Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Perjuangan Pastor Van Lith, Membaurkan Ajaran Katolik dengan Budaya Jawa

Kisah Perjuangan Pastor Van Lith, Membaurkan Ajaran Katolik dengan Budaya Jawa Romo Van Lith. ©Jesuit.id

Merdeka.com - Pada suatu hari di tahun 1896, dua orang misionaris dari Belanda mendarat di Semarang, Jawa Tengah. Dia adalah Romo Hoovenaar dan Romo Van Lith. Sama-sama diutus untuk menyebarkan ajaran Katolik di tanah Jawa, kedua misionaris ini punya pandangan yang berbeda dalam misi masing-masing.

Bagi Romo Hoovenaar, keberhasilan misinya adalah ketika banyak orang yang dibaptis. Sementara menurut Van Lith, menghidupi kekatolikan itu lebih penting dari pada sekedar memeluk agama Katolik. Dalam misinya, Romo Van Lith ingin menyebarkan ajaran Katolik sekaligus menyejahterakan orang Jawa melalui pendidikan.

Kunjungi juga ayat-ayat alkitab di Merdeka.com.

Maka dari itu untuk memulai misinya, Romo Van Lith mendirikan banyak sekolah pendidikan khususnya di daerah Muntilan, Jawa Tengah. Selain itu, dia mulai mempelajari budaya Jawa dan memisahkan gerakan misi Katolik dari kepentingan politik Kolonial Belanda.

Namun dalam keberhasilan karya seorang misionaris, banyaknya pembaptisan tetaplah menjadi tolak ukur. Sementara itu Romo Van Lith tak kunjung menghasilkan baptisan dan dianggap gagal.

Karena hal itu sekolah pendidikannya akan ditutup dan dia akan ditarik ke negara asalnya. Hingga pada suatu hari ada seorang petapa bernama Sarikromo yang mendatangi Romo Van Lith dalam keadaan menderita penyakit kudis. Berikut kisah selengkapnya:

Peristiwa Sendangsono

romo van lith

©Jesuit.id

Sesampainya di kediaman Romo Van Lith, Sarikromo dirawat hingga sembuh. Tak hanya itu, Sarikromo yang terlanjur tertarik dengan pribadi Romo Van Lith sering datang ke kediaman sang pastor untuk belajar mengenai ajaran Katolik.

Dilansir dari Hidupkatolik.com, Sarikromo pulang ke kediamannya di Semanggung dengan dibekali sebuah Kitab Suci Perjanjian Baru berbahasa Jawa. Saat itu banyak orang yang berdatangan ke rumahnya mengenai penyembuhan penyakitnya. Di sana pulalah Sarikromo bercerita kepada penduduk setempat mengenai sosok Romo Van Lith dan apa yang diajarkannya tentang kekatolikan.

Pada puncaknya, Romo Van Lith membaptis Sarikromo dan tiga orang lainnya di Muntilan. Setelah itu Sarikromo-lah yang kemudian mengajarkan ajaran Katolik di daerah Kalibawang.

Pada puncaknya pada 14 Desember 1904, Romo Van Lith membaptis 171 orang setempat di daerah Sendangsono. Peristiwa ini dipandang sebagai “kelahiran” Gereja Katolik” di antara orang Jawa.

Membaurkan Ajaran Katolik dengan Budaya Jawa

romo van lith

©Indonesia.go.id

Dalam menjalankan misinya, Romo Van Lith banyak memasukkan adat istiadat Jawa ke dalam peribadatan umat Katolik. Sebagai contohnya, dia menambahkan musik gamelan dalam setiap upacara keagamaan.

Selain itu, dia juga menginisiasi pemilihan tempat suci dalam budaya Jawa sebagai kepentingan peribadatan umat Katolik, salah satunya Sendangsono. Ia pulalah yang menekankan perubahan do’a-do’a dan nyanyian Katolik ke dalam Bahasa Jawa.

Dilansir dari Ugm.ac.id, menurut Remy Madinier dalam buku The Politics of Religion in Indonesia, semua yang dilakukan Romo Van Lith dalam menyebarkan ajaran Katolik menunjukkan kalau dia terbuka pada “tradisi sinkretis” di Jawa.

Bahkan dia memasukkan mitos-mitos lokal ke dalam ajaran Katolik, seperti yang ia lakukan saat mengadopsi cerita lokal tentang Dewi Lantamsari, penjaga dan pelindung mata air Sendangsono, dengan sosok Maria.

Membangun Ekonomi dan Pendidikan

romo van lith

©Indonesia.go.id

Selain menyebarkan ajaran Katolik, Romo Van Lith juga berperan besar dalam memajukan perekonomian dan pendidikan di Jawa. Dia menginisiasi usaha-usaha seperti sewa tanah, klinik kesehatan, produksi anyaman bambu, dan jenis usaha lainnya.

Selain itu, dia juga mendirikan sekolah tinggi Katolik di Muntilan bernama Kolese Xavier pada tahun 1904. Seiring waktu, sekolah ini melahirkan para pemimpin-pemimpin Katolik lokal yang tak hanya bergerak di bidang kegerejaan, melainkan kepentingan seluruh masyarakat Jawa.

