Kampung Dukuh di Pedalaman Garut Berusia 4 Abad dan Bersahabat dengan Alam
Merdeka.com - Rimbunnya hutan di sisi Selatan Garut menyebabkan akses modernisasi di kampung ini terbentengi. Mayoritas Kampung Dukuh bermata pencaharian sebagai petani di sawah dan ladang. Rumah-rumah merekapun terbuat dari kayu dan atapnya dari daun ilalang.
Jauh dari kesan modern, bahkan Kampung Dukuh tidak ada seorangpun yang menggunakan peralatan elektronik. Ketika malam tiba, lampu cempor atau lampu tradisional yang mengandalkan api dan minyak tanah. Begitupula untuk memasak yang kini dengan modernisasi kompor gas, warga Kampung Dukuh justru masih mengandalkan kayu bakar.
-
Apa yang unik dari masyarakat kampung ini? Daerah tersebut dikenal dengan akulturasi masyarakat Dayak dan Tionghoa.
-
Siapa pemimpin Rukun Kampung? Serean inilah yang kemudian menjadi penyambung birokrasi sosial antara warga kampung dengan pihak kelurahan atau desa.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
-
Bagaimana masyarakat Baduy menjaga keasrian alam di kampung mereka? Salah satu upaya menjaga keasrian alam adalah melalui kegiatan bertaninya dengan sistem huma. Warga hanya boleh panen satu kali dalam satu tahun, dan merawat tanaman hasil buminya dengan tidak menggunakan pupuk kimia.
-
Kenapa Dusun Sekar Gadung disebut kampung mualaf? Dusun Sekar Gadung terkenal dengan sebutan kampung mualaf karena banyak warga nonmuslim yang beralih memeluk agama Islam.
-
Apa filosofi Kampung Dukuh? Kampung Dukuh terletak di Kabupaten Cikelet Garut, merupakan perkampungan yang masih memegang teguh filosofi arsitektur tradisional Sunda, seperti Luhur Handap, Wadah Eusi, dan Kaca-kaca.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Hidup berdampingan secara baik dengan hutan adalah visi Kampung Dukuh, Garut. Bahwa “Hutan bukan warisan, tetapi titipan untuk sumber daya kehidupan kita bersama”. Visi tersebut terpatri dalam batu marmer sebagai cara bertahan hidup jauh dari modernisasi.
Setidaknya ada 42 rumah dan 1 masjid sebagai pusat peribadatan di Kampung Dukuh. Terbagi sejumlah 172 orang untuk Kampung Dukuh Dalam, dan 70 kepala keluarga wilayah Kampung Dukuh Luar.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Kampung Dukuh secara administratif di Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Garut, Jawa Barat.Kampung Dukuh punya sejarah panjang yang masih dipertahankan hingga kini. Didirikan oleh seorang ulama pada abad ke-17 bernama Syekh Abdul Jalil. Kala itu wilayah Sumedang dipimpin oleh Bupati Rangga Gempol II. Atas saran dari Raja Mataram, Syekh Abdul Jalil diminta oleh Rangga Gempol II untuk menjadi seorang kepala agama. Saat itu ia menerima tawaran dengan syarat yang harus ditaati sebagai perjanjian.
Secara geografis memiliki wilayah yang terisolir. Sebelah utara dibatasi oleh Gunung Ragas, Samudera Hindia di selatan, Sungai Cipasarangan , Sungai Cimangke di sebelah Timur dan Barat.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Hanya 2 syarat agar Syekh Abdul Jalil berkehendak menjadi pemuka agama di Sumedang. Seluruh elemen masyarakat Sumedang dilarang melanggar hukum Islam, serta Bupati dan rakyatnya harus bersatu. Namun apa daya selang 12 tahun, kesepakatan tersebut dilanggar oleh sang bupati sendiri. Ia tega membunuh utusan dari Kerajaan Banten, karena tidak mau tunduk ke Kerajaan Banten.
Hal tersebut membuat Syeh Abdul Jalil merasa dihianati. Padahal, kesepakatan menyebutkan tidak ada pembunuhan, perzinaan, merampok beserta perbuatan buruk lainnya. Syekh Abdul Jalil lantas angkat kaki dan pergi menuju ke Selatan. Sampailah ia di tempat yang kini berdiri Kampung Dukuh. Sesuai dengan ajaranya, kampung Dukuh selalu mempertahankan syariat Islam sebagai aturan adat yang berlaku.
Kampung Dukuh sendiri dahulunya bernama padukuhan. Yang sama artinya dengan padepokan sebagai tempat di mana orang bisa tinggal dan mendekatkan diri pada Yang Maha Esa.
©2021 Merdeka.com/Reival Akbar
Dahulu, kebakaran berulang kali melanda Kampung Dukuh. Salah satunya pada tahun 2010 yang meluluhlantahkan 40 rumah tradisional mereka. Bahkan literasi sejarah Kampung Dukuh dengan arab gundul berbahasa Sunda turut musnah. Kini,ciri khas Kampung Dukuh telah direkonstruksi atas bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 1 Milyar.
Atas jasa dan keberhasilan Syekh Abdul Jalil menyebakan syiar Islam, Kampung Dukuh masih bertahan hingga kini. Setiap hari sabtu warga selalu berziarah ke makam Syekh Abdul Jalil. Warga luar juga diperkenankan berziarah dengan menjalankan aturan adat yang berlaku di Kampung Dukuh. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kabarnya, tanah di Kampung Cisungsang merupakan titipan dari Raja Sunda yang bersahaja bernama Pangeran Walasungsang.
Baca SelengkapnyaTatanan bangunan yang ada di Kampung Dukuh bukan sembarang dibangun. Terdapat filosofi dan makna dan penataan bangunan.
Baca SelengkapnyaPerpaduan pepohonan rindang dengan jalan setapak di perkampungan Baduy menghasilkan pemandangan yang indah dan estetik terutama saat pagi hari.
Baca SelengkapnyaKonon Desa Kedung Glatik sudah berdiri sejak abad ke-15
Baca SelengkapnyaJalan untuk menuju ke kampung itu sangat sulit. Pengendara harus melewati hutan, sungai, dan perkebunan teh.
Baca SelengkapnyaDi sini warganya menjujung tinggi gotong royong dan saling mendukung peribadatan kelompok lain.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaDi Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Baca SelengkapnyaWalaupun terbuka bagi siapapun, warga Thekelan tetap menjaga teguh adat istiadat dan tradisi mereka.
Baca SelengkapnyaDi era modern saat ini ternyata di Indonesia masih ada salah satu kawasan yang tidak dialiri listrik.
Baca SelengkapnyaRumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Baca Selengkapnya