Mengenal Cenning Rara, Mantra Pemikat Lawan Jenis Ala Masyarakat Suku Bugis
Mantra yang digunakan biasanya memiliki makna yang terikat pada hubungan cinta dan kasih sayang.
Mantra yang digunakan biasanya memiliki makna yang terikat pada hubungan cinta dan kasih sayang.
Mengenal Cenning Rara, Mantra Pemikat Lawan Jenis Ala Masyarakat Suku Bugis
Masyarakat Bugis terkenal akan tradisi Pappaseng, yaitu bentuk sastra lisan yang berisi wasiat atau nasihat-nasihat. Salah satu tradisi Pappaseng yang dianggap punya kekuatan magis adalah Doang atau Paddoangngang.
-
Apa makna simbolis Tari Cerana? Dikutip dari Wikipedia, Tari Cerana merupakan simbol dari penerimaan masyarakat Kupang kepada para tamu dengan hati yang tulus, bersih, dan penuh kasih.
-
Apa itu Tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari. Warga setempat juga menyebutnya sebagai kasidah air, lantaran pemainnya yang merupakan ayah dan anak laki-laki menepuk-nepuk air hingga menghasilkan nada tertentu mirip kasidahan.
-
Apa ritual adat Seblang Bakungan? Seblang Bakungan dikenal sebagai ritual tarian yang dibawakan oleh wanita berumur dalam kondisi trans atau kehilangan kesadaran.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
-
Kenapa Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi Cikibung mulanya dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak-anaknya yang tengah belajar mengembala kambing. Agar berani menyeberangi sungai besar, sang ayah akan mendampingi anak-anaknya untuk pelan-pelan melintasi sungai. Di sana sang ayah mulai menepuk-nepuk air di depan anak-anaknya, sekaligus untuk melindungi mereka.
-
Apa yang dilakukan dalam ritual? Di tengah musim kemarau berkepanjangan di Thailand, warga di tiga desa di Provinsi Nakhon Sawan berkumpul untuk menghidupkan kembali ritual tradisional mengarak kucing untuk mendatangkan hujan ke desa-desa yang kekeringan.
Mereka percaya bahwa Doang adalah sebuah ajian sakti. Salah satu Doang yang terkenal adalah Cenning Rara atau ilmu pemikat hati.
Mengutip Liputan6.com, Cenning Rara dapat diartikan sebagai ‘wajah yang manis’. Cenning Rara juga kerap disebut mantra ajian untuk menggaet pasangan atau membuat seseorang tampak awet muda.
Tujuan mantra ini untuk mendekatkan jiwa pengguna dengan sang target. Dengan kata lain, penggunanya menggunakan mantra ini sebagai usaha terakhir memikat hati lawan jenis yang menjadi sasaran.
Namun untuk menggunakan mantra ini, ada unsur-unsur di dalam diri ini yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh si pengguna, yaitu watak, naluri, rasio/akal sehat, nafsu, dan emosi. Semuanya wajib dikendalikan dan diatur ke arah yang lebih baik.
Mengutip Goodnewsfromindonesia.id, Cenning Rara merupakan prosesi mengeluarkan aura dari dalam diri. Secara harfiah, Cenning Rara berasal dari kata “cenning” yang artinya manis dan “cendrara” yang artinya bulan atau matahari, yang pada hakikatnya adalah cahaya.
“Maka manis dari keduanya tak lain dimaksudkan untuk membuat diri dan penampilan kian bercahaya seperti bulan dan matahari bagi anak perawan,” tulis Hasnitasari dalam skripsinya berjudul “Cenning Rara: Mantra dan Doa Masyarakat Bugis”.
Cenning Rara biasanya dilakukan dengan media minyak kelapa yang ditanak, telur yang direbus, atau beras yang dijadikan bedak. Dalam perjalanannya, Cenning Rara tercampur oleh nilai-nilai Islam yang mengubah dalam pengadaan media dan mantra.
Beberapa contoh mantra dari Cenning Rara yang bisa dipakai atau dibaca dengan menggunakan media air saat akan mandi atau akan membasuh muka, tujuannya adalah agar si gadis terlihat cantik.
Berikut mantranya:
Uwaae Pole Mekkah
Jenne’ pole Suruga
Upatoppang ri rupaku
Mattappa keteng seppuloeppa
Yang artinya:
Air dari Mekkah
Air wudhu dari surga
Kubasuh di mukaku
Secercah bulan purnama
Mengutip Goodnewsfromindonesia.id, mantra yang digunakan biasanya memiliki makna yang terikat pada hubungan cinta dan kasih sayang. Bacaan mantra ini diwariskan melalui leluhur orang Bugis-Makassar, walau kekuatan mantranya bisa berbeda pada setiap orang.
“Oleh sebab itu, cara kerja mantra yang hendak masuk pada ranah psikis seseorang, jiwa akan mengenalinya sebagai getaran asing. Maka yang dilakukan psikis seseorang pun sama dengan tubuh. Yaitu menolak dan melawannya,”
ungkap Hasnitasari, mengutip Goodnewsfromindonesia.id.