Lima Daftar Nilai Tebusan Paling Mahal yang Pernah Diminta Hacker
Akibat peretasan kelompok Hive ini mengakibatkan jaringan mesin kasir toko di Belanda dan Jerman tidak bisa diakses.
Permintaan tebusan ini bukan kali pertama yang dilancarkan hacker dalam aksi peretasan. Mengingat, peristiwa ini lumrah terjadi di berbagai belahan dunia.
Lima Daftar Nilai Tebusan Paling Mahal yang Pernah Diminta Hacker
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai USD 8 juta. "Iya, menurut tim (minta tebusan) USD 8 juta," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6).
Meski demikian, permintaan tebusan ini bukan kali pertama yang dilancarkan hacker dalam aksi peretasan. Mengingat, peristiwa ini lumrah terjadi di berbagai belahan dunia.
Berikut daftar permintaan tebusan terbesar paling mahal yang didapat oleh para black hat:
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Dimana serangan hacker paling sering terjadi? Laporan Microsoft menyatakan ada empat negara yang paling sering menghadapi serangan siber. Dilansir dari The Record, Minggu (3/12), Microsoft melaporkan bahwa dalam periode Juli 2022 hingga Juli 2023, lebih dari 120 negara mengalami lebih dari seratus serangan siber.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
berikut rinciannya:
1. Serangan Ransomware WannaCry, Nilai Tebusan USD 4 Miliar
Salah satu permintaan tebusan terbesar terjadi pada Serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017 silam yang menyebar secara global melalui komputer dengan sistem windows.
Serangan ini mengakibatkan 230.000 pengguna computer Windows di 150 negara tidak mengakses beberapa dokumen penting karena data dikunci peretas.
Padahal, Windows telah memberikan informasi ke penggunanya untuk melakukan pembaruan perangkat keamanan bernama EternalBlue.
Saat itu, permintaan tebusan yang dilayangkan kelompok WannaCry mencapai USD4 miliar.
2. Serangan Mount Lock, Nilai Tebusan USD 2 Miliar
Manchester Evening News pernah memberitakan perusahaan Amey PLC menjadi korban serangan kelompok ransomware Mount Locker pada akhir 2020 lalu. Diketahui, Amey PLC merupakan klien ternama untuk perusahaan pengumpulan sampah Trafford.
Kelompok Mount Locker berhasil meretas dokumen kontrak kerja, laporan keuangan, catatan pinjaman hingga perjanjian kemitraan rahasia. Adapun nilai tebusan yang dimintai Mount Locker sekitar USD2 miliar.
3. Serangan Kelompok Hive, Nilai Tebusan USD 240 juta
MediaMarkt, salah satu perusahaan retail elektronik terbesar di Eropa yang sudah merambah ke 13 negara pernah menjadi korban serangan virus ransomware oleh kelompok peretas bernama Hive. Aksi peretasan ini terjadi sekitar November 2021 silam.
Akibat peretasan kelompok Hive ini mengakibatkan jaringan mesin kasir toko di Belanda dan Jerman tidak bisa diakses. Saat itu, kelompok Hive meminta tebusan mencapai USD240 juta
- Kumpulkan Data Intelijen, Hacker China Bobol Sistem Penyadapan Pengadilan AS
- Pemerintah AS soal Keamanan Siber Jelang Pilpres 2024: Hacker Sehebat Apapun Tak Bisa Tembus Sistem Kami
- CEK FAKTA: Hoaks Menteri AS Sebut Kominfo Bodoh karena Tak Tahu Data Nasional Diserang Hacker
- Hacker Ini Berhasil Rebut Akses Komputer dan Ubah Harga Barang di Toko Penjara
4. Perusahaan daging asal Brazil, Nilai Tebusan USD 11 Juta
JBS, Salah satu Pemasok daging terbesar di dunia menjadi target serangan ransomware pada Mei 2021. Akibatnya, perusahaan tersebut harus membayar uang tebusan dalam bentuk bitcoin senilai USD 11 juta.
Nilai tebusan tersebut setara Rp 179,9 miliar dengan asumsi kurs Rp17.360 per USD.
"Setelah mematikan situs webnya untuk sementara dan menghentikan produksi, perusahaan tersebut akhirnya membayar uang tebusan sebesar USD$11 juta dalam bentuk Bitcoin," tulis Microsoft dikutip Senin (1/7/2024).
5. Saluran Bahan Bakar AS
Microsoft melaporkan saluran bahan bakar menjadi sasaran serangan virus ransomware
pada Mei 2021. Kelompok peretas membobol ribuan informasi pribadi karyawannya.
Hal tersebut menyebabkan harga bahan bakar melonjak di seluruh pantai timur. Namun tidak disebutkan nilai tebusan yang diminta para hacker terhadap perusahaan maupun pemerintah setempat.