Tak Dapat Bantuan Pemerintah, Warga di Kudus Bangun Jembatan Secara Swadaya
Merdeka.com - Walaupun pembangunan di Pulau Jawa dilakukan secara masif, namun nyatanya tak semua warga yang merasakan dampak positif dari pembangunan itu. Beberapa desa masih minim infrastruktur. Bahkan warga desa harus rela membangun jembatan penghubung secara swadaya.
Hal inilah yang terlihat di Desa Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Tak kunjung mendapat perhatian dari pemerintah, warga di sana gotong royong untuk membangun jembatan menggunakan dana dari kantong mereka sendiri. Permohonan pembangunan jembatan telah berkali-kali diajukan ke pemerintah desa, namun nyatanya tak kunjung direalisasikan.
Berikut selengkapnya:
-
Bagaimana pembangunan jembatan ini dilakukan? “Pembangunan ini akan menambah akses jembatan baru, sehingga menjadi dua akses jembatan. Selain itu, akan dilakukan diperkuat jembatan eksisting yang sudah ada,“ jelas Gubernur Andi.
-
Kenapa pembangunan jembatan ini dilakukan? Hadirnya pembangunan jembatan ini menjadi keluhan masyarakat karena kondisi sering terjadi kemacetan parah di jembatan ini.
-
Kenapa warga Desa Kalinusu terbantu dengan Jembatan Merah Putih? 'Ini sudah bertahun-tahun, baru kali ini ada jembatan. Sebelum ada jembatan ini kalau ke Bumiayu harus lewat jalan utama,' kata Doyo, salah seorang warga Kalinusu dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (3/6).
-
Siapa yang terlibat dalam pembangunan jembatan ini? Proyek pembangunannya memakan waktu hampir 10 tahun dan melibatkan ribuan insinyur serta pekerja konstruksi.
-
Mengapa Jembatan Kaca Berendeng dibangun? Jembatan ini mulanya diresmikan pada 4 Februari 2018 lalu, untuk mengakomodasi pemenuhan infrastruktur publik di sana.
-
Bagaimana jembatan itu dibangun? Pondasi jembatannya terbuat dari batu andesit. Untuk penyangga di tiap ujungnya ada dua dan masing-masing penyangga terdiri dari empat seling besi.
Dibangun Secara Swadaya
©YouTube/Liputan6
Warga Desa Kedungsari membangun jembatan yang menghubungkan desanya secara swadaya. Mereka rela mengumpulkan dana untuk pembangunan jembatan sepanjang 32 meter tersebut.
Awalnya jembatan itu terbuat dari bambu. Namun jembatan itu sering rusak saat musim penghujan tiba. Agar lebih aman, warga memutuskan untuk membangun jembatan permanen. Bagi warga, keberadaan jembatan itu sangat penting karena bisa memperpendek jarak tempuh sehingga tidak harus memutar jauh.
“Sejauh ini belum ada bantuan dana dari pemerintah,” kata Kasri, warga Desa Kedungsari, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Selasa (30/5).
Telah Diajukan Berkali-Kali
©YouTube/Liputan6
Sebenarnya usulan pembangunan jembatan telah diajukan berkali-kali pada pemerintah desa. Namun tidak kunjung direalisasikan dengan alasan jaraknya dekat dengan kampung sebelah.
“Ya meringankanlah untuk masyarakat. Jadi dari sini ke seberang sana bisa bersatu. Sebelum ada jembatan ini kami harus memutar, di sana sebelah selatan, dan di sebelah utara. Tapi jauh. Harus memutar,” kata Eko Ristanto, Ketua RW di Desa Kedungsari. Diperkirakan pembangunan jembatan itu memakan dana kurang lebih Rp200 juta. Meski telah mengumpulkan dana swadaya masyarakat, mereka tetap berharap ada donatur atau pemerintah yang bisa mempercepat penyelesaian pembangunan jembatan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jembatan kayu yang dibangun berdampak besar bagi pergerakan ekonomi warga desa di Karawang.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga menyeberangi sungai membawa jenazah yang akan dimakamkan di pemakaman itu viral di media sosial
Baca SelengkapnyaBahkan dikabarkan pernah ada warga yang meninggal dunia usai terjatuh dari atas jembatan saat menyeberangi sungai tersebut.
Baca SelengkapnyaPerjalanan bertaruh nyawa itu terpaksa ditempuh para pelajar SD di dua desa karena akses menuju sekolah hanya melalui jembatan rusak tersebut.
Baca SelengkapnyaJembatan megah itu dibuat warga Demaan, Kabupaten Jepara, dengan biaya Rp250 juta.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan warga Lampung yang mempertaruhkan nyawa lewat pantai karena jalan utama rusak parah.
Baca SelengkapnyaProyek bendungan itu sempat mangkrak diduga karena kontraktornya tidak dibayar.
Baca SelengkapnyaBeredar di media sosial, warga ramai-ramai mancing di sebuah kubangan. Terlihat lubang tersebut berukuran cukup besar dan berada di tengah jalan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya warga sudah sempat memperbaiki jalan tersebut, namun akhirnya rusak kembali.
Baca SelengkapnyaMerasa tidak adil, warga di Jalan Juanda Kota Medan menolak dan menggugat pembangunan underpass.
Baca SelengkapnyaPengendara yang lewat kerap tergelincir karena jalan menjadi kubangan lumpur. Anak-anak sekolah pun terpaksa melepas sepatu saat melintas.
Baca SelengkapnyaBeredar di media sosial seorang preman memalak pekerja di sebuah proyek pembangunan jembatan di Desa Cijunti.
Baca Selengkapnya