Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Eks Gerilyawan DI/TII Hidup Enak Usai Bantu TNI Buru PKI dan Pejabat era Sukarno

Eks Gerilyawan DI/TII Hidup Enak Usai Bantu TNI Buru PKI dan Pejabat era Sukarno Anggota DI/TII. Departemen Penerangan©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, orang-orang PKI diburu. Dalam perburuan tersebut, pihak Angkatan Darat memberdayakan orang-orang Darul Islam yang menjadi musuh bebuyutan kaum komunis di Indonesia.

Penulis: Hendi Jo

Ketika Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) sedang gencar-gencarnya memusuhi pemerintah Sukarno pada 1950-an, Danu Muhammad Hasan dikenal sebagai salah satu orang dekat S.M. Kartosoewirjo yang menjadi buruan tentara.

Belakangan ketika pemberontakan kelompok sayap kanan itu bisa diakhiri pada 1962, Danu justru menjalin hubungan yang akrab dengan orang-orang Operasi Khusus (Opsus), kelompok intelijen Angkatan Darat pimpinan Ali Moertopo. Salah satunya adalah Aloysius Sugiyanto.

"Saya sering main ke rumah Danu di Situaksan, Bandung," kata Sugiyanto.

Usai terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965, kelompok-kelompok Islam menjalankan konsolidasi kekuatan. Pihak Angkatan Darat tentu saja tak berdiam diri melihat peluang itu. Mereka malah memfasilitasi kekuatan-kekuatan anti-PKI itu untuk ikut terjun secara langsung dalam operasi-operasi menumpas orang-orang komunis.

Mata-Matai Orang Dekat Sukarno

Para bekas anggota DI/TII, yang merupakan musuh bebuyutan PKI, termasuk pihak yang didekati oleh Angkatan Darat. Dalam The Second Front: Inside Asia’s Most Dangerous Terrorist Network, Ken Conboy menyebut pendekatan itu langsung dilakukan oleh Ali Moertopo.

Ali meyakinkan para mantan gerilyawan DI/TII untuk berdiri di kubunya dalam menghadapi PKI sebagai musuh bersama. Lewat beberapa orang kepercayaannya (di antaranya adalah Aloysius Sugiyanto dan Pitut Soeharto), Ali lantas menjanjikan fasilitas dan pengampunan total jika para eks pemberontak itu mau bekerja sama dengan pihak Angkatan Darat.

Gayung bersambut. Ajakan Opsus itu langsung diamini oleh para pemimpin DI/TII. Bahkan, menurut Conboy, mereka sangat antusias. Itu dibuktikan dengan segeranya mereka bergerak usai kesepakatan terjadi.

"Danu dan kelompok kecil pendukungnya menjelajah Jakarta guna membongkar persembunyian para pejabat rezim Sukarno," tulis Conboy.

Bahkan secara khusus, Danu mendapat order dari Opsus untuk memburu Soebandrio, eks Wakil Perdana Menteri (Waperdam), bekas kepala Badan Poesat Intelijen (BPI) sekaligus orang dekat Presiden Sukarno yang dianggap pro PKI.

"Danu saya tugaskan memata-matai gerak-gerik Soebandrio," ungkap Sugiyanto.

Selain di Jakarta, orang-orang eks DI/TII juga diberdayakan di Jawa Barat. Menurut Sugiyanto, saat menjalankan penumpasan, para eks gerilyawan itu sepenuhnya difasilitasi secara penuh oleh Kodam VI Siliwangi.

Namun soal itu dibantah oleh Adah Djaelani, salah satu tokoh terkemuka DI/TII. Dalam buku NII Sampai JI: Salafy Jihadisme di Indonesia karya Solahudin, Adah mengaku jika orang-orangnya membiayai sendiri operasi penumpasan PKI.

"Adah bilang saat menghabisi orang-orang PKI, eks anggota DI hanya mendapatkan bantuan pinjaman senjata," ungkap Solahudin.

Eks DI/TII Hidup Enak

Kerja sama itu ternyata berlangsung sukses. Tidak ingin disebut ingkar janji, maka Angkatan Darat memberikan hadiah. Selain pembebasan dari dosa-dosa pemberontakan 1949-1962, mereka pun mendapatkan banyak kemudahan saat menjalankan bisnis.

Sebagai contoh Ateng Djaelani, salah satu dedengkot DI/TII yang ikut dalam penumpasan orang-orang PKI. Selain mendapat modal usaha, dia pun malah diangkat sebagai ketua Gabungan Perusahaan Minyak dan Gas (Gapermigas) Kotamadya Bandung.

