Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Letnan Kolonel Soeharto Nyaris 'Dibereskan' Pasukan Divisi Siliwangi

Letnan Kolonel Soeharto Nyaris 'Dibereskan' Pasukan Divisi Siliwangi Soeharto. ©buku gramedia/hj siti hardiyanti rukmana

Merdeka.com - Dicurigai sebagai perwira komunis, Komandan Resimen Yogyakarta itu hampir saja dihabisi para prajurit dari Divisi Siliwangi.

Penulis: Hendi Jo

Sejarah resmi Indonesia mengenal sosok Jenderal Soeharto sebagai penumpas gerakan komunis nomor satu. Karena aksinya, kudeta Gerakan 30 September yang dituduhkan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965 mengalami kegagalan. Dengan kegagalan itu maka selamatlah Indonesia dari hantu komunis dan memunculkan rezim Orde Baru yang tidak memberikan hak hidup kepada PKI.

Tetapi tak banyak pihak yang mengetahui. Delapan belas tahun sebelumnya, Soeharto sempat dicurigai sebagai perwira PKI dan nyaris dihabisi para prajurit Divisi Siliwangi. Soal itu sempat terekam dalam sebuah dokumen pribadi milik almarhum Kolonel (Purn) Omon Abdurrachman berjudul ‘Menoempas Pemberontakan PKI 1948’.

Soeharto Diinterogasi

Omon yang saat itu berpangkat mayor dan menjabat sebagai kepala staf Brigade ke-13 Kesatuan Reseve Umum X Divisi Siliwangi berkisah. Suatu senja pada akhir September 1948, di tengah ketegangan antara Divisi Siliwangi yang pro pemerintahan Hatta dengan Divisi Panembahan Senopati yang bersimpati kepada FDR (Front Demokrasi Rakjat, sebagian besar diisi oleh para aktivis PKI).

Salah seorang anak buah Omon yakni Kapten Imam Sjafi’i (kelak menjadi Menteri Urusan Keamanan di era Kabinet 100 Menteri) melapor bahwa pasukannya telah menahan seorang 'letnan kolonel PKI' yang tengah keluyuran di Surakarta.

"Pak, saya menangkap overste PKI, apa saya bereskan saja?" ujar Kapten Sjafi.

Mayor Omon yang merasa harus berhati-hati dalam melakukan tindakan, tidak serta merta setuju dengan usulan Sjafi’i. Dengan tegas, dia melarang tindakan gegabah itu dan memerintahkan sang kapten untuk membawa perwira yang ditangkap ke hadapannya.

Begitu overste itu dihadapkan kepada Omon, sang mayor langsung terkejut. Dia ternyata mengenal perwira itu sebagai Letnan Kolonel Soeharto. Dalam dokumen itu, dia sebutnya sebagai Komandan Resimen Yogyakarta. Setelah memberi salut secara militer, dengan sopan Mayor Omon menginterogasi Letnan Kolonel Soeharto dan menanyakan maksud kehadirannya di Surakarta.

Soeharto menjawab bahwa dirinya baru menghadiri undangan rapat konfrensi para pimpinan TNI yang diselenggarakan oleh Kolonel Djokosujono (salah satu tokoh FDR) di Balai Kota Madiun pada 24 September 1948.

"Apakah Overste juga merupakan anggota FDR?" tanya Omon."Bukan, saya komandan resimen TNI di Yogya. Tapi saya datang karena memang diundang oleh mereka," jawab Soeharto."Komandan kami (Letnan Kolonel Sadikin), juga diundang mereka. Tapi beliau tidak pergi karena sama sekali bukan simpatisan," sindir Omon."Saya pergi atas perintah Panglima Besar, Pak Dirman," kata Soeharto."Adakah surat perintahnya?""Ada," jawab Soeharto"Bolehkah saya melihatnya?""Boleh," ujar Soeharto sambil menyodorkan sehelai kertas .

Minta Maaf

Omon membaca surat itu dengan seksama. Di lembar yang langsung ditandatangani oleh Panglima Besar Soedirman itu dinyatakan kalau Soeharto mengemban tugas penting untuk pergi ke Surakarta dan Madiun.

Usai membaca surat tersebut, barulah Mayor Omon yakin bahwa Letnan Kolonel Soeharto bukan bagian dari FDR. Dia lantas minta maaf dan memerintahkan Kapten Sjafi’i untuk mengawal Soeharto ke perbatasan Surakarta-Yogyakarta hingga selamat.

Soal penangkapan itu sempat disebut-sebut juga oleh Soeharto dalam otobiografinya: Pikiran,Ucapan dan Tindakan Saya. Namun hanya selintas. Ada kesan Soeharto tidak menganggap penting peristiwa tersebut.

