Takjub, Paus Abu-Abu yang Telah Dinyatakan Punah Tiba-Tiba Muncul di Samudera Atlantik
Saat melakukan survei udara, para ilmuwan melihat seekor paus abu-abu yang dinyatakan punah di Samudera Atlantik. Yuk, simak!
Yuk, simak faktanya!
Takjub, Paus Abu-Abu yang Telah Dinyatakan Punah Tiba-Tiba Muncul di Samudera Atlantik
Para ilmuwan mengalami kejadian yang sangat langka ketika mereka melihat seekor paus abu-abu berlayar melintasi perairan pesisir New England. Pasalnya, paus abu-abu (Eschrichtius Robustus) ini sebelumnya telah dinyatakan punah di bagian Samudera Atlantik. Spesies tersebut belum pernah terlihat di sana selama lebih dari 200 tahun.
Apa yang ada di balik munculnya kembali paus abu-abu ini?
-
Bagaimana paus atlantik utara ditemukan? Dion dan para ahli di kapal itu segera mendokumentasikan paus-paus tersebut. Mereka juga menghubungi Canadian Whale Institute yang mengkonfirmasi identifikasi spesies ini.
-
Dimana paus atlantik utara ditemukan? Hingga 2 Oktober, setidaknya beberapa paus masih berada di Teluk Fundy, kata Dion. Teluk Fandy berjarak sekitar 160 kilometer di sebelah timur laut Bar Harbor, Kanada.
-
Dimana hiu paus bisa ditemukan? Hiu paus biasanya ditemukan di perairan hangat di laut terbuka dan kadang dekat pantai, tetapi populasinya terancam punah.
-
Apa fakta unik tentang paus? Pas Fin ternyata memiliki kebiasangan menyanyikan lagu dengan keras untuk menarik pasangan betina. Menurut Scientific American, suara tersebut sangatlah berisik karena dapat didengar hingga jarak 1.000 kilometer.
-
Dimana Paus punggung patah ditemukan? Gambar tragis seekor paus bungkuk terlihat di lepas pantai Baja California Sur, Meksiko, menggambarkan dampak serangan kapal dengan tulang punggung patah.
-
Siapa yang mengamati paus atlantik utara? Danielle Dion, seorang ahli biologi laut senior sekaligus ahli alam, menghabiskan sebagian besar dari 22 tahun terakhirnya di atas kapal wisata penonton paus Quoddy Link Marine di Kanada.
Fakta Paus Abu-Abu
Paus abu-abu yang memiliki nama ilmiah Eschrichtius Robustus diyakini telah punah di bagian Samudera Atlantik. Menurut Akuarium New England di Boston, spesies tersebut belum pernah terlihat kembali di sana selama lebih dari 200 tahun. Paus abu-abu ini dikenal dengan tubuh berwarna abu-abunya yang berbintik-bintik. Ukurannya pun sangat besar, di mana paus abu-abu betina dapat memiliki panjang hingga 49 kaki atau sekitar 15 meter, dan berat rata-rata mencapai 90.000 pon setara 41.000 kilogram. Paus abu-abu tidak memiliki sirip punggung. Sebaliknya, ia justru memiliki punuk punggung di bagian punggung bawahnya.Penemuan Paus Abu-Abu di Samudera Atlantik
Saat melakukan survei udara pada tanggal 1 Maret, para peneliti dari akuarium memperhatikan seekor paus yang sedang berenang sendirian di kedalaman 30 mil (48 km) tepat di sebelah selatan Nantucket, Massachusetts. Binatang tersebut tampak sedang berburu seekor merpati dan kemudian muncul kembali, sehingga memungkinkan para ilmuwan di pesawat untuk memotret paus yang sedang beraksi itu.
Pada dasarnya, mereka telah memiliki gambaran tentang apa yang tertangkap mata dan kameranya, namun mereka tidak dapat memastikan sampai mereka kembali ke akuarium untuk meninjau gambar tersebut. O'Brien kemudian memberikan fotonya kepada rekan peneliti, yang memastikan bahwa kecurigaannya tentang paus abu-abu adalah benar. Meskipun paus abu-abu umum ditemukan di Samudra Pasifik, penampakan terakhir yang tercatat di bagian Atlantik juga terjadi pada abad ke-18. Dalam 15 tahun terakhir, hanya lima makhluk yang terlihat di perairan Atlantik dan Mediterania, termasuk penampakan langka pada bulan Desember di lepas pantai Florida. Para ilmuwan mengira kali ini mungkin juga paus yang sama.
Munculnya Kembali Paus Abu-Abu yang Telah Dianggap Punah
Para ilmuwan yang menemukan penampakan paus abu-abu masih belum mengetahui secara pasti alasan paus tersebut melakukan perjalanan jauh ke utara.
Namun, mereka memiliki pendapat bahwa perubahan iklim global kemungkinan besar menjadi salah satu penyebabnya. Hal itu karena Northwest Passage, jalur laut di Kanada yang menghubungkan Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik, secara teratur kehilangan es dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar terjadi karena adanya peningkatan suhu global.