Kisah Hidup Ratu Sanjaya, Raja Pertama Kerajaan Mataram Kuno
Merdeka.com - Ratu Sanjaya adalah raja pertama Kerajaan Medang atau yang saat itu lebih terkenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno. Namanya diketahui melalui prasasti Canggal, yang ditemukan di Kecamatan Salam, Magelang, dan prasasti Mantyasih, yang ditemukan di Kampung Manteseh, Magelang Utara.
Prasasti Canggal merupakan prasasti yang dikeluarkan atas perintah Ratu Sanjaya pada 6 Oktober 732 Masehi. Prasasti itu berisi tentang pendirian sebuah lingga serta bangunan candi untuk memuja Siwa di atas sebuah bukit.
Sementara itu, Prasasti Mantyasih menceritakan seorang raja bernama Sanna yang memerintah sebelum Ratu Sanjaya. Setelah Sanna gugur karena diserang musuh, suasana kerajaan yang dipimpinnya menjadi kacau. Kemudian tampil Sanjaya yang disebut dalam prasasti itu sebagai raja pertama Kerajaan Medang.
-
Siapa Ratu terkenal di Jawa? Salah satu tokoh Kerajaan Holing yang mencuri perhatian dunia adalah Ratu Shima.
-
Siapa pemimpin pertama Kerajaan Mataram Kuno? Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal. Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan termasyhur yang pernah berdiri di tanah Jawa.
-
Siapa raja pertama Kerajaan Kanjuruhan? Melalui prasasti ini, diketahui bahwa raja pertama kerajaan ini adalah Dewasimha, yang kemudian digantikan oleh Sang Liswa.
-
Siapa Ratu terakhir Majapahit? Dewi Suhita adalah ratu terakhir Majapahit yang naik takhta saat kondisi kerajaan itu tidak baik-baik saja.
-
Siapa raja Sriwijaya yang namanya dikaitkan dengan asal usul nama Sumatera? Mengutip Liputan6.com, ada spekulasi tentang nama Sumatra yang diambil dari nama tokoh Raja Sriwijaya bernama Haji Sumatrabhumi atau disebut Raja Tanah Sumatra.
-
Siapa Raja Jenggala? Kerajaan Jenggala dipimpin Mapanji Garasakan.
Lantas seperti apa sepak terjang Ratu Sanjaya pada masa awal-awal berdirinya peradaban Mataram Kuno yang tercatat sejarah itu? Berikut selengkapnya:
Nama Ratu Sanjaya dalam Prasasti
©2015 merdeka.com/kresna
Pada Prasasti Mantyasih, disebutkan bahwa Ratu Sanjaya merupakan raja pertama Kerajaan Medang yang terletak di Pohpitu. Dengan demikian, Pohpitu merupakan ibu kota Kerajaan Medang yang dibangun Sanjaya. Namun hingga saat ini belum diketahui persis di mana letak tempat yang dulunya dinamakan Pohpitu itu.
Melansir dari Wikipedia.org, seorang keturunan Sanjaya bernama Daksottama, memperkenalkan pemakaian Kalender Sanjaya dalam prasasti-prasastinya antara lain prasasti Taji Gunung tahun 910 M, prasasti Timbangna Wungkal tahun 913 M, dan prasasti Tihang tahun 914 M.
Selain itu, nama Sanjaya juga terdapat dalam Prasasti Pupus yang ditemukan di daerah Semarang pada tahun 822 M. Dalam prasasti itu disebutkan kalau Sanjaya telah meninggal dunia.
Ratu Sanjaya dalam Cerita Parahyangan
Wikipedia ©2020 Merdeka.com
Selain pada prasasti, nama Ratu Sanjaya juga tercatat dalam Cerita Parahyangan. Dalam cerita itu, dikisahkan bahwa Sanjaya merupakan raja Mataram. Namun cerita yang ditulis sekitar abad ke-16 itu dinilai terlalu berlebihan dalam memuji kekuatan Sanjaya.
Dalam cerita itu, dikisahkan bahwa Sanjaya selalu menang dalam setiap pertempuran, seperti saat melawan pemberontakan di Sunda dan Galuh. Bahkan dalam cerita itu dikisahkan kalau Sanjaya berhasil menaklukkan Melayu, Kamboja, dan Cina. Padahal menurut catatan sejarah penaklukkan atas Kamboja dan Sumatra saja baru terjadi pada masa pemerintahan Dharanindra, raja ketiga kerajaan Medang.
Hubungan Ratu Sanjaya dengan Rakai Panangkaran
©wikimedia.org
Rakai Panangkaran merupakan raja Kerajaan Medang kedua setelah Ratu Sanjaya. Semasa pemerintahannya, Rakai Panangkaran mendirikan sebuah bangunan Buddha yang saat ini dikenal dengan nama Candi Kalasan. Namun ada beberapa teori tentang hubungan Rakai Panangkaran dengan Ratu Sanjaya.
Teori pertama mengatakan bahwa Rakai Panangkaran merupakan putra Sanjaya yang beragama Hindu. Sedangkan teori kedua mengatakan bahwa Rakai Panagkaran merupakan putra Sanjaya dan mereka berdua merupakan anggota Wangsa Sailendra yang beragama Buddha. Sementara itu, teori ketiga mengatakan bahwa Rakai Panangkaran bukanlah putra Sanjaya, melainkan anggota Wangsa Sailendra yang berhasil merebut tahta Kerajaan Medang.
Namun dengan ditemukannya prasasti Wanua Tengah III pada tahun 1983, hubungannya menemui titik terang. Berdasarkan analisis dari prasasti itu, Rakai Panangkaran merupakan keponakan dari Ratu Sanjaya. Dia memerintah Kerajaan Medang pada tahun 746 M. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.
Baca SelengkapnyaKerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa, Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi candi itulah ditemukan Prasasti Canggal yang menceritakan masa emas pemerintahan Raja Sanjaya
Baca SelengkapnyaSri Isyana Tunggawijaya merupakan sosok berkepribadian kuat yang menjadi raja perempuan pertama di Jawa Timur. Ia hidup sebelum era Kerajaan Majapahit.
Baca SelengkapnyaDewi Suhita memimpin Majapahit saat kondisi kerajaan itu tidak baik-baik saja. Ia dihadapkan pada perang Paregreg. Pembawaannya yang tenang jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaPrasasti Wanua Tengah ditemukan pertama kali pada tahun 1890. Keberadaannya menjadi penting karena memuat 12 nama raja yang pernah bertahta di Mataram Kuno
Baca SelengkapnyaJawa Timur termasuk provinsi yang menyimpan bukti sejarah kerajaan-kerajaan besar di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaBeberapa ratu di antaranya disebut pernah menjadi pemimpin di wilayahnya. Selain cantik, ada juga yang punya cerita jago strategi perang.
Baca SelengkapnyaMpu Sindok adalah sosok raja yang terkenal, namun tak banyak orang tahu tentang istrinya, Sri Parameswari Dyah Kebi.
Baca SelengkapnyaTempat yang diyakini sebagai lokasi moksa Raja Kediri ini sering dikunjungi peziarah.
Baca SelengkapnyaKi Juru Martani dikenal sebagai pengatur strategi yang jitu. Ia menjadi dalang terbunuhnya Arya Penangsang.
Baca SelengkapnyaPada masanya, Kerajaan Mataram Islam berhasil menumpas berbagai pemberontakan dan melakukan berbagai usaha penaklukkan
Baca Selengkapnya