ESDM Minta Kegiatan Pertambangan di Zona Merah Gunung Semeru Dikosongkan
PVMBG dan Badan Geologi Kementerian ESDM bakal terus melakukan monitoring, dan mencatat getaran dengan alat-alat yang bisa memprediksi terjadinya awan panas guguran lanjutan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyepakati bahwa kegiatan pertambangan yang berlokasi di zona merah sekitar Gunung Semeru harus dikosongkan. Kebijakan ini diambil guna mengantisipasi masih adanya kemungkinan atau potensi kembali terjadinya awan panas guguran di Gunung Semeru.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Andiani menjelaskan, awan panas guguran yang terjadi pada 4 Desember 2021 tidak ada kaitannya dengan erupsi Gunung Semeru.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Semeru? Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur (Jatim), kembali erupsi disertai dengan letusan abu vulkanik.
-
Bagaimana tinggi kolom letusan Gunung Semeru? Tinggi Letusan Menurutnya, tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak Semeru atau sekitar 4..476 meter di atas permukaan laut.
-
Kapan Gunung Seulawah Agam meletus? Dari segi sejarah erupsinya, tidak diketahui pasti kapan terjadinya letusan tersebut.
-
Kenapa Kementan menggandeng UGM? Pada saat ini dengan banyaknya permohonan sertifikasi alsintan prapanen maupun pascapanen dan sangat terbatasnya laboratorium pengujian alsintan di Indonesia, kami sangat mengapresiasi Fakultas Tekonologi Pertanian – UGM yang telah mempunyai laboratorium pengujian alsintan dan telah terakreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) bersedia bekerjasama.
-
Apa yang di ekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun.
Namun, berdasarkan hasil monitoring yang terus dilakukan PVMBG, Andiani memperkirakan potensi terjadinya awan panas guguran lanjutan masih sangat memungkinkan.
"Potensi terjadinya awan panas guguran, potensinya masih ada. Tetapi kalau ditanya kapan itu akan terjadi, bagi kami sulit menjawab itu," ujar dia dalam sesi teleconference, Senin (6/12).
PVMBG dan Badan Geologi Kementerian ESDM bakal terus melakukan monitoring, dan mencatat getaran dengan alat-alat yang bisa memprediksi terjadinya awan panas guguran lanjutan.
"Setelah getaran tercatat, segera kami sampaikan melalui WA group untuk disebarluaskan kepada masyarakat," imbuh Andiani.
Potensi Lahar
Selain awan panas guguran, potensi lahar di Gunung Semeru pun masih ada. Sebab, puncak gunung masih menyisakan material-material hasil erupsi gunung api dengan volume yang cukup banyak.
Selain itu, merujuk prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, curah hujan di sekitar Gunung Semeru pun masih cukup tinggi untuk 1-2 bulan ke depan.
"Tentunya potensi lahar masih tinggi untuk mengancam di sekitar Gunung Semeru, utamanya di bukaan kawah yang mengarah ke selatan dan tenggara," terang Andiani.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)