Kisah Mbah Lindu Penjual Gudeg Tertua di Jogja, Meninggal di Usia 100 Tahun
Merdeka.com - Biyem Setyo Utomo, atau lebih akrab disapa Mbah Lindu, meninggal dunia pada Minggu (12/7) pada usia 100 tahun. Semasa hidupnya, dia merupakan sosok penjual gudeg legendaris di Kota Yogyakarta. Dengan kondisinya yang sederhana, dia berjualan gudeg di tengah keramaian Malioboro dari pukul 05.00-10.00.
Resep gudeg Mbah Lindu tidak berubah dari pertama kali ia berjualan saat masih zaman penjajahan Belanda sampai sekarang. Karena orisionalitasnya, gudeg racikannya menjadi buruan wisatawan yang datang jauh-jauh ke Jogja.
Namun karena faktor usia, Mbah Lindu akhirnya tutup usia. Berikut ini kisah hidup Mbah Lindu, penjual gudeg dan yang legendaris di Yogyakarta
-
Siapa pemilik Gudeg Bu Iin? “Kalau sehari, kira-kira masakannya sampai habis, dan kurang lebihnya sampai seratusan porsi lah ibarat kata kan begitu,“ kata pemilik warung Gudeg Jogja Bu Iin, Yono.
-
Kenapa Gudeg Yu Djum terkenal? Restoran ini sudah ada sejak tahun 1950-an dan terkenal dengan racikan gudeg yang lezat.
-
Kenapa gudeg jadi makanan khas Yogyakarta? Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan dan gula kelapa.
-
Dimana lokasi Gudeg Bu Iin? Sebuah kedai angkringan di Perumahan Taman Kota, Jakarta Barat, menjadi buruan para pecinta kuliner di ibu kota.
-
Bagaimana Pak Kempleng awalnya berjualan sate? Dikutip dari kanal YouTube J. Christiono, nama asli Pak Kempleng adalah Pak Sakimin. Ia merintis berjualan sate dengan berkeliling Kota Ungaran sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1972 Pak Sakimin meninggal dunia. Usaha itu kemudian diteruskan oleh putra keduanya, Pak Mulyono.
-
Kenapa Pak Yono tetap jual gorengan? Selama tenaga masih ia miliki untuk berjualan dan mencari rezeki halal, maka perjuangannya menafkahi keluarga tidak akan usai.
Berjualan Gudeg Selama 86 Tahun
©2016 merdeka.com/kresna
Semasa hidupnya, Mbah Lindu pernah bercerita kalau dia berjualan gudeg sejak umur 13 tahun. Selama berjualan, dia harus menempuh jarak sejauh 5,5 km dari tempat tinggalnya di daerah Klebengan di dekat Kampus UGM ke daerah Sosrowijayan di dekat Malioboro.
“Waktu dulu saya berjualan belum ada listrik. Pesawat belum ada. Dulu ada penjaga pintu bukan orang sini (warga asing), mereka minta nasi gudeg. Kalau nggak dikasih saya dikejar-kejar,” kenang Mbah Lindu dikutip dari YouTube Lumix Indonesia.
Satu-satunya di Dunia
©2020 liputan6.com
Konsisten menjual gudeg selama hampir 90 tahun bukanlah hal yang mudah. Butuh perjuangan keras untuk bisa bertahan dengan rutinitas seperti itu.
Apalagi, berjualan gudeg membutuhkan keuletan dan kesabaran dalam meracik makanan selama berjam-jam, belum lagi saat melayani pembeli. Oleh karena itulah, menurut Wiliam Wongso, pakar kuliner Indonesia, Mbah Lindu merupakan sosok yang langka di dunia.
“Sebenernya sosok kayak gini harus masuk Guiness. Karena setahu saya tidak ada sosok seperti ini yang masih hidup, yang setiap hari jualan dan masak, seperti Mbah Lindu,” kata Wiliam.
Sama halnya dengan Wiliam, Fachruddin, seorang jurnalis asal Yogyakarta mengatakan fakta bahwa selama berjualan gudeg Mbah Lindu bisa mempertahankan rasa kulinernya selama lebih dari 80 tahun merupakan hal yang sulit.
