Selama Ini Penasaran, Arkeolog Akhirnya Temukan Lokasi Bangsa Viking Bikin Kapal
Arkeolog selama ini tidak menyadari apa yang sudah mereka lihat ternyata menjadi lokasi pembuatan kapal-kapal hebat itu.
Bangsa Viking dikenal dengan kehebatan angkatan laut mereka menaklukkan negeri-negeri yang jauh.
Kapal menjadi jantung kehidupan di wilayah Skandinavia.
-
Bagaimana arkeolog menemukan harta karun Viking? Ketika penggalian, dua arkeolog itu menemukan empat cincin lengan perak besar dengan hiasan yang berbeda-beda.
-
Kenapa arkeolog menemukan harta karun Viking? Awalnya seorang petani ingin membangun jalan traktor untuk lahan pertaniannya, ia kemudian memanggil arkeolog untuk menyurvei tempat tersebut.
-
Dimana lokasi penemuan permukiman bangsa Viking? Di bawah ladang yang luas di Norewegia, arkeolog menemukan sekumpulan bangunan kuno peninggalan bangsa Viking.
-
Siapa yang menemukan artefak Viking? Arkeolog Norwegia dari proyek 'Secrets of the Ice' menemukan mata panah zaman Viking saat melakukan survei di Pegunungan Jotunheimen.
-
Dimana harta karun Viking ditemukan? Dua arkeolog Norwegia baru-baru ini menemukan harta karun peninggalan bangsa Viking di lereng gunung Norwegia.
-
Bagaimana arkeolog mendeteksi permukiman Viking? Pemindaian dilakukan menggunakan kendaraan kecil seperti mobil golf. Kendaraan ini dilengkapi dengan alat georadar dan diawaki oleh para arkeolog.
Puluhan ribu gambar kapal prasejarah ditemukan menghiasi bebatuan di seluruh wilayah yang kini meliputi Norwegia, Swedia, dan Denmark.
Meski begitu, hanya sedikit bukti yang tersisa tentang bagaimana atau di mana orang-orang Viking benar-benar membangun kapal-kapal mereka.
Kini, penelitian baru oleh Mikael Fauvelle, seorang arkeolog antropologi di Universitas Lund, Swedia, menunjukkan sisa-sisa sejarah industri konstruksi maritim yang hebat ini telah ditemukan. Ilmuwan selama ini salah melihatnya.
Dilansir Smithsonianmag, selama Zaman Perunggu Nordik, dari sekitar tahun 2000 hingga 500 SM, berbagai jenis komoditas mengalir masuk dan keluar dari Eropa Utara melalui jaringan perdagangan jarak jauh yang membentang di seluruh benua.
Tungku api
Itu termasuk perunggu yang menjadi nama zaman itu, yang menurut bukti dilebur dari timah dan tembaga yang ditambang hingga ke Spanyol dan Kepulauan Inggris.
"Semakin jelas," kata Fauvelle, "banyak dari perjalanan perdagangan ini harus dilakukan melalui laut."
Kayu pada umumnya tidak awet di lingkungan berair, jadi perahu Skandinavia dari Zaman Perunggu (hampir) sudah tidak ada lagi.
Sebaliknya, Fauvelle dan rekan-rekannya mencari tanda-tanda arkeologis yang ditinggalkan oleh pembuatan perahu di situs-situs lain di seluruh dunia.
Berdasarkan bukti etnografi dan arkeologis sebelumnya, salah satu tanda yang jelas adalah keberadaan lubang-lubang yang menunjukkan bukti orang-orang menggunakan api untuk melubangi pohon, memperluas dan membentuk kayu, serta membangun dan memperbaiki perahu.
Di British Columbia dan bagian lain Amerika Utara, kata Fauvelle, tungku api banyak digunakan oleh masyarakat pribumi untuk membuat perahu, termasuk menghasilkan uap guna membengkokkan kayu—teknik tradisional yang terdokumentasi di seluruh dunia dan masih bertahan hingga saat ini.
Lubang untuk memasak makanan
Senada dengan Fauvelle, arkeolog Ben Jennings di Universitas Bradford, Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan orang Skandinavia awal kemungkinan besar membangun perahu galian dan perahu yang terbuat dari papan menggunakan berbagai metode pembakaran dan pengukusan.
Pesisir Skandinavia dipenuhi dengan lubang-lubang yang berasal dari Zaman Perunggu dan berisi sisa-sisa arang, jelaga, kayu yang terbakar, dan batu-batu yang retak karena api.
Arkeolog sudah lama mengetahui tentang lubang-lubang ini, tetapi berasumsi lubang-lubang itu digunakan untuk memasak makanan. Namun, seperti yang dicatat Fauvelle dan rekan-rekannya dalam makalah mereka, banyak lubang yang terletak di pantai-pantai panjang, tempat yang masuk akal untuk membangun perahu, dan di sebelah situs-situs yang mengalami penggundulan hutan selama periode yang relevan.
Jennings mengatakan mengklasifikasikan ulang beberapa lubang yang seharusnya digunakan untuk memasak ini sebagai situs pembuatan perahu dari Zaman Perunggu adalah ide yang sangat menarik mengingat lubang-lubang itu tidak memiliki bukti yang jelas tentang persiapan makanan, seperti pecahan-pecahan tembikar, tulang-tulang hewan, atau biji-bijian yang hangus.
Sara Rich, seorang arkeolog maritim di Universitas Coastal Carolina di South Carolina yang tidak terlibat dalam penelitian itu, sepakat bahwa penafsiran ulang ini tampaknya sepenuhnya masuk akal.