Mengenal Soedirman Moentari, Pendakwah Islam di Suriname Keturunan Jawa
Merdeka.com - Selain di Indonesia, para keturunan Jawa banyak yang tinggal di Negeri Suriname, Amerika Selatan. Migrasi orang-orang Jawa ke Suriname dilakukan di awal abad ke-20. Di sana, mereka bekerja di perkebunan milik perusahaan Kolonial Belanda.
Walaupun merantau jauh melintasi Samudra, orang-orang Jawa tak meninggalkan budaya dan bahkan ajaran agama mereka, yaitu Islam. Bahkan, ada generasi keturunan Jawa yang mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan Islam di tanah Suriname. Orang itu bernama Soedirman Moentari.
Sebagai orang Islam keturunan Jawa, Soedirman mengatakan dulu banyak orang Islam keturunan Jawa di Suriname. Namun semua itu berkurang seiring dengan banyaknya mahasiswa yang belajar di luar negeri dan sekembalinya ke Surniame mereka mengharamkan tradisi masyarakat yang telah dipegang secara turun temurun.
-
Apa yang dilakukan orang Jawa Suriname? Mereka dibawa oleh Belanda sebagai pekerja kontrak.
-
Dimana orang Jawa tinggal di Suriname? Disana mereka menjadi tenaga kerja atau budak yang ditempatkan di beberapa perkebunan.
-
Bagaimana Orang Jawa Suriname belajar budaya Jawa? Selain dari orang tuanya, dulu ia sering berkunjung ke rumah para sesepuh Jawa di Suriname bagaimana dulu mereka bisa sampai di sana. Dari sesepuh itu pula Semoedi banyak belajar tentang budaya Jawa.
-
Kenapa Orang Jawa Suriname ingin ke Jawa? 'Ya ada rasa kangen. Tapi gimana nggak bisa ke sana. Tiketnya mahal. Nggak punya uang,' kata Bimbo dikutip dari dari kanal YouTube Moh Susilo.
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
-
Mengapa bahasa Jawa masih digunakan di Suriname? Orang Jawa di Suriname mempertahankan ritual Jawa, bahkan yang di Indonesia tradisi Jawa itu mulai ditinggalkan.
“Akhirnya banyak yang berpindah ke kejawen karena mereka menganggap kejawen sebagai agama. Padahal jelas kejawen itu bukan agama. Ini karena kerasnya sistem dakwah oleh para penyebar Islam di Suriname,” kata Soedirman, mengutip dari Iai-tribakti.ac.id. Berikut selengkapnya:
Sekolah ke Luar Negeri
©2021 Brilio.net
Oleh kedua orang tuanya, Soedirman disekolahkan ke luar negeri. Hingga akhirnya, dia memperoleh gelar sarjana di dua perguruan tinggi yang berbeda, satu dari Universitas Wagenigen, Belanda, dan satunya lagi dari Universitas Leiden, Belanda.
Selain itu, dia juga menguasai 10 jenis bahasa yang berbeda. Semasa kuliah, ia aktif di organisasi Ilsman di Suriname. Tak hanya tu, dia juga aktif di organisasi Islam Suriname di kampusnnya.
“Saya membantu perjuangan Islam dengan boklet. Waktu itu tidak ada komputer, internet, dan semua invovasi seperti saat ini,” kata Soedirman, mengutip dari Fiqihislam.com.
Menyebarkan Islam di Suriname
©2021 Brilio.net
Sepulang dari Belanda, Soedirman kembali ke Suriname dan menyebarkan agama islam di sana. Hal yang ia ajarankan di antaranya membaca Al-Qur;an dengan baik dan benar. Cara itu harus ia tempuh karena tak banyak orang-orang tua keturunan Jawa yang mengajarkan ajaran Islam dengan maksimal.
“Dulu kalau ada orang keturunan Jawa yang tidak Islam berarti bukan orang Jawa. Tapi setelah saya pensiun ini saya berniat memperjuangan Islam bagi keturunan Jawa di Suriname. Meski tanpa ada imbalan sedikitpun dan dengan tantangan yang ada. Karena saya ingin tetap ada Islam di Suriname,” kata Soedirman, mengutip dari Iaian-Tulungagung.ac.id.
Aktif Menulis
©2021 Brilio.net
Sejak kembali ke Suriname, Soedirman Moentari aktif menulis mata pelajaran agama Islam dalam bahasa Belanda. Tak hana itu, saat memberi khotbah pada masjid-masjid di Suriname, ia menyampaikannya dalam dua bahasa, Jawa dan Belanda. Bahasa Jawa untuk generasi tua, dan Bahasa Belanda untuk generasi muda.
Sebenarnya Soedirman juga bisa berbahasa Indonesia. Bahasa itu ia pelajari dari Staf Kedutaan Besar Indonesia yang ada di Paramaribo, Suriname.
“Sekarang ini banyak anak-anak muda di Suriname yang tidak lagi berbahasa Jawa,” kata Soedirman, mengutip dari Fiqihislam.com.
Mengunjungi Indonesia
©2021 Brilio.net
Pada 2015, Soedirman datang ke tanah Jawa dalam rangka napak tilas asal usul kakeknya di Desa Krekep, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Pada 10 Maret 2015, digelar Sarasehan Boedoyo di IAIN Tulungagung. Dalam acara itu, ia mengisahkan perjuangannya kepada para hadirin.
Ia menjelaskan, dulu di Suriname banyak orang Islam keturunan Jawa di Suriname. Namun seiring waktu jumlahnya terus berkurang karena beberapa hal, termasuk kurangnya perhatian terhadap pendidikan Islam di sana.
“Di sana guru agama kurang. Jadi tidak seperti di Tulungagung di mana banyak kyai dan ustadz yang mengajarkan ilmu agama Islam bagi anak-anak,” terang Soedirman. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mbah Sakinem ialah imigran Jawa yang kini tinggal di Suriname. Ia disebut menjadi saksi hidup satu-satunya perjalanan para imgiran Jawa ke Suriname.
Baca SelengkapnyaSuriname adalah sebuah negara yang berada di Amerika Selatan. Penduduknya menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaMereka ingin berkunjung ke tanah leluhur, namun terkendala biaya yang amat sangat mahal.
Baca SelengkapnyaKarena kiprahnya, sosok KH Sochari diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Serang, Banten.
Baca SelengkapnyaPak Priono tinggal di pelosok Hutan Suriname sejak tahun 2016 hingga kini.
Baca SelengkapnyaCara Syekh Jumadil Kubro menyebarkan Islam dengan berdagang dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Baca SelengkapnyaKarena fokus ke ajaran Nasrani, sosoknya pernah dikhawatirkan murtad oleh kalangan ulama di masa silam.
Baca SelengkapnyaIa adalah tokoh lokal dan nasional yang terkenal kharismatik
Baca SelengkapnyaRaja Champa meminta prajuritnya membunuh Syekh Ibrahim Asmoroqondi karena tak suka dengan dakwah Islam yang dilakukannya.
Baca SelengkapnyaMereka berharap bisa mendapatkan penghasilan besar di sana dan suatu saat bisa kembali ke Bojonegoro.
Baca Selengkapnya