"Agak kurang dramatis," ujar ahli sejarah Indonesia asal Belanda itu.

Misi dari Jenderal Soedirman

Dalam bukunya, Madiun 1948: PKI Bergerak, Poeze juga membenarkan kedatangan Soeharto ke Madiun atas perintah Soedirman. Tujuannya, selain menyelidiki situasi Madiun pasca Insiden 18 September 1948, juga mengemban misi mencegah 'perwira kesayangan Soedirman' Letnan Kolonel Soeadi Soeromihardjo bergabung dengan FDR.

Bahkan lebih jauh diungkapkan oleh Poeze bahwa setiba di Madiun, Soeharto sempat berdiskusi dengan Moeso dan bertemu dengan Soemarsono, tokoh pemuda FDR.

Pertemuan dengan Soeharto juga sempat dibenarkan Soemarsono. Dalam kesempatan itu, kata Soemarsono, dirinya bahkan sempat mengajak Soeharto berkeliling Madiun dan membuktikan sendiri kondisi kota di Jawa Timur itu aman-aman saja.

"Soeharto nampak percaya dan menyatakan akan melaporkan situasi yang dilihatnya kepada Pak Dirman," ungkap Soemarsono dalam suatu wawancara pada 2014. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus
Jenderal Soeharto Mau Dbunuh Pakai Racun Tikus

Di tengah panasanya penumpasan PKI, Jenderal Soeharto mengaku sempat mau dibunuh.

Baca Selengkapnya
Deretan Jenderal Berani Tantang Soeharto
Deretan Jenderal Berani Tantang Soeharto

Sejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.

Baca Selengkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya

Kapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?

Baca Selengkapnya
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965
Pasukan Pembawa Maut dari Lubang Buaya di Pagi Buta 1 Oktober 1965

1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.

Baca Selengkapnya
Cerita Soeharto Nyaris Mau Mundur dari Tentara, Malah Dikasih Bintang Satu
Cerita Soeharto Nyaris Mau Mundur dari Tentara, Malah Dikasih Bintang Satu

Soeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.

Baca Selengkapnya
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI

Brigjen Soepardjo adalah tentara paling tinggi yang terlibat langsung penculikan para jenderal saat G30S/PKi.

Baca Selengkapnya
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI
Misteri Letnan Satu Doel Arif, Komandan Penculik Para Jenderal Saat G30S/PKI

Doel Arif adalah komandan Pasopati dalam G30S/PKI. Perintah tangkap hidup atau mati datang darinya.

Baca Selengkapnya
Mahasiswa Demo Soeharto, Kampus ITB ‘Diserang’ Tentara Misterius
Mahasiswa Demo Soeharto, Kampus ITB ‘Diserang’ Tentara Misterius

Pada 25 Januari 1978, operasi kilat berhasil membungkam sementara gerakan mahasiswa Bandung.

Baca Selengkapnya
Pasukan Elite Baret Merah Buru & Tumpas Gerombolan PKI Kolonel Sahirman di Gunung Merapi-Merbabu
Pasukan Elite Baret Merah Buru & Tumpas Gerombolan PKI Kolonel Sahirman di Gunung Merapi-Merbabu

Kolonel Sahirman dan sejumlah pimpinan PKI Jawa Tengah melarikan diri setelah G30S/PKI gagal.

Baca Selengkapnya
Panser & Tank Kavaleri TNI AD Bikin Pasukan G30S/PKI di Semarang Kocar-Kacir
Panser & Tank Kavaleri TNI AD Bikin Pasukan G30S/PKI di Semarang Kocar-Kacir

Pemberontakan G30S/PKI juga meletus di Semarang. Brigjen Suryo Sumpeno mengerahkan panser dan tank untuk mengusir mereka.

Baca Selengkapnya
Sersan Mayor Boengkoes, Komandan Penculik G30S PKI Satu-Satunya yang Tidak Dieksekusi Mati
Sersan Mayor Boengkoes, Komandan Penculik G30S PKI Satu-Satunya yang Tidak Dieksekusi Mati

Boengkoes merupakan anggota Tjakrabirawa yang pangkatnya terus naik dari prajurit dua hingga menjadi sersan mayor.

Baca Selengkapnya
Kronologi Prajurit TNI Siksa Anggota KKB
Kronologi Prajurit TNI Siksa Anggota KKB

Penganiayaan dilakukan prajurit Batalion Infanteri Raider 300/Braja Wijaya yang bertugas di daerah Papua.

Baca Selengkapnya