Mengenal Ritual Sidekah Kupat, Jejak Kerajaan Pasundan di Provinsi Jateng
Merdeka.com - Bulan Sapar diperingati warga di Kecamatan Dayeuhluhur, Cilacap sebagai masa di mana raja-raja Pasundan melakukan ziarah rohani. Saat itu, mereka melakukan perjalanan melewati jalan-jalan kampung. Demi memperingati perjalanan para raja-raja Pasundan, warga di sana menggelar ritual “Sidekah Kupat”. Ritual itu masih berjalan hingga kini.
Dilansir dari Jatengprov.go.id, ritual Sidekah Kupat biasanya dilaksanakan pada hari terakhir di Bulan Sapar. Menurut penuturan warga desa setempat, ritual itu sudah berumur 494 tahun. Ketua Lembaga Adat Desa Hanum, Ceceng Rusmana mengatakan, ada berbagai versi terkait sejarah ritual itu.
Salah satunya adalah peristiwa yang terkait dengan sejarah raja-raja Pasundan dan Kerajaan Mataram, baik Mataram Kuno maupun Mataram Islam. Lalu bagaimana keseruan ritual tersebut? Berikut selengkapnya:
-
Kapan ritual ini dilakukan? Ritual sembelih kambing kendit di Ponorogo merupakan sebuah ritual tradisional yang telah berlangsung sejak sekitar 200 tahun lalu.
-
Kapan tradisi ini dilakukan? Tradisi ini diketahui sudah berkembang sejak tahun 1950-an, dan jadi salah satu hajat desa yang selalu ramai didatangi oleh warga.
-
Kapan tradisi Tabuik dirayakan? Lazimnya, upacara ini berlangsung pada 10 Muharam dalam kalender Islam atau disebut dengan Hari Asyura.
-
Kapan tradisi kupatan di Serang? Tradisi ini biasanya hadir saat Isra Miraj dan diikuti oleh segenap masyarakat di wilayah pedesaan.
-
Kapan ritual pagan terjadi? Para kaum penyembah berhala atau kaum pagan Baltik menggunakan kuda yang diimpor dari kaum Kristen dijadikan korban ritual sekitar 1.000 tahun yang lalu.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
Jalur Kuno
©jatengprov.go.id
Ceceng mengatakan, Mataram merupakan tempat ziarah bagi raja-raja Pasundan. Apalagi di tempat itu ada bangunan rohani seperti candi maupun tempat-tempat ziarah lainnya.
“Dulu di sini dipercaya sebagai alur puraga atau jalur darat kuno sebelum adanya Jalan Daendles. Pada zaman Mataram Kuno itu banyak Raja Pasundan yang berziarah ke Candi Dieng dan Prambanan lewat sini. Begitu pula saat Mataram Islam, banyak yang ziarah. Kalau lewat utara dan selatan kan kebanyakan masih rawa-rawa,” kata Ceceng dikutip dari Jatengprov.go.id pada Rabu (21/9).
Bekal Bagi Para Raja
©jatengprov.go.id
Sebagai rasa bakti penduduk kepada para raja-raja Pasundan, mereka mempersembahkan ketupat para rombongan itu. Ketupat itu disajikan dengan digantung pada sebuah tongkat melintang di perbatasan-perbatasan desa.
“Warga menyediakan bekal pada iring-iringan raja. Selain itu zaman dulu pada bulan Sapar, warga juga membersihkan jalan desa sebagai persiapan iring-iringan raja yang melakukan perjalanan,” lanjut Ceceng.
Masih Dilestarikan
©jatengprov.go.id
Meskipun saat ini kerajaan Pasundan telah tiada, tradisi itu masih dilestarikan warga di zaman modern ini. Setiap Rabu Wekasan Bulan Sapar pukul 06.00, warga berkumpul di batas desa. Mereka membawa ketupat yang disajikan di sebuah tiang melintang.
Nantinya, siapapun yang melintas di jalan itu bebas mengambil ketupat. Sebelum ritual dimulai, sesepuh desa membacakan riwayat tentang tetirah para raja Pasundan menggunakan bahasa Sunda lengkap beserta sesajen dan bebakaran dupa.
“Yang warga kampung lain bisa mengambil ketupat itu. Sedangkan warga desa setempat membawa bekal ketupat sendiri dan dimakan bersama-sama di perbatasan desa,” kata Ceceng.
Geliatkan Ekonomi Warga
©jatengprov.go.id
Pada tahun 2022 ini, Pemprov Jateng bekerja sama dengan Pemkab Cilacap turut memeriahkan Sidekah Kupat dengan menggelar festival budaya. Selain karena pandemi COVID-19 telah mereda, adanya acara ini diharapkan menggeliatkan perekonomian warga setempat.“Gotong royong bersama dari semua pemangku kebijakan, termasuk perekonomian perlu bicara. Dari Pemprov memberikan triger, berharap bisa menjadi spirit. Berharap seperti Dieng Culture Festival yang sudah 13 tahun. Ini baru sekali, tentu butuh pondasi elementer yakni masyarakat. Nanti kemajuan itu akan direngkuh oleh masyarakat sendiri,” kata Kabid Pembinaan Kebudayaan Disdikbud Jateng, Eris Yunianto, dikutip dari Jatengprov.go.id. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Acara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaTradisi ngirab selalu dilaksanakan untuk memperingati hari Rebo Wekasan.
Baca Selengkapnya1.000 tumpeng dibawa ke Sriwedari untuk diserahkan Pemkot Solo. Usai didoakan para ulama keraton, tumpeng dibagikan ke masyarakat.
Baca SelengkapnyaTradisi unik dari Aceh Jaya ini sudah menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat.
Baca SelengkapnyaTradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaAcara tersebut dihelat di depan masjid Muhammadan pada Minggu (1/11) sore.
Baca SelengkapnyaRitual itu diharapkan bisa menjadi festival budaya yang mengundang lebih banyak wisatawan
Baca SelengkapnyaWarga Trenggalek percaya menghitung jumlah saudara bisa memberi keselamatan dan keberkahan hidup dunia akhirat. Begini caranya.
Baca SelengkapnyaBerbagai kegiatan budaya, seperti pertunjukan tari tradisional, pameran seni, dan bazar makanan, turut memeriahkan suasana.
Baca SelengkapnyaTradisi ini telah menjadi fenomena sosial yang besar di Indonesia, di mana jutaan orang memilih untuk meninggalkan kota.
Baca SelengkapnyaKeunikan junjung pusako adalah sebuah kain panjang yang membungkus di dalamnya berisikan tulisan kuno.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri.
Baca Selengkapnya