- Jadi Tawanan Israel Kini Dibebaskan, Sorot Mata Pria Ini Penuh Trauma & Ketakutan, Ramai jadi Perbincangan
- 'Sumpah Demi Tuhan Aku Takut, Aku Cuma Mau Pergi'
Penampilan cantiknya dulu seakan hilang akibat penderitaan yang dialaminya saat ini. Bahkan kini ia harus menutup rambutnya dengan memakai bandana.
Kisahnya sempat diunggah oleh akun Instagram @trtworld pada Rabu (22/8) kemarin. Seperti apa ulasannya? Simak informasi berikut ini.
Kronologi Gadis Gaza Alami Kebotakan Akibat Trauma Serangan Israel
Sama Tabeel merupakan seorang warga Gaza yang kini harus mengungsi di Kamp Khan Younis karena serangan Israel yang menghancurkan rumahnya.
"Namaku Sama Tabeel. Kelas 3 SD dan umurku saat ini 8 tahun. Aku tinggal di Gaza Utara di Kamp Jabalia. Tapi sekarang aku di (Kamp) Khan Younis," ujarnya.
"Sekarang ini aku adalah sebagai pengungsi Raffah. Tiba-tiba, Israel menembakan peluru dan membakar. Saat itu kami sedang tertidur dan terkejut hingga terbangun. Ibuku membangunkan kami semua dan kami meninggalkan rumah pukul 12.00," kata Sama.
Sempat dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia di Rafah, Sama dikejutkan dengan serangan susulan Israel hingga membuat bangunan tersebut runtuh. Ia pun dibawa ke tempat pengungsian untuk sementara waktu.
"Kami pergi ke RS Indonesia di Rafah yang berada dekat dengan kami. Kami tiba di sana 30 menit kemudian dan lantai tepat di atas kami terkena bom. Aku sangat terkejut dan ketakutan. Aku sangat takut. Aku tidak bisa menunggu untuk segera pergi. Kami meninggalkan Rafah dan tiba di Kamp Khan Younis," sambungnya.
Awal mula kebotakan terjadi di rambutnya adalah saat sedang menyisir rambut di depan kaca. Sama kaget karena rambutnya tiba-tiba banyak yang rontok.
"Tiba-tiba saat di Kamp Khan Younis dua sampai tiga hari kemudian, saat aku menyisir rambutku tiba-tiba aku sadar semua rambutku rontok dan menjadi seperti ini."
"Aku bicara ke Ibuku, 'lihat apa yang terjadi dengan rambutku'," jelasnya lagi.
Alami Trauma Psikologis Parah
Olfat Tabeel, ibu dari Sama Tabeel menjelaskan alasan rambut Sama bisa rontok. Menurut penjelasannya, Sama mengalami masalah psikologis.
"Anakku memperlihatkan trauma psikologis karena serangan bom. Karena suara dari misil dan artileri, rambut anakku rontok karena rasa takut," kata Olfat Tabeel.
Sama pun hanya bisa pasrah dan berharap rambutnya bisa segera tumbuh kembali. Apalagi beberapa bulan kedepan adalah hari ulang tahunnya.
"Pertama kali aku melihat rambutku saat sedang berkaca, aku merasa sangat sedih. Ibuku berkata padaku 'Sayang, semoga itu akan tumbuh kembali dan menjadi lebih baik dari sebelumnya'. Aku berharap rambutku bisa segera tumbuh sebelum Oktober saat hari ulang tahunku. Jadi aku bisa menyisir dan mengepangnya," kata gadis 8 tahun itu.
Ibu Sama Tabeel hanya bisa menangis dan khawatir dengan kondisi putrinya itu. Apalagi melihat putrinya tak lagi girang seperti dahulu saat bermain bersama teman-temannya.
"Dia berkata kepadaku 'Mama, Alhamdulillah aku tidak menderita kanker kan? Mama rambutku akan segera tumbuh lagi kan?" Sambung ibu Sama.
Gugup di Depan Orang Lain karena Botak
Saat ini Sama memakai bandana sebagai penutup rambutnya. Menurut pengakuannya, ia bingung harus menjelaskan apa kepada teman-temannya tentang apa yang terjadi padanya.
"Aku akan bermain dengan anak-anak lain di luar sana. Aku akan melepas bandananya sehingga aku bisa merasa nyaman. Aku tidak tahu kapan. Jadi aku sangat sedih dan hanya bisa bercerita pada ibuku."
"Aku dahulu sering bermain dengan teman-temanku di semua jalanan. "Mengapa kamu memakai bandana di rambut? Kenapa? Apakah kamu menderita kanker? Kamu botak?' Aku merasa gugup di sekitar orang-orang dan aku tidak tahu apa yang harus kukatakan pada mereka," ucapnya.
Ibu Sama pun sejauh ini telah mencoba membawa putrinya berobat ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan alternatif.
Para dokter memberikan diagnosa yang beragam namun pada dasarnya, Sama mengalami masalah trauma psikologis yang membuat rambutnya perlahan hilang.
"Kami membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan alternatif. Semua dokter mengatakan sesuatu yang berbeda tapi pada dasarnya anak saya butuh perawatan psikologis. Dia butuh ketenangan dan kepastian," kata Olfat Tabeel.
Olfat tak jarang menangis karena kondisi putrinya. Gadis yang dahulu yang takut akan kematian, kini justru berharap bisa segera meninggal dunia karena penderitaannya kini.
"Satu malam, dia terbangun karena mendengar serangan dan dialangsung memeluk tanganku karena ketakutan. Anakku langsung mengatakan 'aku tidak mau mati'. Tapi sekarang dia berkata 'Mama, aku harap bisa mati'," sambungnya.