Uniknya Serak Gulo, Tradisi Melempar Gula Warga Keturunan India di Kota Padang
Acara tersebut dihelat di depan masjid Muhammadan pada Minggu (1/11) sore.
Ratusan masyarakat memadati kawasan Kota Tua Padang, Sumatera Barat (Sumbar), tepatnya di depan masjid Muhammadan. Masyarakat tersebut mengikuti tradisi serak gulo atau melempar gula pasir yang dilakukan muslim keturunan India di Kota Padang pada bulan Jumadil Akhir.
Acara tersebut dihelat di depan masjid Muhammadan pada Minggu (1/11) sore. Terlihat masyarakat tumpah ruah mengikuti acara itu.
Acara itu dimulai dari mengangkat gula oleh panitia ke atap masjid, kemudian gula dilempar dari atap masjid oleh panitia. Gula mulai dilempar pada pukul 17.30 WIB hingga 17.50 WIB.
Gula yang dilempar panitia dari atap masjid tersebut kemudian dikumpulkan oleh masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka terlihat mereka berebutan mengambil gula yang dilempar oleh panitia. Gula yang dilempar dibungkus dengan plastik, kemudian dilampisi dengan kain bewarna.
Gula Hasil Sumbangan Warga
Ketua Perkumpulan Keluarga Muhammad (PKM), Muhammad Fauzan mengatakan, dalam tradisi serak gulo tahun 2024 ada 5 ton gula yang ditabur. Gula tersebut merupakan sumbangan dari para donatur, seperti dari majeklis taklim, Perkumpulan Keluarga Muhammad hingga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang.
"Serak gulo berasal dari daerah India Selatan. Kita adobsi serak gulo dari India dan kemudian kita selengarakan di Padang," kata Fauzan saat berbincang dengan merdeka.com di lokasi Minggu (1/12).
Fauzan melanjutkan, Serak Gulo merupakan lambang atau simbol syukur kepada sang pencipta.
"Sebetulnya serak gulo melambang wujud syukur kita kepada Allah, kemudian kita berbagi gula dengan masyarakat," tutur Fauzan.
Fauzan mengatakan, warna kain pembungkus gula berwarna-warni tersebut melambangkan keberagaman.
"Itu melambangkan berbagai kehidupan kita yang kemudian diakhiri dengan manis, hari ini ada sekitar lima ton gula yang ditabur," ujar Fauzan.
Fauzan menuturkan, tradisi serak gulo sudah dilaksanakan sejak puluhan tahun lalu, yang kini sudah menjadi warisan budaya tak benda dari Kota Padang.