Milenial dan Masalah Keuangan, 4 Penyebab Utama Kesulitan Finansial
Generasi milenial sering kali terjebak dalam perilaku yang menghalangi mereka mencapai tujuan keuangan.
Perilaku keuangan generasi milenial selalu menjadi perbincangan yang menarik, terutama dalam konteks kebiasaan finansial mereka. Banyak orang berpendapat bahwa generasi ini cenderung tidak mendukung stabilitas keuangan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Berbeda dengan generasi baby boomers yang lebih memilih pola hidup hemat dan mengutamakan tabungan, milenial sering kali terjebak dalam kebiasaan yang menghalangi pencapaian tujuan keuangan. Misalnya, pengeluaran untuk konsumsi yang sulit dikendalikan dan kurangnya perencanaan untuk masa depan.
Salah satu faktor utama yang membuat milenial sering menghadapi masalah keuangan adalah perubahan prioritas yang disebabkan oleh perkembangan zaman. Mereka lebih memprioritaskan pengalaman hidup, seperti berlibur, bersantai di kafe, atau membeli barang-barang untuk menunjang penampilan di media sosial, sehingga mengabaikan pentingnya menabung atau berinvestasi. Selain itu, pola pikir yang kurang tepat mengenai uang dan pengelolaannya juga menjadi tantangan bagi generasi ini, meskipun mereka hidup di era yang penuh dengan peluang digital.
-
Bagaimana milenial dapat mencapai kebahagiaan finansial? Lebih dari enam dari 10 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa mendapatkan nasihat keuangan yang baik sangatlah penting untuk mencapai kebahagiaan finansial.
-
Siapa yang mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Mengapa gen z dan milenial rentan terjerat investasi bodong? 'Sikap FOMO juga membawa generasi muda terjebak pada investasi bodong. Sementara tanpa pemahaman keuangan dan investasi yang memadai, kelompok ini justru banyak menjadi korban terhadap iming-iming yang menggiurkan. Mereka kerap meniru apa yang dilakukan oleh influencer maupun tokoh idolanya, termasuk saran terkait keuangan,' terang Friderica.
-
Mengapa gaya hidup konsumtif bisa menyebabkan masalah keuangan? Gaya hidup konsumtif sering kali membuat seseorang mengeluarkan uang lebih banyak daripada yang mereka mampu, menggunakan kredit atau pinjaman untuk memenuhi kebutuhan konsumtif mereka. Penggunaan kartu kredit yang berlebihan dan pinjaman konsumtif tanpa perencanaan yang matang dapat menyebabkan tumpukan hutang yang sulit dilunasi.
-
Apa saja tantangan keuangan yang dihadapi generasi sandwich? Generasi sandwich menghadapi tantangan finansial yang kompleks, dengan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, merawat orang tua, serta mendukung keluarga.
-
Apa yang membuat gen z dan milenial rentan terhadap investasi bodong? Generasi ini, kata Friderica merupakan kelompok yang rentan secara finansial dengan gaya hidup yang lebih banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibanding menabung maupun berinvestasi.
Namun, tidak semua milenial menghadapi tantangan keuangan yang sulit. Banyak dari mereka yang mampu mengatur keuangan dengan baik dan bahkan mencapai kestabilan finansial di usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa memiliki kebiasaan finansial yang sehat bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dicapai. Oleh karena itu, sangat penting bagi milenial untuk memahami kebiasaan-kebiasaan yang dapat menghambat mereka secara finansial serta cara untuk mengatasinya. Berikut ini adalah empat kebiasaan yang sering membuat milenial mengalami kesulitan finansial, seperti yang dilansir oleh Merdeka.com dari laman yourtango.com pada Kamis (28/11/2024).
1. Kebiasaan untuk Menghindari Masalah Keuangan
Menghindari masalah keuangan merupakan kebiasaan yang umum di kalangan milenial. Tindakan ini dapat terlihat dalam bentuk mengabaikan tagihan, tidak memeriksa laporan keuangan, atau menghindari diskusi mengenai uang. Kebiasaan tersebut sering kali muncul akibat perasaan stres, cemas, atau malu terkait kondisi keuangan yang sedang dihadapi.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Economic Psychology pada tahun 2022 menunjukkan bahwa perilaku ini dikenal sebagai financial avoidance, yang sering kali memperburuk keadaan keuangan. Sebagai contoh, menunda pembayaran kartu kredit dapat mengakibatkan penumpukan bunga, sementara tidak menyusun anggaran bulanan dapat membuat pengeluaran menjadi tidak terkontrol.
