Sejarah Kampung Arab Pekalongan, Pusat Perdagangan Mori di Era 70-an
Merdeka.com - Di pusat Kota Pekalongan, terdapat sebuah kawasan bernama Kampung Arab. Sesuai namanya, kampung itu dihuni para keturunan orang Arab.
Dilansir dari Pekalongankota.go.id, kawasan Kampung Arab di Pekalongan mencakup tiga wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Sugihwaras, Kelurahan Klego, dan Kelurahan Poncol. Kelurahan Sugihwaras menjadi kawasan yang paling banyak didiami oleh masyarakat Arab karena cikal bakal Kampung Arab bermula dari kelurahan itu.
Pada masa jayanya, Kampung Arab Pekalongan menjadi pusat perdagangan kain mori. Berikut sejarah selengkapnya:
-
Kenapa Ampel dijuluki Kampung Arab? Gelombang besar kedatangan kaum Hadhami ini membuat Ampel dijuluki Kampung Arab.
-
Mengapa desa ini menjadi pusat gerabah? Dilansir dari Visitingjogja.com, sejarah kemunculan kerajinan gerabah di Desa Kasongan berawal dari matinya seekor kuda milik reserse Belanda di tanah milik seorang warga.
-
Dimana Kampung Kolonial berada? Tak jauh dari sana terdapat deretan rumah dinas yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para karyawan PLTA.
-
Apa yang dijuluki sebagai Kampung Kolonial? Saat ini, deretan rumah dinas itu dijuluki sebagai kampung kolonial.
-
Dimana lokasi Pasar Ramadan Kebon Kacang? Terdapat sebuah rekomendasi tempat untuk mencari menu berbuka puasa, yakni di wilayah Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
Sejarah Berdirinya Kampung Arab
©YouTube/pie'ie Mejink
Awal mula berdirinya Kampung Arab Pekalongan terjadi pada tahun 1800-an. Waktu itu ada seorang ulama dari Hadramaut bernama Habib Husein Bin Salim Alatas datang ke Pekalongan. Waktu itu, wilayah Kampung Arab masih berupa hutan belantara.
Setibanya di kampung itu, hal pertama yang dilakukan Habib Husein adalah mendirikan masjid. Keinginannya mendirikan masjid dikarenakan ia ingin meneladani Rasulullah SAW di mana saat ia hijrah ke suatu tempat, bangunan yang pertama kali dibangun adalah masjid. Hingga kini, masjid itu masih berdiri. Warga Pekalongan mengenalnya dengan nama Masjid Wakaf.
Sejak saat itu, orang-orang Arab lainnya mulai berdatangan. Mereka kebanyakan berasal dari Hadramaut, Yaman. Di sana, mereka bertahan hidup dengan cara berdagang. Kampung Arab pun menjelma menjadi pusat perdagangan baru di kawasan pesisir utara Pulau Jawa.
Pusat Pendidikan Islam di Pekalongan
©YouTube/pie'ie Mejink
Seiring waktu, Kampung Arab menjadi pusat pendidikan Islam di Pekalongan. Selain mendirikan masjid, Habib Husein juga membuka pengajian dan pesantren untuk masyarakat. Metode pengajian yang dilakukan Habib Husein ternyata sangat disukai warga. Mereka datang berbondong-bondong mengikuti ceramah Habib Husein.
Seiring berjalannya waktu, datanglah seorang ulama lagi bernama Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Tholib Alatas di Kampung Arab. Ia memiliki tujuan yang sama dengan Habib Husein. Pada awal kedatangannya, Habib Ahmad mendirikan Masjid Raudhoh.
Metode pengajaran Habib Ahmad cenderung lebih modern ketimbang Habib Husein. Namun karena mereka berdua berkolaborasi, maka kedua ulama itu memberikan pengaruh kuat di Pekalongan.
Pusat Perdagangan Kain Mori
©YouTube/pie'ie Mejink
Seiring berjalannya waktu, makin banyak komunitas Arab yang menghuni Kampung Arab dengan jiwa dagangnya. Pada era 1950-1970, kawasan itu menjadi pusat perdagangan kain mori se-Indonesia. Saat itu harga kain mori di tanah air mengacu pada harga yang ditawarkan di Kampung Arab.
Namun setelah tahun 1970-an, perdagangan mori mengalami pasang surut. Harga produksi kain mori yang semakin mahal mengakibatkan citra Kampung Arab sebagai pusat perdagangan kain mori mulai memudar.
Selain itu dari segi arsitektur bangunan, bangunan-bangunan asli di Kampung Arab saat ini telah mengalami renovasi besar-besaran. Namun masih ada beberapa bangunan peninggalan zaman dulu yang dijaga keasliannya. Sampai saat ini, Kampung Arab menjadi salah satu destinasi wisata di Pekalongan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kini Ampel tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga pusat belanja dan kuliner favorit
Baca SelengkapnyaSalah satu kesenian budaya dari Bumi Rafflesia ini buah hasil akulturasi budaya Arab yang kini sudah menjadi warisan budaya Indonesia.
Baca SelengkapnyaPurwakarta telah berevolusi cukup lama hingga dikenal sebagai kota pensiunan. Kisahnya penuh perjuangan sejak masa pra sejarah.
Baca SelengkapnyaArkeolog Gali Kota Bersejarah Berusia 25.000 Tahun Lengkap dengan 11.000 Tulang di Dalamnya
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaDemak masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat berpengaruh di pesisir Jawa.
Baca SelengkapnyaMagetan memiliki sebuah desa yang dijuluki sebagai Kampung Madinah. Saat bulan Ramadan, kampung tersebut menjadi wisata kuliner.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya 2 sampai 3 kapal India bersandar di Pariaman untuk mengirim kain kepada penduduk lokal.
Baca SelengkapnyaKota kuno Kotagede dibangun dengan konsep filosofi "Catur Gatra" dengan empat elemen penting yaitu keraton, pasar, alun-alun, dan masjid.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya dibangun oleh saudagar asal Yaman. Begini kisahnya
Baca SelengkapnyaPernah Disebut dalam Naskah Arab Kuno, Arkeolog Temukan Kota yang Hilang dari Masa Abad ke-6
Baca SelengkapnyaKampung Melayu merupakan salah satu kawasan tertua di Semarang. Di sana banyak terdapat peninggalan kolonial
Baca Selengkapnya