Detik-Detik Menteri Surachman Tewas Ditembak TNI di Blitar, Dicap PKI
Merdeka.com - Di tengah perburuan para loyalis Sukarno, Ir. Surachman diam-diam menggabungkan diri dengan kaum gerilyawan komunis di Blitar.
Oleh: Hendi Jo
Blitar Selatan, 15 Juli 1968. Kabut masih memenuhi hutan Tumpak Kepuh di Desa Sumberdadi pagi itu. Di jalan setapak, seorang lelaki paruh baya berjalan tenang sambil menenteng tas berwarna hitam.
-
Mengapa Kerto Pengalasan menyerah? Dikutip dari kanal YouTube Embara Lensa, ada yang menyebut penyerahan dirinya sebagai strategi menyusup.
-
Apa yang dilakukan Suparlan saat pelurunya habis? Ketika pelurunya habis, Suparlan mencabut pisau komandonya.
-
Siapa yang menerobos iring-iringan TNI? Tampak emak-emak ini menerobos iring-ringan TNI yang hendak mengantar Kapolda Aceh Irjen Ahmad Haydar yang akan purna tugas dari Makodam ke Mapolda Aceh.
-
Bagaimana Tribrata tampil saat peragaan kolone senapan? Kala momen peragaan kolone senapan, aksi Tribrata terlihat gagah.
-
Siapa yang mundur? Mahfud Md memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan Menko Polhukam. Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3 Mahfud MD, berencana mundur dari jabatan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam).
-
Apa yang diselamatkan oleh para perwira TNI? Semua kembali ke staf dengan membawa uang untuk pasukan-pasukan dan dinas-dinas untuk melaksanakan secara resmi timbang terima uang itu.
Ketenangan itu berganti ketegangan saat dia mengetahui kehadiran satu regu tentara dari Kompi C Batalyon 521 Kodam Brawijaya di dekat kawasan itu. Langkahnya berubah menjadi cepat.
Salah seorang prajurit bernama Jatimin lantas berteriak meminta lelaki itu untuk berhenti. Alih-alih dituruti, langkahnya malah semakin cepat bahkan setengah berlari. Tembakan peringatan pun dilontarkan tiga kali ke udara. Namun tak jua digubris.
Akhirnya Kopral Dua Soepono pun mengarahkan senapannya ke tubuh yang mulai menjauh. Dor! Dor! Dor! Seketika terjungkalah dia.
Akibat tembakan itu, pangkal paha lelaki tersebut. Namun dia masih hidup. Dalam kondisi kritis, dia masih menyebut namanya sebagai Gunawan, ketika ditanya oleh salah seorang prajurit menjelang nyawanya melayang.
Menteri Irigasi Kabinet Dwikora II
Ketika memeriksa tas hitam yang yang dibawanya, para penggeledah hanya menemukan sehelai sarung usang berwarna hijau yang membalut sebuah radio transistor mini. Di sana juga ditemukan sebuah buku berjudul Kaum Buruh Sedunia Bersatulah! karya Mao Zedong, ketua Partai Komunis Tiongkok.
Dua hari kemudian, Wakil Komandan Satuan Tugas Operasi Trisula (operasi khusus memburu sisa-sisa anggota PKI di wilayah Blitar Selatan) Letnan Kolonel Sasmito mengidentifikasi lelaki itu sebagai Ir. Surachman, Menteri Irigasi Kabinet Dwikora II.
Dia juga merupakan Sekretaris Jenderal Partai Nasional Indonesia (PNI) yang sejak Februari 1966 dinyatakan buron karena dituduh sebagai anggota PKI. Demikian pernyataan Sasmito dalam buku Operasi Trisula Kodam VIII Brawijaya karya Semdam VIII Brawijaya.
Hampir setahun kemudian, peran politik Surachman sebagai 'orang PKI yang diselusupkan' ke tubuh PNI dikuatkan oleh Kusnun alias Abdullah, anggota verfikasi CC PKI urusan Kalimantan. Dalam sidang hari ke-4 pengadilan subversi terhadap terdakwa Sardjono dan Florentinus Suharto pada 30 Mei 1969, Kusnun menyebut bahwa Ir. Surachman dan Karim DP merupakan para infiltran PKI di tubuh PNI.
