15 Mei Peringati Hari Keluarga Internasional, Ini Sejarah Dibaliknya
Hari Keluarga Internasional membantu meningkatkan kesadaran atas isu keluarga dan hal-hal yang terkat dengannya.
Hari Keluarga Internasional membantu meningkatkan kesadaran atas isu keluarga dan hal-hal yang terkat dengannya.
15 Mei Peringati Hari Keluarga Internasional, Ini Sejarah Dibaliknya
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam resolusinya 47/237 tanggal 20 September 1993, menyatakan bahwa tanggal 15 Mei setiap tahun diperingati sebagai Hari Keluarga Internasional.Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa peringatan tahunan ini mencerminkan pentingnya komunitas internasional memandang keluarga sebagai unit dasar masyarakat serta kepeduliannya terhadap situasi mereka di seluruh dunia. Hari Keluarga Internasional memberikan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu yang berkaitan dengan keluarga serta mendorong tindakan yang tepat.
Hari ini dapat menjadi faktor mobilisasi yang kuat bagi keluarga-keluarga di semua negara, yang lantas memanfaatkan kesempatan ini dan menunjukkan dukungan terhadap isu-isu keluarga yang sesuai dengan setiap masyarakat.
Dilansir dari berbagai sumber, ini dia ulasan selengkapnya mengenai sejarah dan tema Hari Keluarga Internasional yang jatuh pada 15 Mei ini.
Sejarah Hari Keluarga Internasional
Ide untuk merayakan Hari Keluarga Internasional pertama kali muncul pada tahun 1980-an, ketika PBB mulai memperhatikan isu-isu keluarga dalam program-program dan kebijakannya.Melansir laman un.org, pada tahun 1983, berdasarkan rekomendasi Dewan Ekonomi dan Sosial, Komisi Pembangunan Sosial dalam resolusinya tentang Peran keluarga dalam proses pembangunan (1983/23) meminta Sekretaris Jenderal untuk meningkatkan kesadaran di antara para pengambil keputusan dan masyarakat tentang masalah dan kebutuhan keluarga, serta cara efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perhatian ini semakin meningkat seiring dengan perubahan sosial dan ekonomi yang berdampak pada struktur dan fungsi keluarga di seluruh dunia.
Sehingga dalam resolusinya tanggal 29 Mei 1985, DewanPBB mengundang Majelis Umum untuk mempertimbangkan kemungkinan memasukkan dalam agenda sementara sesi keempat puluh satu, sebuah item berjudul “Keluarga dalam proses pembangunan”, dengan tujuan untuk mempertimbangkan permintaan kepada Sekretaris Jenderal untuk memulai proses pengembangan kesadaran global mengenai isu-isu yang terlibat, yang ditujukan kepada Pemerintah, organisasi antar pemerintah dan non-pemerintah dan opini publik. Selanjutnya, berdasarkan rekomendasi Komisi Pembangunan Sosial yang dirumuskan dalam sidangnya yang ke-30, Majelis PBB mengundang semua negara untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai kemungkinan proklamasi tahun keluarga internasional dan memberikan komentar dan usulan mereka.
Dewan juga meminta Sekretaris Jenderal untuk menyerahkan kepada Majelis Umum pada sesi keempat puluh tiga sebuah laporan komprehensif, berdasarkan komentar dan usulan Negara-negara anggota mengenai kemungkinan proklamasi tahun tersebut. Dibahas pula cara-cara serta sarana lain untuk memperbaiki posisi dan kesejahteraan keluarga serta mengintensifkan kerja sama internasional sebagai bagian dari upaya global untuk memajukan kemajuan dan pembangunan sosial.
Dalam resolusinya 44/82 tanggal 9 Desember 1989, Majelis Umum mencanangkan Tahun Keluarga Internasional. Pada tahun 1993, Majelis Umum memutuskan melalui resolusi (A/RES/47/237) bahwa tanggal 15 Mei setiap tahun harus diperingati sebagai Hari Keluarga Internasional.
Hari ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu yang berkaitan dengan keluarga dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang proses sosial, ekonomi dan demografi yang mempengaruhi keluarga.
Pada tanggal 25 September 2015, 193 negara anggota PBB mengadopsi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu 17 tujuan untuk menghilangkan kemiskinan, diskriminasi, pelecehan dan kematian yang dapat dicegah, mengatasi kerusakan lingkungan, dan mengantarkan era pembangunan universal.
Kebijakan dan program yang berorientasi pada keluarga dan keluarga sangat penting untuk mencapai sebagian besar tujuan tersebut.
Tema Hari Keluarga Internasional 15 Mei 2024
Tahun 2024 menandai peringatan 30 tahun Tahun Keluarga Internasional.Acara peringatan ini akan menampilkan presentasi mengenai hasil kegiatan persiapan IYF+30 regional, inisiatif masyarakat sipil, rekomendasi mengenai kebijakan keluarga untuk aksi iklim, dan diskusi interaktif.
Selain itu, dua publikasi berjudul "Perubahan Iklim dan Keluarga" dan "Rumah, Keluarga, dan Perubahan Iklim" akan diluncurkan pada acara tersebut. Perubahan iklim berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan polusi, sementara kejadian cuaca ekstrem yang diperburuk oleh perubahan iklim, seperti angin topan, kekeringan dan banjir, sering kali menyebabkan pengungsian paksa dan hilangnya mata pencaharian bagi keluarga dan individu.
Peristiwa seperti ini berdampak pada produktivitas pertanian dan akses terhadap air, serta meningkatkan kelaparan dan kerentanan. Hal ini menyebabkan gangguan ekonomi pada industri yang sensitif terhadap dampak iklim seperti pertanian dan perikanan.
Tanpa tindakan drastis, adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim akan menjadi semakin sulit dan mahal.
Memberdayakan keluarga melalui pendidikan, mengubah kebiasaan konsumsi, dan advokasi sangat penting untuk aksi iklim yang bermakna dan efektif. Keluarga mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi, jadi menanamkan kebiasaan berkelanjutan dan kesadaran iklim dalam keluarga sejak usia dini adalah hal yang penting. Mengintegrasikan prinsip ekonomi sirkular ke dalam pendidikan anak usia dini dapat membantu membangun model ekonomi berkelanjutan berdasarkan minimalisasi limbah dan regenerasi sumber daya alam. Keluarga sebagai konsumen dan pendukung dapat mendorong transisi menuju ekonomi sirkular.
Hari Keluarga Internasional tahun 2024 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana perubahan iklim berdampak pada keluarga dan peran yang dapat dimainkan oleh keluarga dalam aksi iklim. Melalui inisiatif keluarga dan komunitas, kita dapat mendorong aksi iklim melalui pendidikan, akses terhadap informasi, pelatihan dan partisipasi masyarakat.