Astronom Temukan 44 Bintang Kuno, Berjarak 6,5 Miliar Tahun Cahaya dari Galaksi Bima Sakti
Bintang ini ditemukan menggunakan teleskop luar angkasa James Webb milik NASA.
Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi 44 bintang kuno di galaksi Dragon Arc, yang terletak sekitar 6,5 miliar tahun cahaya dari Bima Sakti. Penemuan ini dilakukan dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA dan memanfaatkan fenomena yang dikenal sebagai gravitational lensing.
Dilansir laman Phys, Senin (13/1), gravitational lensing merupakan fenomena di mana cahaya dari objek yang jauh, seperti galaksi atau quasar, dibelokkan saat melewati medan gravitasi yang sangat kuat dari objek masif di depannya, seperti galaksi atau gugus galaksi. Dengan fenomena ini, astronom dapat mengamati objek yang biasanya terlalu redup atau jauh untuk terdeteksi oleh teleskop biasa.
-
Apa yang ditemukan astronom tentang Galaksi Bima Sakti? Para astronom telah menemukan kembaran galaksi Bima Sakti yang terjauh dari yang pernah diamati.
-
Apa yang ditemukan di dekat Galaksi Bima Sakti? Bintang tertua di alam semesta baru-baru ini ditemukan di sebelah galaksi Bima Sakti.
-
Dimana bintang tertua ditemukan? Bintang ini, yang dikenal sebagai LMC 119, ditemukan di Awan Magellan Besar yang mengitari Bimasakti dan merupakan bintang pertama dari generasi kedua yang ditemukan di galaksi lain.
-
Dimana letak Galaksi Bima Sakti di alam semesta? Berbagai studi menunjukkan bahwa Bima Sakti berada jauh dari struktur besar alam semesta yang menyerupai jaring kosmik raksasa. Oleh karena itu, para ilmuwan menyebut galaksi Bima Sakti sebagai bagian dari kawasan kosong yang dikenal sebagai Kekosongan Keenan, Barger, dan Cowie (KBC).
-
Bagaimana para ilmuwan menentukan jumlah bintang di Bima Sakti? Salah satu cara untuk memperkirakan populasi bintang di galaksi ini adalah dengan mengamati kecepatan orbit bintang-bintang di dalamnya. Hal ini memberikan gambaran mengenai tarikan gravitasi dan massa galaksi.
-
Kapan ditemukannya galaksi selain Bima Sakti? Tiga abad kemudian, setelah Galileo Galilei menemukan kumpulan bintang di langit, akhirnya para astronom membuat teleskop yang cukup besar untuk menunjukkan bahwa yang disebut dengan Bima Sakti bukanlah satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta.
Dalam konteks teori relativitas umum yang dikemukakan Albert Einstein, massa yang besar dapat melengkungkan ruang-waktu, mengakibatkan cahaya yang melewati medan gravitasi kuat tersebut membelok. Prediksi ini muncul pada awal abad ke-20 dan menjadi salah satu bukti signifikan dari teori relativitas umum. Objek masif seperti galaksi atau gugus galaksi berfungsi sebagai "lensa gravitasi," membelokkan cahaya dari objek yang lebih jauh.
Ketika cahaya dari galaksi latar belakang melewati gugus galaksi yang berada di depannya, cahaya tersebut mengalami distorsi, menciptakan gambar yang diperbesar, melengkung, atau bahkan membentuk cincin cahaya yang dikenal sebagai Einstein ring. Dalam kasus galaksi Dragon Arc, penemuan ini dimungkinkan berkat distorsi yang dihasilkan oleh gugusan galaksi masif Abell 370.
Gugusan Abell 370 merupakan salah satu yang pertama kali diamati menunjukkan fenomena gravitational lensing. Gugusan ini berfungsi sebagai lensa gravitasi besar yang memperbesar cahaya dari Dragon Arc, sehingga memungkinkan para astronom untuk mengamati bintang-bintang individual yang biasanya sulit terlihat pada jarak yang begitu jauh.
Raksasa Merah
Menariknya, fenomena ini juga diperkuat oleh efek lensa ganda atau microlensing. Objek-objek kecil dan bintang-bintang masif yang bergerak di sekitar gugusan ini menciptakan lensa tambahan, sehingga cahaya dari Dragon Arc semakin diperbesar. Variasi kecerahan yang dihasilkan dari efek ini dapat membantu astronom mempelajari lebih lanjut mengenai distribusi massa di dalam gugus galaksi dan bintang-bintang di latar belakang.
Kebanyakan bintang kuno yang teridentifikasi dalam Dragon Arc adalah raksasa merah atau supergiant merah, yang berada pada tahap akhir evolusi mereka. Pada tahap ini, bahan bakar inti hidrogen hampir habis, dan mereka mulai membakar elemen yang lebih berat seperti helium dan karbon.
Raksasa merah memiliki lapisan luar yang mengembang besar dengan suhu permukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan bintang seperti matahari, yang menyebabkan warna merah yang khas. Penemuan 44 bintang kuno di Dragon Arc memberikan wawasan yang signifikan tentang struktur dan evolusi galaksi pada masa awal alam semesta.
Bintang-bintang ini diperkirakan terbentuk ketika alam semesta masih muda, sekitar 1 hingga 2 miliar tahun setelah peristiwa Big Bang. Penelitian mengenai bintang-bintang tersebut dapat membantu para ilmuwan memahami bagaimana galaksi berkembang dan berevolusi seiring waktu, serta bagaimana distribusi massa memengaruhi pembentukan galaksi.