Intip Tradisi Adu Tumper Banyuwangi, Ruwatan Pengantin agar Keluarga Sakinah
Merdeka.com - Masyarakat Osing di Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi pernikahan unik bernama Adu Tumper. Tradisi ini merupakan kegiatan ruwatan untuk pasangan pengantin dengan latar belakang tertentu, sehingga tidak berlaku untuk semua pengantin di Kabupaten Banyuwangi.
Ada kepercayaan dalam masyarakat setempat bahwa anak sulung pada suatu keluarga dilarang menikah dengan anak sulung dari keluarga lain. Selain itu, masyarakat juga percaya akan larangan anak sulung menikah dengan anak bungsu.
“Apabila perkawinan tetap dilakukan dipercaya dapat berakibat pasangan pengantin baru itu akan banyak mengalami halangan dan rintangan dalam mengarungi hidupnya,” dikutip dari laman resmi Warisan Budaya Kemdikbud RI.
-
Apa makna tradisi kawin tangkap di Sumba Barat Daya? Tradisi kawin tangkap memiliki makna dalam mengangkat derajat atau untuk menghilangkan rasa malu kepada keluarga laki-laki.
-
Apa yang unik dari pernikahan ini? Momen yang ditunggu akhirnya tiba, setelah keduanya merasa cocok maka hubungan dilanjutkan ke tahap pernikahan. Namun momen unik mewarnai pernikahan mereka karena saat ijab kabul, Mirza menggunakan bahasa Inggris secara penuh.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi kawin tangkap di Sumba Barat Daya? Pelaksanaan kawin tangkap merupakan perkawinan yang terjadi tanpa persetujuan salah satu pihak.
-
Dimana adat pernikahan Pepadun diterapkan? Dirangkum dari berbagai sumber, terdapat masyarakat Lampung Pepadun atau pedalaman dan Saibatin yang tinggal di pesisir. Sudah jelas, kedua kelompok masyarakat ini memiliki cara dan tradisi adat perkawinan yang berbeda.
-
Tradisi apa yang digunakan warga Osing untuk cari jodoh? Masyarakat suku Osing di Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi unik untuk mencari jodoh yakni Tradisi Gredoan.
-
Apa tujuan utama adat pernikahan Lampung? Di Lampung, perkawinan merupakan salah satu tradisi yang sakral dan begitu penting bagi kehidupan. Momen ini tidak sekedar melibatkan urusan pribadi, melainkan juga keluarga, kerabat, dan masyarakat adat pada umumnya.
Jika pernikahan pasangan yang berstatus anak sulung harus tetap dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu dilakukan tradisi adat Adu Tumper.
Tradisi adu tumper berasal dari kata adu dan tumper dalam istilah bahasa Osing. Kata adu dimaksudkan diadu. Tumper dimaksudkan bara api pada sebatang kayu dapur atau biasanya pangkal pelepah daun kelapa.
Adu tumper memiliki arti bertemunya seorang jejaka yang merupakan anak sulung dan gadis yang merupakan anak bungsu dengan emosi yang sama-sama membara. Membara api di sini dimaksudkan bahwa jejaka harus melawan pihak dari sang gadis yang hendak dinikahi untuk membuktikan bahwa cintanya sungguh-sungguh pada sang gadis.
Fungsi Adu Tumper
Ibtihal Ibrahim dalam skripsinya yang berjudul Tradisi Adu Tumper dalam membangun keluarga sakinah: Studi kasus di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi (UIN Malang, 2020) mengungkapkan, ritual Adu Tumper diyakini dapat menghilangkan kesialan, mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, serta membawa berkah dalam kehidupan rumah tangga.
Tradisi Adu Tumper memiliki makna beragam di mata masyarakat Osing Banyuwangi. Sesepuh dan ketua adat Osing percaya bahwa Adu Tumper akan mendatangkan berkah serta menghilangkan sial dalam perkawinan. Menurut mereka, warga Osing yang melaksanakan tapi dengan niat dan hati tidak bersih akan tetap terkena sial.
Sementara itu, masyarakat Osing memiliki pandangan beragam terkait penyelenggaraan tradisi Adu Temper. Hingga kini mereka melangsungkan tradisi ruwatan Adu Temper karena beberapa alasan, antara lain menghargai nenek moyang, takut terkena sial, tidak keberatan menjalankan karena tidak membawa hal-hal buruk, hingga menuruti kemauan orang tua.
Keberagaman pandangan masyarakat Osing terkait pelaksanaan Adu Temper memiliki satu titik temu, yakni harapan akan terbentuknya keluarga yang sakinah.
Pelaksanaan Adu Tumper
©2023 Merdeka.com/Dok. Eva Zahrotul Wardah
Pelaksanaan upacara adu tumper ini memerlukan beberapa peralatan atau simbol. Setiap upacara ritual tradisi masyarakat Osing selalu menggunakan simbol-simbol sebagai sarana menitipkan pesan dan nasehat kepada pengguna tradisi serta masyarakat umum.
Pada tradisi Adu Temper, calon pengantin harus melaksanakan perang bangkat sebelum akad nikah dimulai. Frasa perang bangkat berasal dari kata berperang, sementara kata bangkat diambil dari kata blangkep yang artinya bersama-sama.
Perang bangkat dimaknai karena adanya sebuah perang antara calon pengantin laki-laki dengan pihak calon perempuan. Tradisi ini dilakukan untuk menguji kemampuan pihak calon laki-laki sebagai bukti bahwa calon pengantin laki-laki dapat membahagiakan calon pengantin perempuan. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasangan suami istri asal Banyuwangi, Kohar dan Pipit hadir dalam upacara HUT ke-78 RI di Istana Merdeka mengenakan busana pengantin Mupus Braen Blambangan.
Baca SelengkapnyaTradisi pernikahan unik di daerah Pariaman ini memiliki budaya yang berbeda dari wilayah lainnya terutama di Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaKedua kuda yang membawa pasangan pengantin biasanya akan mengikuti irama musik tanjidor atau gamelan ajeng yang khas.
Baca SelengkapnyaMandi Besimbur merupakan ritual adat mandi yang dilakukan oleh kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Baca SelengkapnyaSumando dimaknai oleh masyarakat Tapanuli Tengah sebagai sebuah kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai simbol penghormatan serta media untuk mempererat silaturahmi antar keluarga mempelai.
Baca SelengkapnyaTradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
Baca SelengkapnyaMomen pernikahan bagi masyarakat Lampung adalah hal yang sakral dan salah satu unsur kehidupan yang begitu penting.
Baca SelengkapnyaSebuah video viral merekam detik-detik, di mana para tamu dengan penuh keceriaan memakaikan kalung uang Rp100 dan Rp50ribu secara bergiliran. Yuk lihat kisahnya
Baca SelengkapnyaPotongan besar ayam melambangkan rezeki yang akan diperoleh
Baca SelengkapnyaBerasal dari suku yang berbeda, keduanya justru saling memiliki ketertarikan satu sama lain.
Baca SelengkapnyaTradisi paculan lazim dilaksanakan untuk memeriahkan resepsi di dalam sebuah pernikahan.
Baca Selengkapnya