Pakaian Adat Aceh bagi Pria dan Wanita, Begini Makna FIlosofis di Dalamnya
Merdeka.com - Indonesia terdiri dari berbagai budaya yang menjadi ciri khas di setiap daerahnya. Mulai dari bahasa, sajian kuliner, ritual budaya, hingga cara mereka menjalani hidup sehari-hari. Keunikan budaya yang ada di Indonesia ini terkadang juga menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri.
Salah satu keragaman budaya di Indonesia yang menarik perhatian yaitu pakaian adatnya. Selain menjadi ciri khas suatu daerah, pakaian adat juga biasa digunakan dalam upacara-upacara budaya, seperti contohnya saat acara pernikahan atau pertunjukan kesenian.
Kali ini, kami akan membahas tentang pakaian adat Aceh. Pakaian adat Aceh dikenal dengan nama Ulee Balang. Bagi pria, baju adat asal Aceh ini disebut dengan baju Linto Baro. Sedangkan bagi wanita baju adatnya disebut baju Daro Baro.
-
Apa makna kain Ulos bagi orang Batak? Kain tenun Ulos menjadi sebuah simbol kerajinan tradisional dari Suku Batak yang sarat makna dan fungsional.
-
Apa makna kain Ulos bagi Suku Batak? Kain Ulos adalah kain khas kebanggaan suku Batak. Biasanya, suku Batak mengenakan ulos pada acara-acara kebesaran adat Batak.
-
Siapa yang memakai baju tradisional? Istri Kapolda Riau Tampil Elegan saat Hadiri Acara Penyematan Gelar di Balai Adat Melayu Riau Kompak menggunakan pakaian adat Melayu, penampilan Nindya tak kalah keren dari dekorasi balai adat yang mewah.
-
Siapa yang memakai pakaian adat Pakpak? Pakaian adat Pakpak saat ini tidak hanya digunakan saat acara adat saja, namun sudah biasa digunakan saat upacara yang bersifat nasional maupun keagamaan karena untuk kepentingan penyeragaman, tetapi juga masih melekat rasa bangga untuk menampilkan tradisi daerah.
-
Siapa yang pakai baju adat Dayak? Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah Suku Dayak Wanita Suku Dayak dikenal memiliki paras wajah yang cantik rupawan Tak ayal, para perempuan suku asal Kalimantan Barat ini kerap menyita perhatian publik
-
Siapa yang menyewa baju adat? “Karena hampir dari semua kalangan mulai dari anak TK, SD, SMP, dan SMA. Apalagi orang kantor, saat ini banyak dari perkantoran yang menyewakan berbagai macam baju adat,“ Neneng mengaku pendatapannya kini meningkat 200 persen dibandingkan hari biasa.
Pakaian adat Aceh ini bukan sembarang pakaian yang dipersiapkan untuk keperluan upacara adat saja. Juga terdapat makna filosofis yang terkandung di dalam pakaian adat Aceh tersebut. Berikut ini, kami akan menyampaikan pembahasan lebih lanjut mengenai pakaian adat Aceh beserta dengan penjelasan filosofis yang ada di dalamnya.
Pakaian Adat Aceh
modelbaju.id
Ulee Balang. Itulah nama dari pakaian adat Aceh. Bentuk pakaian ini dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam. Dilansir dari laman maa.acehprov.go.id, pakaian adat Aceh ini awalnya selalu memakai bahan baku dari kain yang ditenun sendiri, baik dari sutera atau dari bahan kapas.
Bahan-bahan ini nantinya akan digunakan untuk membuat kain pinggang (ija pinggang), destar (tangkulok), kain pembungkus sirih (bungkoih ranub), celana kaum perempuan (siluweue inong), kain selendang (ija sawak), yang sesuai dengan cara memakainya juga disebut ija tob ulee (penutup kepala), ija slendang (selendang), ija seulimbot (selimut), kain lambung (ija lambong), yaitu kain yang dilipat tiga secara memanjang sehingga dapat menutupi sebagian badan.
Dikutip dari laman goodnewsfromindonesia, pakaian adat Aceh ini awalnya hanya digunakan oleh para keluarga kerajaan saja. Namun kini, penggunaan pakaian adat menjadi berkembang dan digunakan sebagai pakaian adat tradisional Aceh.
Terdapat dua nama dalam pakaian adat Ulee Balang, yaitu Linto Baro untuk pakaian bagi para laki-laki, dan Daro Baro yang merupakan pakaian adat bagi para perempuan.
Linto Baro
Linto Baro merupakan pakaian adat khusus diperuntukkan bagi kaum pria. Dalam pakaian Linto Baro terdapat tiga bagian, yaitu atas, tengah, dan bawah dengan disertai senjata tradisional sebagai pelengkap pakaian adat.
Pada bagian atas terdapat meukeutop. Benda ini berbentuk lonjong ke atas dan berfungsi sebagai penutup kepala layaknya mahkota. Meukeutop juga dilengkapi dengan lilitan yang disebut tengkulok, yang berbahan kain sutera, dan memiliki pola berbentuk bintang persegi delapan.
Ada lima warna yang terdapat pada meukeutop. Masing-masing warna tersebut memiliki arti yang berbeda-beda. Merah melambangkan kepahlawanan, hijau melambangkan agama Islam, kuning melambangkan kesultanan, hitam melambangkan ketegasan, dan putih melambangkan kesucian.
