Burung Super Langka 'Separuh Jantan, Separuh Betina' Tertangkap Kamera Lagi Setelah 100 Tahun
Burung Super Langka 'Setengah Jantan, Setengah Betina' Tertangkap Kamera Lagi Setelah 100 Tahun
Honeycreeper hijau 'setengah betina, setengah jantan' ini diamati antara Oktober 2021 dan Juni 2023
-
Hewan langka apa yang ditemukan di Papua? Para ilmuwan baru-baru ini menemukan kembali spesies mamalia yang sudah lama hilang di Pegunungan Cyclops di Indonesia.
-
Dimana burung prasejarah ini ditemukan? Imparavis attenboroughi ditemukan di wilayah timur laut Tiongkok pada sekitar 120 juta tahun yang lalu atau pada masa Kapur Awal.
-
Kapan burung prasejarah ini hidup? Imparavis attenboroughi ditemukan di wilayah timur laut Tiongkok pada sekitar 120 juta tahun yang lalu atau pada masa Kapur Awal.
-
Bagaimana hewan itu terlihat? Makhluk besar misterius tersebut yang diberi nama “Nessie“. memiliki leher panjang dengan empat sirip besar berwarna merah serta ekor sepanjang 2 meter.
-
Apa nama hewan purba ini? Penemuan fosil-fosil yang sangat langka milik kerabat mamalia yang telah lama punah, yang pernah menjelajahi Amerika Utara pada 180 juta tahun yang lalu, diumumkan oleh pihak berwenang National Park Service (NPS) pekan lalu.
-
Kapan burung predator tersebut hidup? Alex Clark, mahasiswa Ph.D. di Field Museum dan Universitas Chicago mendeskripsikan dua spesies burung baru yang hidup berdampingan dengan dinosaurus Triceratops dan Tyrannosaurus rex 68 juta tahun yang lalu hanya dari satu tulang kaki pada masing-masing fosil.
Burung Super Langka 'Separuh Jantan, Separuh Betina' Tertangkap Kamera Lagi Setelah 100 Tahun
Ahli ornitologi di Kolombia berhasil memotret seekor burung honeycreeper hijau liar (Chlorophanes spiza) dengan bulu yang jelas terbagi menjadi setengah hijau dan setengah biru. Bulu hijau dimiliki oleh betina sementara biru dimiliki honeycreeper jantan.
Honeycreeper hijau 'setengah betina, setengah jantan' ini diamati antara Oktober 2021 dan Juni 2023 di sebuah stasiun pemberian makan di Villamaría, di departemen Caldas, Kolombia.
Honeycreeper hijau adalah spesies tangkai kecil yang sangat menarik dalam keluarga burung Thraupidae. Burung ini umum dan mudah dikenali di wilayahnya, mulai dari Meksiko selatan hingga Brasil tenggara.
Mereka seringnya memakan nektar, buah, dan serangga, dan sering mengunjungi tempat yang menyediakan buah.
Bulu honeycreeper menjadi penentu jenis kelamin. Honeycreeper betina berwarna hijau rumput, sedikit lebih pucat di bagian bawah, sementara jantan berwarna biru aqua dengan kepala dan dagu berwarna hitam.
Warna paruh juga bersifat seksual dimorfik: jantan memiliki mandibula kuning cerah dan rahang atas bawah, dengan kulmin hitam. Sementara betina memiliki mandibula kuning lebih kusam dan rahang atas hitam. Anak burung sebagian besar menyerupai betina.
Meskipun jantan memiliki sayap dan ekor sedikit lebih panjang daripada betina, terdapat variasi yang signifikan di dalam setiap jenis kelamin dan banyak tumpang tindih. Namun, tampaknya tidak ada perbedaan massa yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Fenomena honecreeper langka ini dikenal ginandromorfi bilateral.
“Ginandromorfi bilateral adalah kondisi di mana satu sisi dari suatu organisme menunjukkan karakteristik jantan dan yang lainnya betina,” jelas Profesor Hamish Spencer dari Universitas Otago, seperti dilansir Sci News.
“Kondisi ini ditemukan pada sejumlah besar kelompok hewan, terutama yang bersifat seksual dimorfik. Pada burung, fenomena ini diyakini muncul sebagai akibat dari kesalahan selama meiosis telur, dengan pembuahan ganda berikutnya oleh sperma yang terpisah,” sambung Spencer.
“Sebagai akibatnya, satu sisi burung memiliki sel betina heterogametik (ZW) dan sisi lainnya memiliki sel jantan homogametik (ZZ).”
Ini menjadi kasus ginandromorfi kedua yang tercatat pada honeycreeper hijau dalam lebih dari 100 tahun.
“Banyak pengamat burung bisa menghabiskan sepanjang hidup mereka tanpa melihat ginandromorfi bilateral pada spesies burung manapun. Fenomena ini sangat langka pada burung. Ini sangat mencolok, saya sangat beruntung bisa melihatnya,” ujar Profesor Spencer.
“Foto-foto burung ini membuat penemuan ini menjadi lebih signifikan karena mereka bisa dibilang yang terbaik dari semua spesies burung ginandromorfi bilateral liar yang pernah ada.”
“Gynandromorph penting untuk pemahaman kita tentang penentuan jenis kelamin dan perilaku seksual pada burung.”
Makalah tim ini dipublikasikan dalam Journal of Field Ornithology.