Arkeolog Bingung, Temuan Makam Romawi Kuno Berisi Jasad Dibungkus Cairan
Alasan praktik pemakaman seperti itu masih menjadi misteri bagi arkeolog.
Selama bertahun-tahun warga yang melintas di jalan raya A47 di Inggris telah melewati praktik penguburan unik era Romawi tanpa menyadarinya.
Namun, selama pekerjaan perbaikan jalan baru-baru ini, tim arkeolog dari Headland Archaeology menemukan sebuah pemakaman kecil di dekat bagian jalan era Romawi, beserta praktik penguburan yang sangat unik yaitu membungkus jenazah dengan gypsum cair.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di makam kuno? Sayer dan timnya menemukan sebuah pedang di salah satu makam tersebut. Gagang pedang kuno itu terbuat dari perak dan emas, dengan pola dekoratif yang dibuat dengan sangat teliti, dan bilahnya bertuliskan aksara rahasia.
-
Siapa arkeolog yang menemukan makam? Sekelompok arkeolog dari Universitas Lancashire baru-baru ini menemukan pemakaman milik prajurit Anglo-Saxon dari abad ke-6, di pedesaan Kent, Canterbury, Inggris.
-
Bagaimana arkeolog menemukan makam tersebut? Penemuan ini berlangsung ketika tim arkeolog terlibat dalam proyek penggalian di lokasi rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya.
-
Bagaimana cara arkeolog menemukan makam tersegel? 'Ini sangat penting karena jarang menemukan kuburan yang benar-benar tersegel,' kata wakil direktur jurusan arkeologi Universitas Barcelona, Esther Pons Mellado, dikutip dari Greek Reporter, Selasa (17/12).
-
Apa yang ditemukan arkeolog? Lentera berbentuk bulat bundar kecil itu berasal dari periode Bizantium (abad ke-4 hingga ke-6 M), berdiameter hanya 18 sentimeter dan tinggi 19 sentimeter (10 sentimeter x 11 sentimeter), lentera ini dapat diletakkan di permukaan datar atau digantung.
Gypsum, mineral alami yang sebagian besar terdiri dari kalsium sulfat dihidrat, memiliki berbagai kegunaan yang sudah dikenal selama berabad-abad.
Gypsum dipakai melapisi dinding sebagai penahan api untuk masyarakat Mesopotamia hingga menjadi bahan plester populer dalam pembangunan piramida oleh bangsa Mesir kuno. Ternyata, bagi orang Romawi, gypsum cair—yang dibuat dengan mencampur gypsum dengan air—juga digunakan untuk membungkus jenazah.
Namun, alasan orang Romawi melakukan praktik ini tetap menjadi misteri. Para ahli yang melakukan penemuan ini menemukan bahwa sifat alami gypsum yang mengeras dapat membentuk lapisan seperti plester, menciptakan cetakan tubuh, dan terkadang melestarikan kain yang digunakan.
Pada penemuan terbaru di dekat Cambridgeshire, situs tersebut memiliki 14 lubang makam yang terpusat di sekitar makam utama, ditambah tujuh makam lain di sekitarnya. Makam utama menampilkan peti mati batu tunggal yang diukir dari balok batu kapur padat, dan di dalamnya terdapat jenazah yang dibungkus gypsum.
Menemukan penguburan gypsum di luar pusat kota merupakan hal yang tidak biasa. Meskipun penguburan gypsum Romawi telah ditemukan di seluruh Eropa dan Afrika Utara, praktik ini sangat umum di Inggris—terutama di York.
Menurut pernyataan dari University of York, setidaknya 45 penguburan jenis ini telah tercatat di York sejak akhir abad ke-19. Namun, penemuan ini berada di daerah pedesaan, menambah daya tarik terhadap penguburan era Romawi yang terjadi antara tahun 42 hingga 410 M.
Gypsum pada penemuan tersebut tidak bertahan dalam satu potongan utuh, tetapi fragmen-fragmennya tetap menunjukkan jejak kain kafan dan bahkan melestarikan potongan kecil kain yang digunakan untuk membungkus jenazah.
Tidak ditemukan barang-barang kubur di dalam peti mati, tetapi arkeolog menemukan sebuah wadah kaca, fragmen kulit, keramik, dan tulang hewan di sekitarnya.
Headland Archaeology memperkirakan wadah kaca tersebut mungkin pernah digunakan untuk “bersulang atau persembahan kepada mendiang” sebelum diletakkan di makam.
“Meskipun tidak ada barang-barang kubur, baik peti mati batu yang indah maupun penguburan gypsum menunjukkan bahwa individu ini memiliki status tinggi,” tulis Headland.
“Gypsum untuk penguburan itu pasti membutuhkan biaya tinggi, dan peti mati batu tersebut tidak hanya diukir dengan indah, tetapi juga dibuat dari batu yang ditambang sekitar 50 kilometer jauhnya, yang menambah biaya transportasi. Faktor-faktor ini, ditambah dengan posisi pusat dari makam dalam pemakaman, menunjukkan orang ini mungkin merupakan sosok penting, mungkin kepala dari keluarga terkemuka.”