Salah satunya lulusan sekolah itu adalah Mgr. Albertus Soegijapranata S.J, yang kemudian menjadi uskup Indonesia pertama dan menjadi Pahlawan Nasional karena turut terlibat dalam penyelesaian damai Pertempuran Lima Hari di Semarang. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sosok Paulus Tosari Penginjil Besar Pribumi, Populerkan Agama Kristen melalui Tembang Jawa
Sosok Paulus Tosari Penginjil Besar Pribumi, Populerkan Agama Kristen melalui Tembang Jawa

Paulus Tosari adalah murid Coenraad Laurens Coolen. Sang guru dikenal dengan sebutan Rasul Suku Jawa.

Baca Selengkapnya
Mengulik Suasana Ibadah Gereja Zaman VOC yang Bersejarah
Mengulik Suasana Ibadah Gereja Zaman VOC yang Bersejarah

Abad ke-17, Gereja Salib Batavia mencerminkan kemewahan dan kontras dengan panggilan rohaniah.

Baca Selengkapnya
Semasa Kecil Tak Ingin jadi Pendeta, Kini Ignatius Suharyo Dipercaya jadi Uskup Agung Jakarta
Semasa Kecil Tak Ingin jadi Pendeta, Kini Ignatius Suharyo Dipercaya jadi Uskup Agung Jakarta

Ia mengajak para jemaahnya menjadi 100% Katolik sekaligus 100% Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kisah Ludwig Ingwer Nommensen, Sang Misionaris di Tanah Batak
Kisah Ludwig Ingwer Nommensen, Sang Misionaris di Tanah Batak

Masuknya agama kristen di Tanah Batak ini tak lepas dari peran dan perjuangan seorang misionaris bernama Ludwig Ingwer Nommensen.

Baca Selengkapnya
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar

Kampung di Jombang ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama kristen di Jawa. Miris, kompleks makamnya kini dipenuhi semak belukar.

Baca Selengkapnya
Sejarah GKJ Baki Sukoharjo, Konsisten Pertahankan Nilai-nilai Budaya Jawa Sejak Zaman Kolonial Sampai Sekarang
Sejarah GKJ Baki Sukoharjo, Konsisten Pertahankan Nilai-nilai Budaya Jawa Sejak Zaman Kolonial Sampai Sekarang

Penyebaran ajaran Kristen di wilayah Baki, Sukoharjo sudah dimulai sejak zaman Kyai Sadrach Sura Pranata sekitar tahun 1860

Baca Selengkapnya
Jokowi di Misa Kudus: Perbedaan Adalah Kekayaan dan Toleransi Pupuk Bagi Persatuan
Jokowi di Misa Kudus: Perbedaan Adalah Kekayaan dan Toleransi Pupuk Bagi Persatuan

Umat katolik sangat bersuka cita lantaran perayaan Misa tahun ini langsung bersama pemimpin Gereja Katolik sedunia Paus Fransiskus.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kata Sholat Diganti Sembahyang di Pulau Jawa, Ternyata Ada Tujuannya
Sejarah Kata Sholat Diganti Sembahyang di Pulau Jawa, Ternyata Ada Tujuannya

Sunan Ampel menerapkan pendekatan dengan mengganti istilah "sholat" menjadi "sembahyang".

Baca Selengkapnya
Kisah Kampung Kristen di Lembang, Ajarkan Hidup Rukun dan Penuh Toleransi
Kisah Kampung Kristen di Lembang, Ajarkan Hidup Rukun dan Penuh Toleransi

Di sana juga terdapat tiga makam besar dari keluarga G.B Walter yang merupakan warga keturunan Belanda kelahiran Sumedang pada 1879.

Baca Selengkapnya
Menag Yaqut: Umat Kristiani Punya Saham Atas Republik Ini, Jadi Jangan Minder
Menag Yaqut: Umat Kristiani Punya Saham Atas Republik Ini, Jadi Jangan Minder

"Jadi nggak boleh merasa kecil, sama-sama punya saham kok, yang beda kan devidennya saja, nah pembagiannya itu dibuat harus proporsional," kata Menag Yaqut.

Baca Selengkapnya
Budayawan Ngatawi: Pelajari Agama dan Pahami Tradisi Agar Tak Terjebak Radikal
Budayawan Ngatawi: Pelajari Agama dan Pahami Tradisi Agar Tak Terjebak Radikal

Penting membedakan hal yang relevan dan tidak sehingga tidak terjebak dalam paham radikal

Baca Selengkapnya
⁠Gamelan Kodok Ngorek Peninggalan Sunan Kalijaga Bentuknya Unik Terbuat dari Kayu Jati
⁠Gamelan Kodok Ngorek Peninggalan Sunan Kalijaga Bentuknya Unik Terbuat dari Kayu Jati

Sebuah gamelan peninggalan Sunan Kalijaga tersimpan di museum dengan bentuk yang unik dan terbuat dari kayu jati.

Baca Selengkapnya