Santriwati penyandang tunarungu atau tuli menghafal Alquran di Pesantren Tahfiz Difabel, Jalan Manunggal Jaya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Semangat Santriwati Tunarungu Menghafal Alquran di Pesantren Difabel Pertama Jakarta
Pesantren
Pesantren Tahfiz Difabel merupakan program pondok pesantren untuk santri disabilitas yang diinisiasi oleh Baznas (Bazis) Provinsi DKI Jakarta.
Program ini hadir untuk santri tunarungu yang ingin mempelajari dan menghafal Alquran.
Saat ini Pesantren Tahfiz Difabel telah berjalan sekitar tiga bulan.
Sementara, ada 9 santriwati yang ditampung di ponpes tersebut.
Santriwati penyandang tunarungu bersiap menghafal Alquran di Pesantren Tahfiz Difabel, Jalan Manunggal Jaya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Santriwati penyandang tunarungu menghafal Alquran di Pesantren Tahfiz Difabel, Jalan Manunggal Jaya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Santriwati penyandang tunarungu menghafal Alquran di Pesantren Tahfiz Difabel, Jalan Manunggal Jaya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Santriwati penyandang tunarungu menghafal Alquran di Pesantren Tahfiz Difabel, Jalan Manunggal Jaya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Santriwati penyandang tunarungu menghafal Alquran di Pesantren Tahfiz Difabel, Jalan Manunggal Jaya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Santriwati penyandang tunarungu menghafal Alquran di Pesantren Tahfiz Difabel, Jalan Manunggal Jaya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (24/10/2022).
Delisa kini telah beranjak menjadi wanita karier yang begitu menginspirasi.
Baca SelengkapnyaPada 2022, BPS merilis angka penyandang disabilitas usia produktif di Indonesia sebesar 17 juta orang. Sementara, hanya 7,6 juta saja yang terserap dunia kerja.
Baca SelengkapnyaSetelah terpuruk selama satu tahun karena tuli, ia kemudian bangkit melalui usaha madu. Keterbatasannya mampu ia lawan hingga cuan jutaan rupiah.
Baca SelengkapnyaSosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Baca SelengkapnyaPasutri ini membuktikan bahwa menjadi difabel bukan halangan untuk produktif.
Baca SelengkapnyaKusnadi pernah terpuruk hingga tak percaya diri. Tak lama, ia berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar tidak bergantung ke orang lain.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah mahasiswa difabel yang menjadi lulusan terbaik dan tercepat di kampusnya.
Baca SelengkapnyaIbu Musirah merupakan contoh nyata bahwa keterbatasan tidak seharusnya membuat kita membatasi diri.
Baca SelengkapnyaPria asal Trenggalek ini pernah bekerja dengan gaji Rp10 ribu per hari
Baca SelengkapnyaIa berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Baca SelengkapnyaPara relawan ini sangat menghormati hak-hak para difabel
Baca SelengkapnyaUstaz Subki adalah seorang marbut di Masjid Jami' Hudallah yang terletak di jalan Puspogiwang, Gisikdrono, Semarang.
Baca Selengkapnya