Sementara Danu sendiri direkrut Ali Moertopo untuk bekerja di Badan Koordinasi Intelijen (Bakin). Dia mendapat fasilitas rumah dinas, mobil dinas dan gaji bulanan. Menurut Solahudin, situasi mapan itu menjadikan para eks anggota DI/TII sejenak melupakan cita-cita mereka untuk mendirikan sebuah Negara Islam.

"Saat itu kami tak berpikir sama sekali untuk menghidupkan kembali gerakan DI/TII," ujar Adah Djaelani seperti dikutip dalam buku karya Solahudin.

Tidak hanya memberikan fasilitas perorangan, pada 21 April 1971 pemerintah Orde Baru pun (lewat Bakin) memfasilitasi pertemuan reuni akbar eks anggota DI/TII di Situaksan, Bandung. Sekira 3.000 eks anggota DI/TII hadir dalam pertemuan yang dihadiri juga oleh para pejabat Bakin seperti Pitut Soeharto.

Dalam acara itu, ada ajakan dari Pitut kepada para peserta untuk bergabung dengan Golongan Karya, partai politik yang didukung pemerintah Orde Baru. Menyikapi hal tersebut, para eks anggota DI/TII pun menjadi terbelah.

"Ada yang menyambut baik, ada pula yang langsung menolaknya mentah-mentah," ujar Solahudin. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Daftar Tiga Operasi Militer yang Membuat Soeharto Diangkat Jadi Jenderal Besar Bintang Lima
Daftar Tiga Operasi Militer yang Membuat Soeharto Diangkat Jadi Jenderal Besar Bintang Lima

Hanya ada tiga jenderal besar dalam sejarah Indonesia. Apa yang membuat Soeharto menjadi salah satu penerimanya?

Baca Selengkapnya
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus

Di tengah panasanya penumpasan PKI, Jenderal Soeharto mengaku sempat mau dibunuh.

Baca Selengkapnya
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang
Gagah Berseragam Didampingi Istri, Intip Potret Lawas Jenderal Besar TNI, Sosoknya Selalu Dikenang

Potret lawas mendiang Jenderal Besar AH Nasution saat masih berseragam militer bersama istrinya.

Baca Selengkapnya
Sosok Letjen Djamin Ginting, Pahlawan Nasional Penuh Jasa Asal Tanah Karo
Sosok Letjen Djamin Ginting, Pahlawan Nasional Penuh Jasa Asal Tanah Karo

Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.

Baca Selengkapnya
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5
Sosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5

Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.

Baca Selengkapnya
Ibnu Hadjar, Mantan Prajurit TNI yang Balik Badan Jadi Pembelot
Ibnu Hadjar, Mantan Prajurit TNI yang Balik Badan Jadi Pembelot

Ibnu Hadjar merupakan mantan Letnan Dua TNI yang berujung menjadi pemberontak pemerintah dalam pasukan DI/TII.

Baca Selengkapnya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya
Monumen Ini Jadi Saksi Bisu Kejamnya Pembantaian PKI di Wonogiri, Begini Kisah di Baliknya

Tercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.

Baca Selengkapnya
Kecil Cari Uang Menyemir Sepatu Tentara, Ternyata Nasibnya Jadi Jenderal Bintang Empat
Kecil Cari Uang Menyemir Sepatu Tentara, Ternyata Nasibnya Jadi Jenderal Bintang Empat

Ini perjuangan sosok jenderal legendaris TNI. Siapa sangka bocah penyemir sepatu itu menjadi Panglima.

Baca Selengkapnya
Sempat Putus Sekolah hingga Berjualan Rokok dan Koran, Mantan Panglima ABRI Ini Terkenal Jujur Bersahaja
Sempat Putus Sekolah hingga Berjualan Rokok dan Koran, Mantan Panglima ABRI Ini Terkenal Jujur Bersahaja

Sosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan

Baca Selengkapnya
Potret Lawas Bung Karno & Dewi Soekarno di Pembangunan RS, Beberapa Bulan Pasca G30S
Potret Lawas Bung Karno & Dewi Soekarno di Pembangunan RS, Beberapa Bulan Pasca G30S

Sebuah potret lawas yang merekam aktivitas sang Proklamator beredar di media sosial.

Baca Selengkapnya
Foto Langka Jenderal A.H Nasution & Pemimpin PKI D.N Aidit, 'Ketawa Bareng, Habis Itu'
Foto Langka Jenderal A.H Nasution & Pemimpin PKI D.N Aidit, 'Ketawa Bareng, Habis Itu'

Foto langka Jenderal A.H Nasution dan D.N Aidit sukses mencuri perhatian. Terlihat dalam foto lawas tersebut keduanya saling tersenyum dan tertawa.

Baca Selengkapnya
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo
Perintah Rahasia Letjen Soeharto ke Kostrad: Lindungi Mahasiswa yang Berdemo

Militer ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.

Baca Selengkapnya