Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Perjuangan dr. Kariadi, Pahlawan Medis Pertempuran Lima Hari Semarang

Kisah Perjuangan dr. Kariadi, Pahlawan Medis Pertempuran Lima Hari Semarang Dokter Kariadi. ©Kemenkes.go.id

Merdeka.com - Di Semarang, ada sebuah rumah sakit yang cukup besar. Namanya RSUP dr. Kariadi. Didirikan pada tahun 1925, rumah sakit itu menjadi yang terbesar se-Jawa Tengah. Rumah sakit itu menjadi semakin vital perannya dalam penanganan pandemi COVID-19 di Provinsi Jateng dan sekitarnya.

Nama rumah sakit itu tak lepas dari tokoh dr. Kariadi yang merupakan seorang pahlawan medis pada masanya. Tepatnya pada saat pertempuran 5 hari di Kota Semarang yang meletus pada 15-19 Oktober 1945.

Sehari sebelum hari pertama pertempuran, tersiar kabar bahwa Reservoir Siranda yang merupakan sumber air satu-satunya di Kota Semarang, telah diracuni tentara Jepang. Selepas Magrib, dr. Kariadi yang saat itu menjabat sebagai Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara (sekarang RSUP Dr. Kariadi) mendapat telepon dari pimpinan rumah sakit agar memeriksa sumber air tersebut.

Waktu itu suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan pada beberapa titik di Kota Semarang. Istri dr. Kariadi, drg. Soenarti, mencoba mencegah suaminya karena situasi genting itu. Namun dr. Kariadi tetap pada pendiriannya untuk pergi ke Reservoir Siranda karena hal itu menyangkut nyawa ribuan warga Semarang.

Berikut kisah perjuangan dr. Kariadi, tokoh perjuangan dalam pertempuran 5 hari di Kota Semarang.

Sosok dr. Kariadi

dokter kariadi

©Kemenkes.go.id

Kariadi lahir di Kota Malang pada 15 September 1905. Pada tahun 1921, ia berhasil memasuki Nederlansch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya dan lulus pada tahun 1931.

Setelah lulus, dr. Kariadi bekerja sebagai asisten tokoh pergerakan nasional, dr. Soetomo di CBZ Surabaya. Tiga tahun kemudian, ia ditugaskan ke Manokwari, Papua.

Dalam kehidupan asmaranya, dr. Kariadi menikah dengan drg. Soenarti, lulusan STOVIT (sekolah kedokteran gigi) Surabaya yang juga merupakan dokter gigi pribumi pertama di Indonesia.

Setelah bertugas tiga tahun di Manokwari, ia dipindahkan ke Banyumas, lalu kemudian ke Martapura. Pada 1 Juli 1942, dr. Kariadi ditugaskan sebagai Kepala Laboratorium Malaria di RS Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara) Semarang.

Rela Berkorban Demi Nyawa Ribuan Orang

kariadi semarang

©2016 Merdeka.com

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, berbagai perang kemerdekaan pecah di banyak tempat tak terkecuali di Semarang. Pada 13 Oktober 1945, suasana Semarang memanas. Tentara Jepang yang masih bercokol di kota itu tak mau menyerahkan senjata pada tentara Indonesia.

Pada 14 Oktober 1945, pasukan Jepang melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi yang berjaga di Reservoir Siranda, sumber air minum bagi warga Kota Semarang.

Tak hanya melucuti anggota polisi, saat itu tersiar kabar pula bahwa pasukan Jepang telah menebarkan racun ke sumber air itu. Menjelang Magrib, dr. Kariadi diminta memeriksa Reservoir Siranda karena adanya berita tersebut.

Saat hendak berangkat, istrinya mencoba mencegah suaminya pergi. Namun usaha itu gagal karena dr. Kariadi tetap pada pendiriannya karena hal itu menyangkut ribuan nyawa warga Semarang.

Saat tengah malam, Soenarti mendapat kabar bahwa suaminya telah ditembak tentara Jepang dan nyawanya tidak tertolong. Soenarti menangis seketika. Sementara di rumah sakit, jasad dr. Kariadi terbaring dengan luka tembak yang sangat serius.

Pada malam hari itu, dr. Kariadi ditembak oleh tentara Jepang bersama pasukan tentara pelajar yang menumpangi mobil. Saat dibawa ke rumah sakit pada pukul 23.30, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak terselamatkan. Ia meninggal dunia dalam usia 40 tahun.