Sosok yang Disiplin
©YouTube/Lumix Indonesia
Sebagai penjual gudeg, Mbah Lindu mulai memasak pukul 2 siang. Satu jam kemudian, berbagai bahan ramuan seperti ayam dan telur dimasukkan. Ramuan itu didiamkan sampai jam 7 malam.
Mbah Lindu kemudian bangun dari tidurnya pada jam 2 pagi untuk memasak nasi dan bubur. Barulah pukul 5 pagi dia berangkat dari rumahnya ke tempat jualan.
Setelah berjualan gudeg selama 5 jam, dia kembali pulang dan masak gudeg yang akan dijual keesokan harinya. Begitulah alur kehidupan sehari-hari Mbah Lindu.
Menjaga Kesehatan dengan Bekerja
©YouTube/Lumix Indonesia
Motivasi Mbah Lindu dalam berjualan gudeg sampai hari tua sebenarnya sangat mulia. Dia hanya ingin di masa tuanya tidak merepotkan anak cucu. Selain itu dia mengaku bekerja bisa membuat kondisi tubuhnya tetap sehat.
“Kalau jualan saya malah sakit. Dokter saja bingung sama saya, kok orang tua nggak punya penyakit? Saya bilang,’Sakitnya kalau tidak punya uang, dok.’ Dokternya hanya ketawa,” ungkap Mbah Lindu.
Rahasia Panjang Umur Mbah Lindu
©YouTube/Lumix Indonesia
Bagi William Wongso, sosok Mbah Lindu merupakan legenda Kota Yogyakarta. Dia khawatir, sepeninggal Mbah Lindu, tidak ada sosok penerus yang menggantikannya dalam berjualan gudeg.
Sementara ketika ditanya tentang rahasianya bisa berjualan sampai umur hampir 100 tahun, Mbah Lindu hanya menjawab dengan satu kata “nerima”.
“Hidup seadanya gak usah macam-macam. Nggak usah iri sama orang lain. Nerima saja dengan apa yang kita punya sendiri. Yang penting anak cucu diberi kesehatan,” kata Mbah Lindu dikutip Merdeka.com dari YouTube Lumix Indonesia pada Senin (13/7).
Mbah Lindu Meninggal Dunia
©YouTube/Lumix Indonesia
Pada Minggu (12/7) kabar duka datang dari Kota Yogyakarta. Legenda hidup kota itu, Mbah Lindu, meninggal dunia dalam usia 100 tahun.
Menurut Ratiyah, anak kelima Mbah Lindu, ibunya sempat terjatuh di dapur pada 6 Juli. Setelah sempat mendapat perawatan selama dua hari, dia diperbolehkan pulang.
“Kata dokternya memang tidak ada yang sakit. Memang karena sudah tua saja. Kemudian disuruh pulang ke rumah. Di rumah dia sempat membantu memasak dan mengupas telur,” kata Ratiyah dikutip dari Liputan6.com pada Senin (13/7). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mbah Marto tutup usia di umur 96 tahun pada hari ini karena sakit.
Baca SelengkapnyaDalam sehari, puluhan ekor ayam kampung bisa habis untuk memenuhi permintaan pembeli.
Baca SelengkapnyaPemilik toko roti itu merupakan seorang Tionghoa bernama Tan Poe Djen. Dia berasal dari Temanggung, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.
Baca SelengkapnyaWarung makan ini tetap menjaga cita rasa yang sama sejak berdirinya di tahun 1920.
Baca SelengkapnyaMbah Jami sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah berusia 85 tahun, Mbah Kromo tetap sehat dan semangat menjual sate kelinci
Baca SelengkapnyaKakek penjual kacang keliling ini ceritakan masa lalunya pernah jadi korban penculikan Jepang, kisahnya viral.
Baca SelengkapnyaKuliner ini mendapatkan tempat tersendiri di hati warga asli Jogja
Baca SelengkapnyaGudeg Manggar menawarkan cita rasa berbeda dan keunikannya sendiri dibandingkan gudeg pada umumnya
Baca SelengkapnyaResep kuliner ini sudah diwariskan secara turun-temurun sejak tahun 1950
Baca SelengkapnyaWarung soto itu merupakan usaha keluarga yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Baca Selengkapnya