Arkeolog Temukan Benteng Berusia 5.000 Tahun, Tersembunyi di Tengah Hutan Belantara
Benteng ini ditemukan menggunakan teknologi LiDAR yang canggih.

Arkeolog menemukan sisa-sisa benteng berusia 5.000 tahun di hutan daerah Neamț, Rumania. Benteng kuno ini ditemukan menggunakan teknologi LiDAR canggih, yang memungkinkan para peneliti untuk menangkap detail struktur tersebut meskipun lokasinya jauh di dalam hutan, tertutup oleh vegetasi yang lebat. Menurut Popularmechanics, benteng tersebut diyakini berasal dari masa transisi dari periode Neolitikum ke Zaman Perunggu.
Para ahli memperkirakan benteng ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat pada masa itu, mungkin sebagai pusat pertahanan, pusat pemerintahan, atau bahkan tempat ritual keagamaan. Ukuran dan konstruksi benteng yang kompleks menunjukkan tingkat perencanaan dan organisasi sosial yang tinggi.
Arkeolog yang terlibat dalam penelitian tersebut, Vasile Diaconu mencatat bahwa pemindaian LiDAR memberikan gambaran yang jelas tentang struktur berusia hampir 5.000 tahun itu, menunjukkan detail yang tidak dapat diamati di lapangan karena vegetasinya yang tebal. Demikian dikutip dari Daily Galaxy, Selasa (25/3).
Dengan menggunakan drone yang dilengkapi dengan LiDAR, tim peneliti menemukan detail rumit dari benteng tersebut. Para arkeolog menemukan, benteng tersebut rumit dan terencana dengan baik, dengan fitur pertahanan seperti parit besar dan gundukan tanah. Struktur ini akan meningkatkan kemampuan pertahanan benteng, yang menunjukkan benteng itu dibangun di lokasi yang penting secara strategis.
Deteksi Ancaman
Hasil pemindaian LiDAR menunjukkan benteng tersebut terletak di daerah yang tinggi, sehingga pemandangan di sekitarnya terlihat sangat jelas. Posisi yang strategis ini akan memudahkan penduduk untuk mendeteksi ancaman yang mendekat.
Selain itu, benteng tersebut diperkuat oleh parit yang luas, beberapa di antaranya panjangnya beberapa ratus meter, yang menunjukkan besarnya upaya manusia yang diperlukan untuk membangunnya. Parit-parit ini, bersama dengan gundukan tanah, akan menjadi kunci kekuatan pertahanan benteng.
Vasile Diaconu menjelaskan temuan ini menunjukkan sifat kompleks situs tersebut, yang menggarisbawahi pentingnya menggunakan teknologi modern seperti LiDAR untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang situs-situs kuno. Tanpa alat-alat ini, detail situs-situs tersebut akan tetap tersembunyi, sehingga akan jauh lebih sulit untuk mempelajari dan menafsirkan peradaban kuno.
Berdasarkan hasil pengamatan awal, benteng ini memiliki struktur yang sangat kompleks. Dinding benteng yang terbuat dari batu dan tanah liat diperkirakan memiliki ketinggian beberapa meter. Para arkeolog menemukan bukti adanya gerbang masuk yang rumit dan sistem pertahanan yang canggih. Temuan ini menunjukkan masyarakat yang membangun benteng ini memiliki pengetahuan teknik dan arsitektur yang luar biasa untuk zamannya.
Penggunaan material bangunan, seperti batu dan tanah liat, menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Para arkeolog juga menemukan jejak-jejak aktivitas manusia di sekitar benteng, seperti sisa-sisa pemukiman dan lahan pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa benteng tersebut bukan hanya berfungsi sebagai tempat pertahanan, tetapi juga sebagai pusat kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Selain itu, tim arkeolog juga menemukan berbagai artefak, termasuk peralatan pertanian, perkakas rumah tangga, dan perhiasan. Artefak-artefak ini akan dianalisis lebih lanjut untuk memberikan informasi lebih detail tentang budaya dan kehidupan masyarakat yang mendiami benteng tersebut. Penemuan ini diyakini akan merevisi pemahaman kita tentang peradaban Neolitik di Eropa.