Awal Mula Pertempuran Semarang

tugu muda semarang

©2013 Merdeka.com

Berita tewasnya dr. Kariadi menyebar cepat dan menyulut kemarahan warga Semarang. Hari berikutnya, terjadi pertempuran di berbagai penjuru Semarang yang menyebabkan korban tewas berjatuhan. Pertempuran itu berlangsung lima hari dan memakan korban 2.000 orang Indonesia dan 850 orang Jepang.

Karena kondisi darurat itu, jenazah dr. Kariadi baru bisa dimakamkan pada 17 Oktober 1945 di tengah hingar bingar tembakan musuh. Pada 5 November 1961, kerangka jenazahnya dipindah dari halaman rumah sakit ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang.

Menurut putrinya, Prof. Dr. Sri Hartini K.S Kariadi, ia ikut sempat memeriksa tulang belulang ayahnya yang terdapat retakan membentuk celah. Diduga sebelum ditembak, dr. Kariadi sempat menerima pukulan benda tajam. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya
Mengenal Soebandi Dokter Pejuang Kemerdekaan yang Gugur Ditembak Belanda, Tak Banyak yang Tahu Kisahnya

Namanya diabadikan jadi nama rumah sakit hingga kampus di Jember.

Baca Selengkapnya
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media

Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah

Baca Selengkapnya
Cerita Masa Lalu Rumah Sakit Tertua di Purwakarta, Pernah Alami Kebakaran Sampai Harus Pindah Lokasi
Cerita Masa Lalu Rumah Sakit Tertua di Purwakarta, Pernah Alami Kebakaran Sampai Harus Pindah Lokasi

Saking berpengaruhnya, banyak pembesar Belanda yang bersinggungan dengan rumah sakit ini, seperti Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk van de Graeff.

Baca Selengkapnya
Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat
Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat

Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda

Baca Selengkapnya
Bukan Tentara, Ini Sosok Penemu Ransum TNI saat Perang Kemerdekaan
Bukan Tentara, Ini Sosok Penemu Ransum TNI saat Perang Kemerdekaan

Kecerdikan Sardjito dalam membuat ransum melahirkan inovasi bernama 'Biskuti Sardjito'.

Baca Selengkapnya
ASKOMPSI Dukung Pengajuan dr. Roebiono Kertopati sebagai Pahlawan Nasional
ASKOMPSI Dukung Pengajuan dr. Roebiono Kertopati sebagai Pahlawan Nasional

dr. Roebiono Kertopati merupakan perintis persandian di Indonesia yang menjadi cikal-bakal berdirinya BSSN.

Baca Selengkapnya
Mengulik Sejarah Catharina Hospital, Fasilitas Kesehatan Umum Peninggalan Belanda di Asahan
Mengulik Sejarah Catharina Hospital, Fasilitas Kesehatan Umum Peninggalan Belanda di Asahan

Salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kabupaten Asahan yang sampai sekarang masih beroperasi melayani kesehatan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Dokter Berjasa yang Menciptakan Ransum TNI, Namanya Diabadikan jadi Rumah Sakit di Yogyakarta
Mengenal Sosok Dokter Berjasa yang Menciptakan Ransum TNI, Namanya Diabadikan jadi Rumah Sakit di Yogyakarta

Sosok dokter berjasa di bidang kesehatan, pendidikan, hingga militer di Indonesia.

Baca Selengkapnya
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI
15 Januari 1949: Mengenang Peristiwa Situjuah Berdarah, Tewaskan Banyak Pejuang PDRI

74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Adnan Kapau Gani, Pahlawan Nasional Bergelar Dokter Kelahiran Sumatra Barat
Mengenal Sosok Adnan Kapau Gani, Pahlawan Nasional Bergelar Dokter Kelahiran Sumatra Barat

Sosok Adnan Kapau Gani, pahlawan nasional asal Sumatra Selatan bergelar Dokter.

Baca Selengkapnya
Sosok Karel Sadsuitubun, Pahlawan Revolusi Pertama dari Polri Asal Maluku
Sosok Karel Sadsuitubun, Pahlawan Revolusi Pertama dari Polri Asal Maluku

Berkat jasa-jasanya semasa hidup, nama KS Tubun diabadikan sebagai nama kapal perang hingga jalan.

Baca Selengkapnya
Sosok Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Dokter Asal Batak yang Gelorakan Semangat Perjuangan
Sosok Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Dokter Asal Batak yang Gelorakan Semangat Perjuangan

Sebagai tenaga kesehatan, sosoknya begitu dicintai oleh rakyat Sumatra Utara berkat semangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Baca Selengkapnya