Warga Palestina Demo Bawa Foto Putin dan Kim Jong-un, Serukan Hentikan Kekejaman Israel
Beberapa dari mereka juga melemparkan batu ke arah pasukan Israel dan membakar ban.
Para pengunjuk rasa Palestina di Kota Hebron, Tepi Barat, pekan lalu mengibarkan bendera Rusia dan Hamas sambil membawa potret Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Warga Palestina Demo Bawa Foto Putin dan Kim Jong-un, Serukan Hentikan Kekejaman Israel
Mereka melakukan protes dan mengekspresikan kemarahan atas serangan udara Israel di Jalur Gaza dan dukungan AS untuk Israel.
Mereka menyerukan agar serangan udara Israel ke Gaza dihentikan.
Palestinians took to the streets of Hebron carrying Russian flags and portraits of President Putin and Kim Jong Un, asking for help to stop the ongoing bombing of Gaza pic.twitter.com/POXsZvRRIU
— RT (@RT_com) October 21, 2023
Selama demonstrasi, para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Hebron untuk menunjukkan solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza. Beberapa dari mereka juga melemparkan batu ke arah pasukan Israel dan membakar ban. Seorang reporter CNN juga diadang oleh satu kerumunan.
Dilansir Anadolu, Rabu (25/10), kemarin Putin menyebut situasi di Jalur Gaza adalah “bencana kemanusiaan”. Dalam pertemuannya dengan perwakilan beberapa agama di Moskow, Putin mengatakan, "orang-orang tak bersalah tidak boleh menanggung akibat dari kejahatan yang dilakukan oleh orang lain."
Ia menentang prinsip "tanggung jawab kolektif," dan menyatakan dalam kasus ini, para lanjut usia, wanita, anak-anak, dan keluarga-keluarga seluruhnya menjadi korban.
Putin menegaskan kembali posisi Rusia pada solusi dua negara untuk krisis Israel-Palestina, dengan alasan "ini adalah kunci untuk penyelesaian jangka panjang dan mendasar serta perdamaian di Timur Tengah."
"Tugas utamanya adalah menghentikan pertumpahan darah dan kekerasan. Jika tidak, perluasan lebih lanjut dari krisis ini berpotensi menimbulkan konsekuensi serius dan sangat berbahaya, merusak, bukan hanya untuk wilayah Timur Tengah. Ini bisa meluas jauh melampaui perbatasan Timur Tengah," ujarnya.
Ia mengecam upaya "beberapa kekuatan" untuk memainkan perasaan agama dan nasional guna menciptakan ketidakstabilan dan kekacauan demi "kepentingan pribadi."
"Umat Islam dihasut melawan umat Yahudi. Syiah dihasut melawan Sunni, Orthodox pun sama, melawan Katolik. Di Eropa, mereka membiarkan penghinaan dan perusakan terhadap yang dianggap suci bagi umat Islam. Di sejumlah negara, para penjahat Nazi dengan terbuka dimuliakan," ujarnya."Tujuan dari semua tindakan ini, menurut pendapat saya, adalah jelas - untuk melipatgandakan ketidakstabilan di dunia, memecah belah budaya, bangsa, agama-agama dunia, memprovokasi konflik peradaban. Semua sesuai dengan prinsip terkenal memecah belah dan menguasai.'"