Peristiwa 9 Juni: Kelahiran DI Panjaitan, Pahlawan Revolusi Indonesia
Merdeka.com - Mayor Jenderal Anumerta Donald Issac Panjaitan atau DI Panjaitan adalah seorang pahlawan revolusi Indonesia yang begitu terkenal. Selama hidupnya, DI Panjaitan dikenal sebagai sosok pemberani dalam mempertahankan tanah air Indonesia. Hal ini yang kemudian membuatnya begitu disegani dan dihormati.
Tepat hari ini, 9 Juni pada 1925 silam, DI Panjaitan dilahirkan. DI Panjaitan memulai kariernya sebagai militer saat mengikuti pendidikan Giyugun di Bukittinggi, Sumatera Barat. Setelah lulus dari Giyugun, ia ditugaskan di Pekanbaru sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Dalam catatan sejarah, DI Panjaitan ditembak oleh Prajurit Tjakrabirawa di rumahnya, di Jalan Sultan Hasanudin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada 1 Oktober 1965. Meski telah tiada, tetapi sosoknya akan terus dikenang oleh bangsa Indonesia.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Siapa pahlawan nasional pencetus Deklarasi Djuanda? Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya dan menghiasi gambar uang pecahan Rp50 ribu. Biografi Singkat Djuanda Kartawidjaja lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 14 Januari 1911 dari pasangan Raden Kartawidjaja dan Nyi Monat.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Siapa yang dikenal sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia? Gara-gara Nama Semasa kecil. dokter yang dikenal sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama panggilan Tom.
-
Apa arti nama Diponegoro? Nama 'Diponegoro' berasal dari kata 'dipo' yang berarti pelindung atau penuntun, dan 'negoro' yang berarti negara.
-
Siapa pahlawan Timnas Indonesia? Dalam laga yang berakhir imbang 1-1 di King Abdullah Sports City, Jeddah, Maarten Paes berperan sebagai pahlawan sekaligus penjahat.
Lantas, seperti apa perjalanan hidup seorang DI Panjaitan? Simak ulasannya yang merdeka.com rangkum dari Liputan6.com dan sumber lainnya:
Perjalanan Karier DI Panjaitan
Instagram @fotojadoel ©2021 Merdeka.com
DI Panjaitan adalah sosok pahlawan revolusi Indonesia yang pernah mengenyam bangku SD hingga kuliah di Associated Command and General Staff Collage, Amerika Serikat. Selama di Indonesia, Panjaitan sempat menjadi anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau. Selain itu, ia juga membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kini berubah menjadi TNI.
Setelah Agresi Militer Belanda II berakhir, DI Panjaitan diangkat kembali menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan yang kemudian dipindah ke Palembang menjadi Kepala Staf T&T II/Sriwijaya.
Sepulang menuntut ilmu di Amerika Serikat, Panjaitan membongkar sebuah rahasia PKI yang akan mengirimkan senjata dari Republik Rakyat China. Konon, senjata tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan. Bahan-bahan tersebut akan digunakan untuk melancarkan aksi pemberontakan.
Aksi yang dilakukan oleh Panjaitan tersebut didengar oleh pihak PKI. Tak pelak, hal ini membuat pihak PKI marah dan melancarkan serangan pada tanggal 1 Oktober 1965.
Wafatnya DI Panjaitan
Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia. Peristiwa yang sering disebut G30S/PKI atau Gestok (Gerakan Satu Oktober) terjadi ketika sejumlah perwira militer Indonesia dibunuh dalam suatu usaha kudeta.
Hingga kini, penyebab dan latar belakang terjadinya peristiwa G30S/PKI masih menjadi perdebatan. Namun yang jelas, peristiwa pemberontakan tersebut menewaskan enam jenderal dan satu letnan TNI AD, salah satunya DI Panjaitan. Mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965 di sebuah lubang berdiameter 75 sentimeter dan kedalaman 12 meter di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Ketujuh jenazah tersebut ditemukan pada 4 Oktober 1965 dengan posisi kepala berada di bawah dan saling bertumpuk. Selain Mayjen (Anumerta) DI Pandjaitan , ada enam tentara lainnya yang terbunuh, antara lain Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani, Letjen (Anumerta) Suprapto, Meyjen (Anumerta) MT Haryono, dan Letjen (Anumerta) Siswondo Parman. Lal, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomihardjo, serta Letnan Satu Corps Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tandean.
Menyandang Gelar Pahlawan Revolusi
Instagram @fotojadoel @nur.desilawati ©2021 Merdeka.com
Setelah berhasil membunuh enam jenderal dan satu perwira pertama, pasukan Letkol Untung keesokan paginya berhasil mengambil alih Radio Republik Indonesia (RRI) dan menyebarkan propagandanya. Namun, perampasan itu hanya terjadi kurang dari satu hari, lantaran Kostrad mampu merebut kembali RRI.
Di bawah perintah Meyjen Soeharto, pemberontakan tersebut berhasil diredam. Di mana sisa-sisa pemberontak diburu ke seluruh penjuru, termasuk Aidit yang diduga dalang dari peristiwa G30S.
Berkat segala perannya dan karena gugur di medan perang, akhirnya DI Panjaitan beserta keenam orang lainnya diberi kehormatan dengan menyandang gelar sebagai Pahlawan Revolusi. Kemudian pemerintah Orde Baru menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Sedangkan, 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. (mdk/jen)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Potret lawas mendiang Jenderal Besar AH Nasution saat masih berseragam militer bersama istrinya.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok pemuda terkeren dan tampan dalam sejarah Indonesia.
Baca SelengkapnyaHari Juang Polri yang jatuh pada 21 Agustus tidak bisa dilepaskan dari sosok M Jasin.
Baca SelengkapnyaDjamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
Baca SelengkapnyaKetika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.
Baca SelengkapnyaKumpulan kata bijak tentang pahlawan yang bisa berikan inspirasi.
Baca SelengkapnyaSosok Adnan Kapau Gani, pahlawan nasional asal Sumatra Selatan bergelar Dokter.
Baca SelengkapnyaMelanchton Siregar resmi menerima gelar Kolonel Tituler pada tahun 1947.
Baca SelengkapnyaTekadnya yang kuat membuat dirinya berani maju secara terbuka untuk menghadapi sekutu. Muslihat tak peduli meski hujan peluru terjadi di sana.
Baca SelengkapnyaWalaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Baca SelengkapnyaNamanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya dan menghiasi gambar uang pecahan Rp50 ribu.
Baca SelengkapnyaTerbentuknya pemerintahan darurat di Pulau Sumatra menjadi momen penyambung hidup NKRI serta gelorakan semangat perjuangan melawan kolonial.
Baca Selengkapnya