Tapi, ketika ditanya tentang bukti administratif mengenai keberadaan para anggota PKI yang berada di partai-partai lain itu, Kusnun menjawab soal tersebut sulit dihadirkan di pengadilan.
"Karena untuk kepentingan security, maka bukti-bukti itu biasanya dimusnahkan," kata Kusnun seperti dikutip oleh Abadi, 31 Mei 1969.
Dalam buku Banteng Segitiga, kekomunisan Surachman dikuatkan oleh Profesor Soenarjo S.H (salah seorang pendiri PNI). Dia menyebut Surachman sebagai anggota PNI lebih pandai mengekor PKI.
Tetapi tuduhan itu ditepis Satya Graha, mantan wakil pemimpin redaksi Suluh Indonesia (koran milik PNI). Sebagai seorang yang pernah mengenal insinyur pertanian lulusan UGM itu (1961), dia tidak yakin bahwa tokoh muda PNI tersebut sebagai orang PKI.
"Saya kira dia hanya seorang loyalis Bung Karno yang sangat radikal, lantas musuh-musuh politik Bung Karno mem-PKI-kan-nya setelah Peristiwa Gestok (Gerakan Satu Oktober)," ujar Satya.
Keyakinan Satya Graha berkelindan dengan pendapat ahli sejarah politik Indonesia J. Eliseo Rocamora. Dalam bukunya, Nasionalisme Mencari Ideologi: Bangkit dan Runtuhnya PNI 1946-1965, Rocamora menyebut tuduhan itu tidak memiliki dasar.
"Tulisan-tulisan panjangnya di koran PNI Suluh Indonesia tidak menyingkapkan sedikit pun gaya penulisan atau pemikiran PKI," ungkap Rocamora.
Saat Bung Karno masih berkuasa, Surachman memang nampak sekali sangat mendukung ide Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunis). Dia juga menyetujui pembentukan Angkatan Kelima dan terkesan melakukan pembelaan terhadap aksi-aksi sepihak yang dilakukan oleh banyak kader PKI.
Namun soal itu bisa dimaklumi, kata Rocamora. Sebagai seorang loyalis Sukarno, Surachman tentunya akan mengacu kepada sikap presidennya tersebut.
Rocamora pun bisa memahami jika kemudian Surachman bergabung dengan kaum gerilyawan komunis di Blitar Selatan. Di tengah 'ketidakpastian' dan aksi Letnan Jenderal Soeharto menangkapi menteri-menteri-nya Sukarno pada 1966, adalah wajar bila Surachman kemudian semakin berpaling kepada PKI. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anggota TNI AL Koptu SB diamankan Pomal Lantamal VI Makassar karena menembak dua warga, SR (19) dan FL (16).
Baca SelengkapnyaAKP Ryanto Ulil Anshar ditembak di parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) dini hari.
Baca SelengkapnyaKapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?
Baca SelengkapnyaTembakan pelaku mengenai pelipis kanan dan bagian pipi korban
Baca SelengkapnyaKolonel Sahirman dan sejumlah pimpinan PKI Jawa Tengah melarikan diri setelah G30S/PKI gagal.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan saat itu korban Briptu Kiki Supriyadi berada di bagian belakang dan kemudian ditembak.
Baca SelengkapnyaAksi penembakan terjadi di Kantor Polres Solok Selatan, Sumatera Barat pada Jumat (22/11) dini hari.
Baca Selengkapnya"Kasus ini sangat memprihatinkan, korban tewas sia-sia karena perilaku oknum yang brutal," kata Habiburokhman.
Baca SelengkapnyaAkibat serangan KKB itu, anggota Satgas Pamtas Mobile Yon 7 Marinir TNI-AL gugur.
Baca SelengkapnyaPemberontakan G30S/PKI juga meletus di Semarang. Brigjen Suryo Sumpeno mengerahkan panser dan tank untuk mengusir mereka.
Baca SelengkapnyaSelain ditetapkan sebagai tersangka, ketiganya juga telah dilakukan penahanan.
Baca SelengkapnyaKapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Suharyono mengatakan AKP Dadang melepaskan tembakan ke arah AKP Ulil dari jarak dekat.
Baca Selengkapnya