Mengenal 6 Pamali di Sunda, dari Makanan sampai Aktivitas Sehari-Hari
Merdeka.com - Masyarakat Sunda di Jawa Barat dan Banten masih memegang teguh tradisi leluhur bernama pamali. Ini merupakan bentuk larangan dari kegiatan sehari-hari, termasuk dalam memperlakukan makanan. Kebiasaan ini dipercaya akan membawa hal buruk jika dilanggar.
Dalam sejarahnya, pamali sudah dipegang sebagai kebiasaan dari nenek moyang dalam menerapkan batasan di kehidupan. Banyak di antaranya pamali juga berangkat dari mitos agar yang melakoninya mendapatkan kebaikan.
Selain itu, pamali juga merupakan bentuk nasihat kepada keturunannya agar tidak melanggar norma dan adab yang berlaku di kalangan masyarakat Sunda. Berikut informasi selengkapnya tentang 6 pamali yang ada di Jawa Barat dan Banten.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
-
Bagaimana orang Malandang menjaga tradisi tersebut? Tak Boleh Ucapkan Kata 'Salam' Diungkap tokoh adat setempat, Komar, dilarangnya menyebut kata 'Salam' sebenarnya merupakan upaya untuk menjaga sopan santun dan rasa hormat terhadap sesepuh dusun yakni Raden Agus Salam.
-
Apa itu tradisi Maapam? Tradisi unik milik masyarakat Pasaman Barat itu bernama Maapam. Ya, setiap tahun, saat menyambut hari-hari besar Islam termasuk Bulan Ramadan, mereka akan memasak apam untuk dibagikan kepada masyarakat.
-
Bagaimana pantangan orang Betawi membantu mempererat relasi sosial? Sebenarnya terdapat pesan tersembunyi di baliknya agar seseorang yang melakoni pantangan bisa mendapat kebaikan dan mempererat relasi sosial.
-
Dimana pantang larang ini berasal? Mitos Pantang Larang Desa Padang Genting yang terletak di Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara memiliki tradisi berharga yang berperan penting dalam membentuk cara hidup dan pandangan masyarakat.
-
Apa itu tradisi Paculan? Paculan konon bisa memanggil rezeki bagi pengantin setelah menikah. Ada banyak tradisi di Indonesia untuk memeriahkan hari bahagia pernikahan. Di wilayah Serang, Provinsi Banten, Paculan jadi salah satunya.
Dilarang Makan Menggunakan Cobek
©Shutterstock
Mengutip laman Budaya Kuring, Selasa (28/2), pamali pertama yang wajib dipatuhi oleh masyarakat Sunda adalah tidak diperkenankan makan beralaskan cobek. Dalam kondisi ini, cobek yang digunakan untuk mengulek bumbu dan sambal, tidak diperkenankan untuk dijadikan tempat makan atau piring.
Menurut sejarahnya, jika seorang remaja atau pemuda yang melanggar pantangan itu akan mendapatkan jodoh yang usianya jauh dari dirinya alias lebih tua. Bahkan tak jarang, jodohnya akan berupa kakek atau nenek.
Namun di balik itu, ada makna baik yang tersirat karena makan beralaskan cobek akan menyebabkan batu atau serpihan unsurnya ikut termakan sehingga tidak baik untuk kesehatan tubuh.
Tak Boleh Makan Brutu Ayam
Brutu ayam ©2023 Merdeka.com
Kepercayaan berikutnya terkait pamali dalam makanan di Sunda adalah masyarakatnya dilarang makan brutu atau dalam bahasa Sunda tungir ayam. Tungir atau brutu adalah bagian belakang dari ayam, sebagai tempat untuk bertelur.
Menurut kepercayaan Sunda, jika seseorang memakan brutu atau tungir ayam akan berdampak usia yang menjadi pedek atau menjadi pelupa (pikun).
Namun berdasarkan ilmiahnya, ini terkait dengan banyaknya kandungan lemak dan kalori di bagian brutu atau tungir ayam, sehingga akan menimbulkan penyakit jika dikonsumsi dalam jumlah banyak seperti kolesterol hingga serangan jantung.
Dilarang Memakan Pisang di Bagian Pinggir
cybex.pertanian.go.id
Kemudian, masyarakat Sunda juga memercayai untuk tidak memakan buah pisang di paling sisi baik kanan maupun kiri. Orang tua akan mengarahkan anaknya untuk mengambil pisang pada bagian tengah karena dianggap memuliakan makanan.
