Antropolog: Spesies Manusia Purba Mirip Hobbit Mungkin Masih Hidup di Hutan Flores
Merdeka.com - Pada 2003, para arkeolog mencari bukti adanya migrasi manusia modern dari Asia ke Australia dan menemukan kerangka kecil yang cukup lengkap dari spesies manusia yang telah punah di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, yang kemudian dikenal sebagai Homo floresiensis.
Homo floresiensis juga dikenal sebagai Hobbit, diambil dari buku fantasi karya JRR Tolkien, The Hobbit.
Spesies ini awalnya dianggap bertahan hingga sekitar 12.000 tahun yang lalu. Namun kemudian analisis lebih lanjut menyebut manusia Hobbit itu hidup sampai sekitar 50.000 tahun lalu.
-
Dimana ditemukannya 'manusia hobbit'? Juga ada temuan Homo floresiensis, yang dikenal sebagai “manusia hobbit“ di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
-
Dimana Homo floresiensis ditemukan? Sisa-sisa fosil Homo floresiensis itu pertama kali ditemukan pada 2003 di Flores.
-
Kapan 'manusia hobbit' hidup di Indonesia? Manusia purba dengan tinggi sekitar satu meter pernah menghuni wilayah Indonesia sekitar 100.000 hingga 12.000 tahun yang lalu.
-
Siapa yang meneliti Homo floresiensis? Dilansir dari IFL Science, dalam sebuah penelitian terbaru, arkeolog merekonstruksi wajah H. floresiensis dengan mempelajari bentuk tengkoraknya untuk memperkirakan seberapa lembut daging menempel di tulang.
-
Siapa yang menemukan fosil hobbit? Arkeolog Indonesia, Thomas Sutikna, sedang menggigil demam di kamar hotelnya ketika seorang rekannya memberi kabar penemuan luar biasa.
-
Dimana penemuan fosil hobbit terjadi? Di hari itu sekop rekannya sesama arkeolog mengenai tengkorak mirip manusia yang terkubur dalam sedimen sedalam 6 meter di Gua Liang Bua, Flores.
Namun seorang pensiunan profesor antropologi di Universitas Alberta mengatakan, bukti kelangsungan hidup spesies tersebut mungkin telah terabaikan, dan Hobbit kemungkinan masih hidup sampai sekarang, atau setidaknya masih dalam ingatan.
Dalam sebuah opini untuk The Scientist, Gregory Forth berpendapat bahwa ahli paleontologi dan ilmuwan lain telah mengabaikan pengetahuan Pribumi dan kisah tentang "manusia kera" yang hidup di hutan Flores. Hal itu dikemukakan saat mempromosikan buku barunya yang akan terbit berjudul Between Ape and Human.
Dia mengatakan tujuannya menulis buku itu adalah untuk menemukan penjelasan paling rasional dan paling didukung secara empiris terkait mahkhluk tersebut.
"Ini termasuk laporan penglihatan oleh lebih dari 30 saksi mata, yang saya berbicara langsung dengan mereka semua. Dan saya menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan apa yang mereka sampaikan kepada adalah bahwa hominin non-sapiens telah bertahan di Flores hingga saat ini atau baru-baru ini," jelasnya, dikutip dari laman IFL Science, Rabu (28/12).
Dia menulis, orang Lio yang mendiami pulau itu memiliki cerita tentang manusia yang berubah menjadi hewan saat mereka bergerak dan beradaptasi dengan lingkungan baru.
"Seperti yang diungkapkan oleh penelitian lapangan saya, perubahan yang dikemukakan seperti itu mencerminkan pengamatan lokal tentang kesamaan dan perbedaan antara spesies nenek moyang dan keturunannya yang berbeda," jelasnya.
Orang Lio mengidentifikasi makhluk ini sebagai hewan, tidak memiliki bahasa atau teknologi rumit yang dimiliki manusia. Namun, ada kemiripan mereka dengan manusia.
"Bagi orang Lio, penampilan manusia-kera sebagai sesuatu yang tidak sepenuhnya manusia membuat makhluk itu menjadi anomali dan karenanya bermasalah dan mengganggu," tulis Forth.
Untuk saat ini, waktu terdekat H. floresiensis masih bertahan hidup adalah sampai 50.000 tahun yang lalu. Tapi Forth mendesak agar pengetahuan warga lokal dimasukkan saat menyelidiki evolusi hominin.
"Apa yang mereka katakan tentang makhluk itu, ditambah dengan bukti lain, sepenuhnya konsisten dengan spesies hominin yang masih hidup, atau yang hanya punah dalam 100 tahun terakhir," pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim arkeolog merekonstruksi wajah dari salah satu keluarga manusia, Homo floresiensis yang 50.000 tahun lalu hidup di Flores, Indonesia.
Baca SelengkapnyaSpesies manusia 'hobbit' ini tingginya hanya 100 cm.
Baca SelengkapnyaPenemuan ini mengungkap misteri asal usul spesies yang dijuluki 'The Hobbit'.
Baca SelengkapnyaTim peneliti yang menganalisis fosil ini mengatakan Homo Bodoensis merupakan leluhur langsung manusia yang tinggal di Afrika, sebelum digantikan Homo Sapien.
Baca SelengkapnyaSebelumnya diperkirakan Homo sapiens pertama kali muncul sekitar 195.000 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaAda banyak hewan purba yang konon masih hidup di zaman prasejarah, dan beberapa di antaranya bahkan tinggal di wilayah Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerjalanan evolusi yang panjang. Konsep ‘fosil hidup’ yang dicetuskan oleh Charles Darwin membawa kita kepada spesies yang seolah-olah membeku dalam waktu.
Baca SelengkapnyaDi pinggiran kota Canterbury, Inggris, arkeolog menemukan bukti penduduk paling awal di negara tersebut sekitar 950 ribu tahun lalu.
Baca SelengkapnyaProses evolusi Homo Sapiens dimulai sekitar lebih dari 200.000 tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaPeneliti melakukan analisis mikroskopis terhadap kotoran dari gua untuk memahami perubahan lingkungan masa lalu.
Baca SelengkapnyaHewan purba itu punah diduga karena tidak bisa beradaptasi pada perubahan iklim yang ekstrem.
Baca Selengkapnya