Arkeolog Temukan Fosil Katak Purba dari 111 Juta Tahun Lalu, Ungkap Penyebab Katak dan Kodok Kehilangan Giginya
Fosil itu selama ini terabaikan dan baru-baru ini diidentifikasi.
Sebuah fosil amfibi purba yang ditemukan di Bighorn Basin, Wyoming, Amerika Serikat dari Zaman Kapur Awal 111 juta tahun lalu mengungkap bagaimana katak dan kodok modern kehilangan giginya.
Matthew Oreska, paleontolog di Departemen Paleobiologi di Museum Nasional Sejarah Alam pertama kali menemukan fosil tersebut saat menyaring sekumpulan fosil kecil dari formasi Cloverly Wyoming. Saat itu dia menemukan tulang rahang tanpa gigi .
-
Siapa yang menemukan fosil gigi kera raksasa? Identifikasi pertama terhadap kera raksasa ini dilakukan oleh seorang antropolog Ralph von Koenigswald pada tahun 1935.
-
Di mana fosil gigi manusia purba ditemukan? Lokasi Penemuan Fosil Gigi tersebut ditemukan di gua Swartkrans, 40 kilometer barat laut Johannesburg.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
-
Siapa yang menemukan fosil hewan purba? Ekspedisi untuk mengumpulkan fosil-fosil ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2014 oleh para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL).
-
Apa nama fosil kera yang ditemukan? Studi ini menyarankan kemungkinan nenek moyang manusia dan kera Afrika berevolusi di Eropa sebelum mereka bermigrasi ke benua Afrika antara sembilan hingga tujuh juta tahun lalu.
-
Dimana ditemukannya fosil gigi hiu purba? 'Gigi Strigilodus tollesonae ditemukan di dalam lapisan batuan Formasi St. Genevieve di Taman Nasional Gua Mammoth,' ujar juru bicara NPS kepada Newsweek.
Fosil tersebut terabaikan dan dilabeli “katak tak dikenal”. Fosil ini baru diidentifikasi oleh Dave DeMar.
“Dave mengatakan tidak adanya gigi rahang atas merupakan hal yang tidak biasa bagi katak setua itu,” kata Oreska. “Itu adalah ciri yang hanya dimiliki spesimen ini dan tidak ada pada empat spesies katak lain yang telah kami identifikasi dari Formasi Cloverly.”
Pengaruh dari makanan
Selanjutnya, Oreska DeMar, dibantu oleh Matthew Carrano dan Jim Gardner dari Royal Tyrrell Museum, mendeskripsikan tulang rahang tersebut dan menamai spesies baru itu sebagai Ostrombatrachos nodos, yang kemudian diterbitkan dalam Journal of Vertebrate Paleontology.
Para peneliti mengungkapkan Ostrombatrachos nodos (O. nodos) merupakan kasus edentulisme (kondisi tidak bergigi) tertua di Belahan Bumi Utara dalam ordo Salientia, yang mencakup katak, kodok, dan kerabatnya yang telah punah. Rahang ompong O. nodos merupakan contoh awal dari fenomena ini.
“Nenek moyang katak purba memiliki gigi di rahang atas dan bawah. Namun, gigi rahang bawah hilang seiring waktu, tetapi banyak kodok dan katak modern memiliki gigi di rahang atas,” kata Oreska, seperti dikutip dari Smithsonian.
Oreska dan timnya menduga ada atau tidaknya gigi pada O. Nodos bergantung pada bagaimana spesies ini menangkap mangsanya, mulai dari serangga kecil hingga mamalia kecil.
"Ada penelitian yang mencatat kemungkinan hubungan antara hilangnya gigi pada beberapa kelompok fosil salientian dengan kemunculan serta diversifikasi semut dan rayap selama Zaman Kapur Awal, amfibi purba mungkin dapat memakannya tanpa perlu banyak gigi," kata Oreska.
Oreska dan tim juga menemukan beberapa spesimen milik amfibi mirip salamander purba, serta potongan-potongan dari amfibi leluhur lainnya.
Lebih lanjut Oreska dan timnya mengungkapkan bahwa “Spesies baru O. nodos ini membantu kami untuk mulai menyelidiki bagaimana dan mengapa edentulisme berevolusi berkali-kali sepanjang sejarah Salientia.”
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti