Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal K.H Abdul Halim, Tokoh Pahlawan yang Jadi Pencetus Pendidikan di Majalengka

Mengenal K.H Abdul Halim, Tokoh Pahlawan yang Jadi Pencetus Pendidikan di Majalengka Tokoh Pahlawan Majalengka Abdul Halim. ©2020 https://santiasromo.or.id/Editorial Merdeka.com

Merdeka.com - Diperingatinya Hari Pahlawan pada 10 November menjadikannya sebagai momentum untuk kembali mengenang jasa-jasa para pejuang kemerdekaan di masa lalu. Mengingat terdapatnya darah serta cucuran keringat yang harus dikerahkan untuk mewujudkan kedaulatan negara.

Salah satu tokoh yang cukup berperan dalam hal tersebut adalah Abdul Halim atau K.H. Abdul Halim. Ia merupakan seorang tokoh kemerdekaan sekaligus ulama dari Kabupaten Majalengka yang lahir di Ciborelang pada 26 Juni 1887 dan wafat pada 7 Mei 1962 serta menjadi pencetus pendidikan bagi wilayah tersebut.

Tak hanya mencurahkan keringat, Abdul Halim juga mengerahkan pemikirannya demi memajukan pendidikan serta keagamaan di wilayah Majalengka dan sekitarnya. Sejak dulu ia memang tokoh yang ulet untuk mempelajari hal-hal baru dan membagikannya kepada masyarakat sekitar agar maju.

Berkelana dari Ilmu Timur ke Ilmu Barat

tokoh pahlawan majalengka abdul halim

©2020 Wikipedia/Editorial Merdeka.com

Mengutip dari sejarah-tni.mil.id, Abdul Halim memang sudah mulai dekat dengan ilmu keagamaan sejak usianya masih balita. Mengingat ia lahir dan tumbuh di lingkungan pesantren serta sang ayah yang juga merupakan penghulu tersohor di kawasan Jatiwangi, Majalengka, membuat dirinya kerap mendapatkan berbagai pelajaran keagamaan yang cukup dalam.

Hingga di usia 10 tahun dirinya pun terus mendalami berbagai macam ilmu termasuk ilmu kemanusiaan sebagai bekalnya untuk mengembangkan pendidikan kelak. Saat berusia 10 tahun, Abdul Halim pun semakin sering mendalami Al-Qur'an dan Hadist hingga mengantarkannya mendalami agama Islam bersama KH Anwar yang merupakan ulama terkenal saat itu.

Selain itu ia juga turut belajar dengan berkeliling dari satu pesantren hingga ke pesantren lainnya, baik yang berada di Majalengka hingga ke Pekalongan, Jawa Tengah. Bahkan Halim juga getol mendalami bahasa Belanda dan latin kepada Van Hoeven yang merupakan seorang pendeta dan misionaris di Cideres, Majalengka.

Kemudian setelah dirasa cukup, Halim masih melanjutkan petualangan bergurunya kepada Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi di Mekkah yang merupakan ulama Indonesia yang menjadi Imam Besar Masjidil Haram pada saat itu.

Mencetak Generasi Muda Islam di Majalengka

Di tahun 1911, ia terus berupaya membangun generasi muda di Majalengka agar memiliki pemikiran yang maju untuk melawan penjajah Belanda yang semakin semena-mena. Ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Majelis Ilmi di Majalengka.

Hal unik dari beliau, ia sama sekali tidak pernah disekolahkan oleh kedua orang tuanya di sekolah-formal (sekolah Belanda pasa saat itu). Dengan alasan sekolah tersebut tidak mengajarkan agama Islam.

Selain mendirikan lembaga pendidikan Islam, ia juga mendirikan organisasi pemuda Islam bernama Hayatul Qulub untuk membentuk remaja yang cinta majelis ilmu.

Memegang Prinsip Mandiri dalam Hidup

Selama berkelana untuk mengasah ilmu agama Islamnya, ia juga menyambi jualan untuk bertahan hidup. Ia berjualan berbagai kebutuhan santri seperti kecap, sarung, buku-buku agama hingga kain batik.

Ia memang selalu menerapkan prinsip kemandirian sebagai modal untuk bertahan hidup bagi para santrinya di kemudian hari. Tersebut juga yang kemudian terlihat dari terobosan Hayatul Qulub yang tak hanya berfokus di segi keilmuan, tetapi juga perekonomian dan lapangan pekerjaan.

Tokoh Pelopor Toleransi dari Majalengka

Di masa itu, Abdul Halim juga selalu menerapkan prinsip toleransi sebagai kebaruan di ranah keagamaan. Hal itu lah yang menjadi dasar ia bergaul bersama beberapa beberapa tokoh dari latar belakang prinsip yang berbeda, seperti KH Mas Mansur (kelak menjadi Ketua Umum Muhammadiyah) dan KH Abdul Wahab Hasbullah (salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama).

Kedekatannya itulah yang menjadi titik pertemuan antara tradisi islam tradisional dengan Islam modern yang ia bangun melalui diversity (keberagaman).

Memajukan Perkumpulan Islam di Tengah Gempuran Belanda

Di tengah kebijakan ekonomi yang berat sebelah dari Pemerintah Hindia Belanda membuat Hayatul Qulub diterpa isu miring. Pemerintah Belanda menuding organisasi tersebut menjadi dalang kerusuhan dan pembakaran dari toko-toko milik pedagang Tionghoa.

Sejak itu pun Belanda menginstruksikan untuk menutup segala kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Islam dan Ekonomi tersebut.

Namun semangatnya dalam membangun Majalengka lewat Islamisasi modern terus digerakkan. Kemudian ia kembali membuat pendidikan baru yang ia beri nama Jam’iyah al-I’anat al-Muta’alimin atau Perkumpulan Pertolongan untuk Pelajar.

Mendengar semangatnya membangun pendidikan di Kabupaten Majalengka, membuat Ketua Syarekat Islam HOS Tjokroaminoto memberi dukungan terhadap lembaga pendidikan itu. Hingga kemudian terus berkembang dan berubah nama menjadi Persjarikatan Oelama atau Perserikatan Ulama.

Mendirikan Sekolah Keterampilan dan Bakat

Selanjutnya ia pun kembali mendirikan sekolah yang dianggap berbeda di zamannya bernama Santi Asromo di tahun 1932.

Salah satu keunikan sekolah tersebut adalah terdapatnya kurikulum praktik pertanian, pertukangan, hingga kerajinan tangan untuk melihat dan mengembangkan minat dan bakat remaja Majalengka yang mengenyam pendidikan.

Saat tentara Jepang mulai masuk ke Indonesia di tahun 1942, beragam organisasi politik dan keagamaan pun dibekukan, termasuk Peserikatan Oelama yang ia bentuk bersama ke dua sahabatnya.

Tak sampai di situ, ia pun terus membuktikan dengan kembali mengajukan pendirian organisasi dan pada tahun 1944 usahanya berhasil. Tetapi namanya diganti menjadi Perikatan Oemat Islam (POI).

Delapan tahun kemudian, organisasi POI mengadakan fusi dengan Persatuan Umat Islam Indonesia (PUII) yang didirikan oleh K.H. Ahmad Sanusi sehingga membuat POI harus dirubah namanya menjadi PUI atau Persatuan Umat Islam dan Abdul Halim pun diangkat sebagai ketua pertamanya.

Saat masa Agresi Militer Belanda, ia turut berperan aktif dalam membantu pendistribusian logistik kepada para pejuang Indonesia. Selain itu juga sebelumnya terlibat sebagai anggota dari BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Dari kegigihannya itu, Residen Cirebon saat itu berupaya mengangkat sosok Abdul Halim sebagai Bupati Kabupaten Majalengka.

Hingga saat ini salah satu warisan beliau yang masih bertahan adalah PUI, serta beberapa Pondok Pesantren yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Abdul Chalim, Tokoh Pendidikan yang Raih Gelar Pahlawan Nasional
Sosok Abdul Chalim, Tokoh Pendidikan yang Raih Gelar Pahlawan Nasional

Anugerah gelar Pahlawan Nasional itu diterima oleh ahli waris Abdul Chalim.

Baca Selengkapnya
Mengenal Abdul Karim Amrullah, Ulama Pendiri Sekolah Islam Modern Pertama di Indonesia
Mengenal Abdul Karim Amrullah, Ulama Pendiri Sekolah Islam Modern Pertama di Indonesia

Ayah dari Buya Hamka ini adalah sosok ulama tersohor dan pelopor reformis Islam di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Profil Raja Ali Haji, Pujangga Kelahiran Melayu Pelopor Tata Bahasa Melayu Baku
Profil Raja Ali Haji, Pujangga Kelahiran Melayu Pelopor Tata Bahasa Melayu Baku

Putra Melayu kelahiran Kepulauan Riau ini dikenal sebagai pujangga abad 19. Ia memiliki mahakarya berjudul Gurindam Dua Belas pada tahun 1847.

Baca Selengkapnya
Sosok Ibrahim Marah Sutan, Kaum Intelek Masa Hindia Belanda Asal Padang Pariaman
Sosok Ibrahim Marah Sutan, Kaum Intelek Masa Hindia Belanda Asal Padang Pariaman

Seorang tokoh intelektual, pendidik, penulis, dan tokoh pergerakan asal Minangkabau ini hidup di masa Hindia Belanda dan Orde Lama.

Baca Selengkapnya
Mengenang Jasa Teuku Muhammad Hasan, dari Pemerhati Pendidikan hingga Gubernur Pertama di Sumatera
Mengenang Jasa Teuku Muhammad Hasan, dari Pemerhati Pendidikan hingga Gubernur Pertama di Sumatera

Selain berjuang untuk kemerdekaan, beliau juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan di bidang pendidikan dan agama.

Baca Selengkapnya
Mengenal Desa Wisata Leuwimunding yang Baru Diresmikan Kemenparekraf, Ada Makam Pendiri Nahdlatul Ulama
Mengenal Desa Wisata Leuwimunding yang Baru Diresmikan Kemenparekraf, Ada Makam Pendiri Nahdlatul Ulama

Di Kecamatan Leuwimunding terdapat 12 pesantren, 16 masjid, dan juga 378 musala sebagai penunjang destinasi religi

Baca Selengkapnya
Riwayat Habib Ali Kwitang, Keturunan Rasulullah di Betawi yang Membantu Terbentuknya Indonesia
Riwayat Habib Ali Kwitang, Keturunan Rasulullah di Betawi yang Membantu Terbentuknya Indonesia

Soekarno dan Hatta selalu meminta pertimbangan Habib Ali Kwitang terkait kapan waktu dan di mana lokasi yang tepat untuk menentukan proklamasi kemerdekaan.

Baca Selengkapnya
Wafat di Usia 98 Tahun, Ini Profil KH Arief Mahya Sesepuh NU Asal Lampung
Wafat di Usia 98 Tahun, Ini Profil KH Arief Mahya Sesepuh NU Asal Lampung

Tokoh besar pejuang dan sesepuh dari Nahdlatul Ulama (NU) yang paling disegani di Lampung inii telah tutup usia pada Rabu (15/5) siang.

Baca Selengkapnya
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan
Mengenang Chatib Sulaiman, Tokoh Perjuangan Kemerdekaan yang Namanya Bak Terlupakan

Tokoh perjuangan kemerdekaan asal Tanah Datar ini mulai dilupakan, bahkan namanya sendiri sudah diajukan sebagai pahlawan nasional sejak lama

Baca Selengkapnya
Sosok Mohammad Sjafei, Tokoh Pejuang Pergerakan dan Pendidikan Indonesia Pendiri INS Kayutanam
Sosok Mohammad Sjafei, Tokoh Pejuang Pergerakan dan Pendidikan Indonesia Pendiri INS Kayutanam

Pencetus berdirinya lembaga pendidikan menengah swasta bercorak khusus di Padang Pariaman ini juga berkontribusi cukup besar terhadap Republik Indonesia.

Baca Selengkapnya
1 Agustus 1886 Kelahiran KH Ahmad Dahlan, Pendiri Organisasi Muhammadiyah
1 Agustus 1886 Kelahiran KH Ahmad Dahlan, Pendiri Organisasi Muhammadiyah

Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah yang kini menjadi salah satu organisasi Islam terbesar Indonesia.

Baca Selengkapnya
Mengenal Kiai Asep Saifuddin Chalim, Pernah Jadi Kuli Bangunan hingga Dirikan Pondok Pesantren Kelas Dunia
Mengenal Kiai Asep Saifuddin Chalim, Pernah Jadi Kuli Bangunan hingga Dirikan Pondok Pesantren Kelas Dunia

Kiai Asep dikenal sebagai salah satu ulama karismatik di Jawa Timur.

Baca Selengkapnya