Jika dilanggar, mengambil buah pisang dari paling pinggir kanan maupun kiri akan berakibat tersisihnya kehidupan di lingkup sosial. Atau mendapat perlakuan tidak enak sehingga dilupakan oleh lingkungannya.
Menurut nasihat logisnya, anak-anak secara tidak langsung diajarkan untuk mengambil pisang dari yang terkecil hingga yang terbesar sehingga dianggap menghilangkan kerakusan.
Menyapu Harus Bersih dan Tidak Boleh Dilompat
Foto: sayurbox ©2022 Merdeka.com
Selanjutnya ada kepercayaan masyarakat Sunda untuk kalangan perempuan agar menyapu dengan bersih, dan tidak meninggalkan debu atau kotoran. Para orang tua mengajarkan agar aktivitas membersihkan ruangan itu dilakukan dengan perlahan-lahan.
Dari kepercayaan yang beredar, menyapu dengan tidak bersih dan masih meninggalkan kotoran akan berakibat pada wanita-wanita yang masih lajang mendapatkan jodoh yang berkumis atau berjenggot lebat.
Walau demikian, perintah ini baik lantaran ketika kegiatan menyapu dilakukan secara berurutan maka seluruh sudut rumah akan bersih dan luput dari sisa debu atau kotoran yang terlewat.
Dilarang Memaku Benda saat Malam
©2023 Merdeka.com/Freepik
Selanjutnya, orang Sunda juga dilarang memukul palu untuk kegiatan apapun. Kegiatan tersebut akan dianggap tidak lazim oleh masyarakat.
Namun, makna dari tindakan ini adalah untuk melindungi diri karena saat malam kondisi tempat banyak yang gelap termasuk di sudut rumah, sehingga akan menyebabkan tangan terluka karena terkena palu.
Selain itu, memukul paku menggunakan palu saat malam akan menimbulkan suara yang keras sehingga mengganggu masyarakat untuk beristirahat.
Dilarang Bersiul saat Malam
Terakhir, orang Sunda juga dilarang untuk bersiul di malam hari di tempat apapun. Menurut warga setempat, bersiul akan mengundang makhluk lain untuk menirukannya.
Tetapi ini tidak sepenuhnya benar, lantaran orang tua zaman dahulu menyampaikan bahwa siulan merupakan tanda kebahagiaan dan orang yang melakukannya cenderung akan memamerkan kebahagiaan yang dekat dengan kesombongan.
Selain itu, dibanding melakukan tindakan bersiul, ada baiknya jika saat malam diisi dengan kegiatan beribadah salah satunya membaca Al Quran.
"Dan masih banyak lagi lainnya yang semuanya punya makna penuh dengan kehati-hatian, kewaspadaan, saling menghormati terhadap orang lain dan pesan moral lainnya," kata salah satu orang Sunda bernama Ufi, dilansir dari Merdeka.com/peristiwa (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pamali sudah dipegang sebagai kebiasaan dari nenek moyang, terutama di masyarakat Sunda, dalam menerapkan batasan di kehidupan.
Baca SelengkapnyaPantangan ini biasanya dilestarikan sebagai sebuah kearifan lokal.
Baca SelengkapnyaPantang larang berisi ajaran-ajaran apa yang tidak boleh dilakukan.
Baca SelengkapnyaMasak sendiri makanan di rumah bisa menjadi cara luar biasa untuk mempertahankan budaya kuliner Nusantara.
Baca SelengkapnyaPanyaraman jadi salah satu kearifan lokal khas Jawa Barat
Baca SelengkapnyaMakanan tradisional yang ada di sekitar kita memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan bisa membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.
Baca SelengkapnyaOrang Sunda biasa melakukan hal ini sebagai bentuk sopan santun
Baca SelengkapnyaIntip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaAdanya nilai-nilai berharga yang terkandung dalam pantun adat, generasi muda diajak belajar dan menghargai warisan budaya.
Baca SelengkapnyaArea sawah, kebun dan lingkungan sekitar rumah biasa dijadikan tempat terbaik untuk melaksanakan papahare.
Baca SelengkapnyaPantun Sunda berbeda dengan karya sastra Melayu, dan bisa digunakan untuk kegiatan ruwatan.
Baca SelengkapnyaKenalan lebih dekat dengan tradisi Papajar untuk menyambut bulan suci Ramadan ala masyarakat Sunda.
Baca Selengkapnya