Langkah pertama untuk menghadapi masalah keuangan adalah dengan berani menghadapinya. Anda bisa memulainya dengan tindakan sederhana, seperti menyusun daftar pengeluaran, menilai pendapatan, dan membuat anggaran bulanan. Apabila merasa kesulitan dalam proses ini, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan dari konsultan keuangan. Alternatif lainnya, Anda juga dapat memanfaatkan aplikasi keuangan yang dapat membantu dalam melacak pengeluaran. Dengan cara ini, diharapkan Anda dapat mencapai kestabilan finansial yang lebih baik.
2. Uang Dianggap dapat Mendatangkan Kebahagiaan
Keyakinan bahwa memiliki uang secara otomatis akan membawa kebahagiaan merupakan salah satu jebakan psikologis yang sering dialami oleh generasi milenial. Memang benar bahwa uang dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan, tetapi kebahagiaan yang dihasilkan dari uang biasanya bersifat sementara. Penelitian menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, tambahan penghasilan tidak selalu berkontribusi signifikan terhadap kebahagiaan.
Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2023 menyimpulkan bahwa penghasilan sekitar $75,000 per tahun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan rasa puas. Namun, bagi sebagian individu, tingkat kebahagiaan dapat terus meningkat dengan penghasilan yang lebih tinggi, tergantung pada gaya hidup dan prioritas yang mereka pilih. Penting untuk dipahami bahwa kebahagiaan tidak sepenuhnya bergantung pada uang.
Oleh karena itu, sebaiknya fokus pada tujuan yang lebih bermakna, seperti membangun hubungan yang baik, meningkatkan kualitas hidup, atau memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Dengan cara ini, pengelolaan keuangan kita dapat menjadi lebih terarah dan tidak hanya terfokus pada pemenuhan keinginan konsumtif semata. Mengarahkan perhatian pada aspek-aspek yang lebih mendalam dalam hidup dapat membawa kebahagiaan yang lebih berkelanjutan dan memuaskan.
3. Uang Sering Kali Dipandang Secara Negatif oleh Sebagian Orang
Sejumlah milenial memiliki pandangan negatif terhadap uang, menganggapnya tidak penting. Pandangan ini sering kali dipengaruhi oleh faktor pendidikan, lingkungan keluarga, atau nilai-nilai budaya yang menganggap bahwa mengejar uang merupakan tindakan yang egois atau tidak bermoral.
Akibatnya, mereka cenderung mengabaikan perencanaan keuangan dan merasa malu untuk mencari peluang mendapatkan penghasilan tambahan. Padahal, uang itu sendiri hanyalah sebuah alat yang netral. Pemanfaatan uang sepenuhnya tergantung pada tujuan dan prinsip dari penggunanya. Uang dapat digunakan untuk hal-hal positif, seperti membantu sesama, berinvestasi demi masa depan, atau mendukung kegiatan sosial.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk mengubah cara pandang terhadap uang. Mulailah dengan melihat uang sebagai sarana yang dapat membantu dalam mencapai tujuan hidup. Jangan sungkan untuk belajar bagaimana cara meningkatkan penghasilan, seperti mengikuti pelatihan keterampilan, berinvestasi, atau memulai usaha kecil. Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan uang secara bijak dan produktif demi kebaikan diri sendiri dan orang lain.
4. Tidak mau Mempelajari Cara untuk Mendapatkan Penghasilan
Banyak generasi milenial merasa ragu dengan konsep "belajar untuk menghasilkan uang" dan menganggap bahwa keterampilan seperti penjualan, pemasaran, dan negosiasi tidak sesuai dengan diri mereka. Namun, penting untuk dipahami bahwa kemampuan untuk menghasilkan uang adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan sangat penting di zaman sekarang.
Menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2023, motivasi untuk mencapai kekayaan berkaitan erat dengan keinginan individu untuk belajar bagaimana cara menghasilkan uang. Setelah pandemi COVID-19, kesempatan untuk belajar dan mendapatkan penghasilan semakin luas, terutama dengan adanya berbagai platform digital dan pelatihan daring yang tersedia.
Oleh karena itu, penting untuk berani meninggalkan zona nyaman dan mulai mempelajari keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Contohnya, Anda bisa mempelajari digital marketing, memulai bisnis online, atau mengikuti pelatihan keterampilan yang dapat meningkatkan daya saing Anda di dunia kerja.