Kemudian ada meukasah, yang berada di bagian tengah. Bagian ini terbuat dari benang sutera yang ditenun. Warna meukasah umumnya adalah hitam, yang mencerminkan simbol kebesaran menurut masyarakat Aceh.
Meski Aceh kental dengan budaya Melayu dan Islam, namun baju adat mereka juga terdapat sedikit sentuhan dari budaya China. Tapi ini adalah hal yang wajar, mengingat sejarah Aceh yang dulu sempat menjadi jalur lintas perdagangan bagi bangsa China.
Kemudian lanjut ke bagian bawah, ada yang disebut sileuweu, yang juga dikenal dengan istilah celana cekak musangnya para pria. Sileuweu adalah celana panjang dengan warna hitam yang terbuat dari kain katun yang ditenun. Di bagian bawah terdapat hiasan dengan pola terbuat dari benang emas.
Sileuweu juga dilengkapi dengan sarung songket sutera, yang dikenal dengan nama Ija Lamgugap. Kain ini nantinya akan dikenakan di bagian pinggang dengan panjang rata-rata di atas lutut. Kain ini wajib digunakan para pria dengan tujuan untuk dapat menambah kewibawaan dari pemakainya.
Kemudian untuk pelengkap terakhir, senjata tradisional Rencong dilibatkan dalam pakaian adat Linto Baro ini.
Daro Baro
Sedangkan bagi wanita, pakaian adat Aceh dikenal dengan nama Daro Baro. Berbeda dengan pakaian Linto Baro bagi kaum pria yang didominasi dengan warna hitam, Daro Baro justru dihiasi dengan beragam warna, seperti hijau, kuning, merah, dan ungu.
Selain itu, pakaian adat Daro Baro juga terdapat banyak aksesoris berupa perhiasan sebagai pelengkap. Untuk bajunya, yaitu baju kurung, didesain berdasarkan pengaruh budaya Arab, Melayu, dan China, sehingga terlihat longgar. Desain ini bertujuan untuk menutupi lekuk tubuh wanita.
Baju pada wanita memiliki bahan dasar yang sama dengan yang digunakan oleh pria, yaitu terbuat dari tenunan benang sutera dengan motif dari benang emas. Penggunaan baju kurung ini akan dilengkapi dengan sarung songket, yang berfungsi untuk menutupi bagian pinggul wanita.
Songket ini akan diikat menggunakan tali pinggang yang terbuat dari perak atau emas, yang bernama Taloe Ki leng Patah Sikureueng. Sedangkan pada bagian leher atau kerah, terdapat perhiasan wanita khas Aceh yang bernama Boh Dokma. Para wanita juga menggunakan celana cekak musang atau Sileuweu. Namun bedanya, celana milik wanita lebih beragam warnanya dibanding milik pria.
Kemudian untuk perhiasannya, para wanita akan dilengkapi dengan berbagai perhiasan, seperti Patam Dhoe yaitu perhiasan berbentuk mahkota, Subang atau anting-anting, dan Taloe Tokoe Bieung Meuih yaitu perhiasan berupa kalung.
Pada Patam Dhoe, terdapat tulisan kaligrafi bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad pada bagian tengahnya, yang dikelilingi dengan motif bunga dan bulatan-bulatan. Motif tersebut disebut juga dengan Bungoh Kalimah oleh masyarakat Aceh. Mahkota ini menjadi bukti wanita tersebut telah menikah dan telah menjadi tanggung jawab suaminya.
Tak hanya pada mahkota saja, keunikan perhiasan pada pakaian adat Aceh juga terdapat pada Taloe Tokoe Bieung Meuih atau perhiasan berupa kalung, di mana kalung emas tersebut memiliki enam batu berbentuk hati dan satu berbentuk kepiting. (mdk/ank)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kain tenun Ulos menjadi sebuah simbol kerajinan tradisional dari Suku Batak yang sarat makna dan fungsional.
Baca SelengkapnyaDalam tradisi Lingga-Riau, kain ini juga menjadi makna simbolis dari norma kesopanan dan kesantunan dalam berpakaian.
Baca SelengkapnyaSaat pelaksanaan acara ini berlangsung, keluarga mempelai wanita akan menyiapkan kue-kue tradisional Aceh.
Baca SelengkapnyaKearifan lokal yang satu ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 atau bertepatan dengan masa Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPakaian adat dari Pakpak penuh dengan simbol dan tanda keagungan.
Baca SelengkapnyaPakaian adat ini menjadi identitas utama bagi masyarakat Riau dan Kepri serta memiliki keunikan dan mengandung nilai-nilai kebudayaan tinggi.
Baca SelengkapnyaBaju Pesa’an ini merupakan pakaian adat Madura untuk laki-laki.
Baca SelengkapnyaAda payas alit Bali sampai baju sadariah khas Betawi yang nyaman dan tak ribet.
Baca SelengkapnyaSalah satu bagian dari jenis pakaian adat tradisional dari Bengkulu ini berupa kain tenun yang berfungsi sebagai penutup pada tubuh bagian atas wanita dewasa.
Baca SelengkapnyaDalam seni ini, benang yang digunakan untuk membuat pakaian berasal dari serat daun nanas.
Baca SelengkapnyaBaju kurung tanggung ini masih kental dengan nuansa Melayu. Pasalnya populasi masyarakat Melayu di Jambi memang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah penjelasan tentang pengertian baju kurung Basiba dan makna di balik keindahannya. Yuk simak untuk mengenal lebih jauh!
Baca Selengkapnya