Ilmuwan Ungkap Orang Skandinavia Kuno Buat Perahu dari Kulit Binatang, Digunakan Untuk Berburu dan Dagang 5.000 Tahun Lalu
Penemuan ini membuka wawasan baru tentang kebudayaan awal Eropa terkait dunia maritim.

Berdasarkan penelitian terbaru, orang Skandinavia mungkin telah menggunakan perahu yang terbuat dari kulit binatang untuk berburu dan berdagang sekitar 5.000 tahun lalu.
Penemuan ini membuka wawasan baru tentang kebudayaan awal Eropa terkait dunia maritim. Orang-orang ini disebut berasal dari Pitted Ware Culture (PWC), berdasarkan ciri khas tembikar dengan lubang yang dalam, bermigrasi dari Timur dan menetap di Skandinavia modern, termasuk sebagian Swedia, Denmark, dan Finlandia antara 3500 SM dan 2300 SM.
Dilansir The Independent, Jumat (20/9), para ahli menyebut masyarakat ini terkenal di Zaman Batu Eropa karena mereka bertahan hidup dengan berburu anjing laut dan menangkap ikan di saat masyarakat lainnya mulai mempraktekan sistem pertanian lebih dari lima abad.
Melihat itu, para arkeolog berteori bahwa PWC kemungkinan besar menggunakan perahu yang terbuat dari kulit binatang untuk memancing, berburu, bepergian dan berdagang melintasi jarak yang jauh di perairan laut yang terbuka.
“Karena kita tahu bahwa orang-orang PWC melakukan pelayaran semacam itu, tampaknya sangat mungkin bahwa mereka menggunakan perahu yang lebih canggih daripada perahu kayu sederhana untuk perjalanan ini,” tulis para peneliti.
Namun, para peneliti masih belum mengetahui jenis perahu yang PWC gunakan, meskipun beberapa peneliti menemukan bukti perahu yang dibuat oleh PWC tetapi kano tersebut masih terlalu kecil untuk digunakan di laut terbuka.
Hipotesis ini diperkuat dengan ditemukannya artefak seni cadas yang ditemukan di Skandinavia utara yang menggambarkan pemandangan perburuan anjing laut, penangkapan ikan dan perburuan paus.

Tulang Anjing Laut
Para peneliti menjelaskan, perahu yang digambarkan pada seni cadas ini tampaknya menyerupai perahu kulit Umiak yang digunakan oleh suku Inuit di Kutub Utara.
"Ini mungkin merupakan cara untuk menggambarkan orang-orang yang berdiri di dalam perahu kulit dengan lampu latar yang merupakan atribut Umiak yang terbuat dari kulit anjing laut," tulis para peneliti.
Selain seni cadas para arkeolog juga menemukan banyak sisa penyamak dan tulang anjing laut di situs arkeologi PWC. Minyak dan kulit anjing laut kemungkinan digunakan sebagai bahan baku utama untuk membuat perahu berbahan kulit kedap air.
Diperkirakan tulang anjing laut ini tidak hanya digunakan sebagai makanan, tetapi juga sebagai bahan baku pembuatan pakaian, tenda, dan bahkan mungkin perahu, demikian dugaan para ilmuwan.
“Kami berpendapat bahwa banyak bukti menunjukkan bahwa perahu kulit banyak digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan pelayaran jarak jauh oleh masyarakat PWC,” jelas para peneliti.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti