Coba baju jarang beli, toko di Beijing larang warga China masuk
Merdeka.com - Sebuah toko busana di Ibu Kota Beijing, China bikin sebel warga Negeri Tirai Bambu itu. Mereka melarang masuk seluruh konsumen warga China lantaran kelakuannya dinilai menganggu.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Sabtu (29/11), tanda itu berbunyi 'orang China dilarang masuk kecuali untuk karyawan'. Pegawai di sana menerangkan ini sudah menjadi alasan bisnis namun beberapa lagi mengatakan ini lantaran konsumen China benar-benar bikin kesal.
Satu pegawai di toko di Jalan Yabaolu, wilayah belanja paling tersohor se-Beijing mengatakan konsumen China terutama perempuan sering mencoba seluruh pakaian namun mereka akhirnya tidak jadi beli apa pun.
-
Mengapa menghabiskan makanan dianggap kurang sopan di Tiongkok? Untuk menghargai tuan rumah, biasanya orang Indonesia akan berusaha menghabiskan hidangan yang telah disajikan. Namun di Tiongkok, hal ini justru dinilai kurang sopan, lho. Pasalnya, menghabiskan makanan tanpa menyisakan sedikitpun menandakan bahwa si tuan rumah tak memberikan santapan kepada tamu dengan porsi cukup.
-
Kenapa polisi China mengusur pedagang? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. 'Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas,' terangnya.
-
Kenapa orang memboikot produk? Survei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
-
Kenapa pedagang kelontong keturunan China sering berteriak? Mereka menjajakan dagangannya dengan berteriak. Sehingga membuat warga berkerumun mendatangi pedagang kelontong tersebut.
-
Siapa yang memboikot produk? Sejumlah negara di Teluk dan negara mayoritas Islam memimpin dalam survei ini.
-
Kenapa pembeli dikeroyok? 'Kemudian R Acoka justru menarik mobil tersebut dan terjatuh, lalu dia meneriaki Paisal dengan kalimat maling yang membuat warga terprovokasi,' katanya.
Hal ini dibuktikan oleh jurnalis China bekerja untuk Beijing Youth Daily. Saat hendak masuk ke toko dia langsung dicegah pramuniaga toko mengatakan mereka tidak menjual baju pada warga China dengan alasan bajunya takut ditiru.
Tanda itu juga ditaruh lantaran ada turis yang kehilangan dompet dan toko itu wajib membayar ganti rugi. "Kami tidak bermaksud mengucilkan bangsa kami namun mereka sering bertindak kelewatan," ujar pegawai toko itu.
Di jejaring sosial China Weibo banyak penggunanya menghasut agar toko itu ditutup. Namun Profesor Li Xiandong dari Universitas Ilmu dan Pengetahuan Politik China mengatakan meski tanda itu sangat diskriminatif namun pemilik toko tidak melanggar peraturan. Belum ada hukum yang mengatur soal rasisme di Beijing. (mdk/din)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Staf barang mewah itu bahkan menolak permintaan si wanita untuk meminta air minum, bahkan menatap sinis.
Baca SelengkapnyaSelama ini, izin platform TikTok di Indonesia hanya aplikasi media sosial, bukan e-commerce
Baca SelengkapnyaLebih dari setengah juta wisatawan dari daratan China mengunjungi Jepang.
Baca SelengkapnyaUsai menerbitkan larangan TikTok Shop untuk berjualan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau situasi terbaru Pasar Tanah Abang.
Baca SelengkapnyaDampak masuknya barang murah China membuat industri di sejumlah negara terancam kolaps.
Baca SelengkapnyaAkun media sosial hingga situs jasa titip (jastip) pembelian barang impor China dengan harga murah banyak bermunculan.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli pedagang Pasar Tanah Abang jadi perhatian pemerintah.
Baca SelengkapnyaIsy menyampaikan sampai saat ini Kemendag belum menerima pendaftaran atau pengajuan izin berusaha melalui sistem elektronik.
Baca SelengkapnyaPelaku UMKM yang berdagang di TikTok Shop mayoritas hanyalah pengecer (reseller) dari barang yang diproduksi dari China.
Baca SelengkapnyaDi e-commerce ini banyak pilihan pakaian dan aksesori trendi dengan harga yang sangat rendah.
Baca SelengkapnyaPemerintah China memiliki dukungan yang penuh kepada para pelaku usahanya.
Baca Selengkapnya