Curhat Pengusaha: Banyak Pengelola Mal Menjual Aset
Banyak mal terdampak sangat berat. Bahkan ada beberapa pengelola mal yang sengaja menjual asetnya karena sudah tak mampu lagi bertahan.
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menceritakan kondisi mal saat pemerintah berusaha memutus mata rantai penularan virus corona dengan menelurkan beberapa kebijakan. Salah satunya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Banyak mal terdampak sangat berat. Bahkan ada beberapa pengelola mal yang sengaja menjual asetnya karena sudah tak mampu lagi bertahan.
-
Apa bisnis yang dirintis oleh Risma di Yogyakarta? Risma memulai usaha kecil-kecilan dari pre-order di rumah. Dari sinilah Risma mulai mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis ramen.
-
Apa yang dijual di warung Bu Ratmini dan Pak Wiarji? Pak Wiarji bercerita, di warung itu ia dan istrinya menjual aneka makanan dan minuman. Namun tak semua makanan bisa mereka hidangkan. Bu Ratmini mengaku sudah tidak bisa lagi memasak gorengan karena keterbatasan fisik yang ia miliki.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Kenapa usaha risoles Mistiyati mengalami penurunan saat pandemi? "Saya dulunya tujuh tahun jadi pedagang risoles keliling pakai motor sambil anter anak sekolah. Trus pas pandemi, penjualan saya turun jauh, karena konsumen pada takut beli,” ujarnya seperti dilansir dari tangerangkota.go.id.
-
Dimana perusahaan rambut palsu milik Krisna berlokasi? Di kampung halamannya, pria yang akrab disapa Krisna itu mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi rambut palsu. Nama perusahaannyae PT. Bejana Cita Settara (PT BCS).
-
Apa yang terjadi pada perusahaan ban di Cikarang? PT Hung-A Indonesia yang berlokasi di Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi dikabarkan akan menutup seluruh operasional produksi pada awal Ferbruari 2024.Sekitar 1.200 karyawan di perusahaan itu terancam pemutus hubungan kerja (PHK) massal.
Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja mengatakan, pengusaha mal saat ini sangat membutuhkan bantuan pemerintah untuk bertahan. Mal tak mungkin bertahan menunggu pandemi usai tanpa adanya bantuan. Sebab, bisnis mal adalah pusat interaksi antara pengunjung, di mana pemerintah melarang hal itu terjadi.
"Itu terbukti selama pandemi, di mana berkerumun dan sebagainya karena naluri manusia. Sangat tidak wajar kalau berdiam di rumah, menyendiri," katanya dalam konferensi pers, Kamis (22/7).
Dia menekankan, pusat perbelanjaan adalah fasilitas bagi manusia untuk bisa interaksi secara langsung. Dengan begitu, ke depannya prospek pusat perbelanjaan masih baik. "Mal perlu bisa jadi fasilitas bagi masyarakat untuk interaksi secara langsung."
Kemudian, menjawab tantangan mal sebagai pusat belanja offline yang melawan marketplace yang notabene beroperasi online, Alphonzus merasa itu bukan sebuah tantangan. Dia menilai kalau online pun sebetulnya bergantung pada pasar offline.
"Pada dasarnya, pasar online bersumber juga dari pasar offline. Jadi, keduanya memiliki kesinambungan," katanya.
Butuh 3 Bulan untuk Bangkit
Dia mengatakan bahwa untuk bisa bangkit dari dampak Covid-19, pelaku usaha membutuhkan waktu setidaknya tiga bulan. Itu pun baru meningkat sekitar 10 persen karena ada pembatasan kapasitas sebesar 50 persen dari peraturan pemerintah.
"Kami bukan tipe cengeng, kami kalau punya kemampuan ya akan bertahan sendiri, tapi sekarang kondisinya sudah berat sekali. Yang kami khawatirkan PPKM ini terjadi berkepanjangan," katanya.
"Pemerintah merencanakan beberapa sektor (dibuka) setelah ada penurunan kasus, dasarnya apa? Apa pelonggaran itu karena bukan tempat penyebaran Covid? Apa dasar yang jelas? Pusat perbelanjaan (mal) masuk ke kategori ini (bukan Cuma pasar tradisional)," katanya.
Reporter: Arief Rahman
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)