7 Makanan Pelancar Metabolisme Tubuh, Baik Dikonsumsi
Metabolisme tubuh yang baik merupakan hal penting dalam kesehatan.
Metabolisme tubuh yang baik merupakan hal penting dalam kesehatan.
7 Makanan Pelancar Metabolisme Tubuh, Baik Dikonsumsi
Metabolisme tubuh adalah proses vital yang mengubah makanan dan minuman yang kita konsumsi menjadi energi. Proses ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk jenis makanan yang kita konsumsi. Ada beberapa jenis makanan yang diketahui dapat meningkatkan laju metabolisme, membantu tubuh membakar kalori lebih efisien dan mendukung usaha penurunan berat badan.
Salah satu makanan pelancar metabolisme yang efektif adalah makanan yang kaya akan protein, seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Protein memerlukan lebih banyak energi untuk dicerna dibandingkan dengan lemak atau karbohidrat, sehingga tubuh membakar lebih banyak kalori saat mencerna makanan ini.
Menyertakan makanan pelancar metabolisme dalam diet sehari-hari dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan metabolisme tubuh, mendukung penurunan berat badan, dan meningkatkan energi secara keseluruhan. Ini selengkapnya.
Rekomendasi Makanan Pelancar Metabolisme Tubuh
1. Putih TelurMakanan pelancar metabolisme tubuh yang pertama adalah putih telur. Selain kaya akan protein dan vitamin D, telur juga mengandung asam amino. Kandungan asam amino dalam telur tersebut dinilai dapat membantu kamu meningkatkan metabolisme.
2. Daging Tanpa Lemak
Makanan pelancar metabolisme tubuh yang kedua adalah daging. Namun dalam hal ini, tidak semua daging mampu meningkatkan metabolisme. Yang baik untuk peningkatan metabolisme adalah daging tanpa lemak karena kaya akan zat besi.
3. Cabai
Pedasnya cabai ternyata juga bisa untuk meningkatkan metabolisme. Pasalnya cabai mengandung senyawa kimia yang disebut capsaicin, itulah yang membuat peningkatan metabolisme tubuh secara signifikan.
Selain itu, cabai juga mengandung vitamin C yang dibutuhkan untuk tubuh. Pilih makanan pedas yang sehat dan tidak mengandung penyedap rasa berlebihan.
4. Biji-bijian
Tak hanya cabai, bijian-bijian juga termasuk makanan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pasalnya biji-bijian memang kaya serat yang bisa bermanfaat untuk membakar lemak.
Namun, tidak semua jenis biji-bijian bermanfaat dalam peningkatan metabolisme. Biji cokelat untuk roti yang dianggap mampu meningkatkan metabolisme tubuh.
5. Alpukat
Alpukat mungkin salah satu makanan super yang tidak hanya enak, tapi juga serbaguna. Alpukat membuat Anda kenyang dan di dalamnya terkandung vitamin, mineral, serat, serta lemak yang menyehatkan jantung," papar Burack.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Nutrition Journal, alpukat sebenarnya telah dikenal untuk menurunkan sindrom metabolik pada orang dewasa, yang merupakan sekelompok kondisi seperti gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh, dan gula darah tinggi yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit jantung.
6. Kubis dan Sayuran Sejenisnya
Kubis dan sayuran yang masih satu kerabat dengannya seperti brokoli dan bunga kol adalah makanan pelancar metabolisme selanjutnya yang bisa Anda konsumsi.
Jenis sayuran ini akan memengaruhi proses metabolisme dan membakar lebih banyak kalori dibanding kondisi biasa. Sayur-sayuran tersebut juga kaya vitamin dan mineral penting yang diperlukan saat menjalani diet.
7. Gandum
Gandum adalah salah satu makanan yang dapat membantu melancarkan metabolisme tubuh berkat kandungan seratnya yang tinggi. Serat dalam gandum membantu proses pencernaan menjadi lebih efisien dan memperpanjang rasa kenyang, sehingga mencegah makan berlebihan.
Selain itu, gandum utuh mengandung vitamin B kompleks yang berperan penting dalam proses metabolisme energi.
Penyebab Metabolisme Tubuh Lambat
Selain mencari tahu apa saja makanan pelancar metabolismetubuh, Anda juga perlu tahu apa saja yang menjadi penyebab metabolisme menjadi lambat atau menurun. Metabolisme tubuh yang lambat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetika, gaya hidup, dan kondisi medis. Berikut adalah beberapa penyebab umum dari metabolisme yang lambat:
1. Genetika
Faktor genetik memainkan peran besar dalam menentukan kecepatan metabolisme seseorang. Beberapa orang secara alami memiliki metabolisme yang lebih lambat daripada yang lain.
2. Penuaan
Seiring bertambahnya usia, metabolisme cenderung melambat. Hal ini disebabkan oleh penurunan massa otot dan perubahan hormon yang terjadi seiring dengan penuaan.
3. Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup yang tidak aktif dapat menyebabkan penurunan metabolisme. Aktivitas fisik membantu meningkatkan laju metabolisme dengan membakar kalori dan membangun otot. 4. Massa Otot Rendah
Otot membakar lebih banyak kalori daripada lemak, bahkan saat istirahat. Orang dengan massa otot yang rendah cenderung memiliki metabolisme yang lebih lambat.
5. Diet yang Tidak Seimbang
Pola makan yang rendah kalori secara ekstrem atau tidak seimbang dapat memperlambat metabolisme. Tubuh dapat merespons dengan menurunkan laju metabolisme untuk menghemat energi.
6. Dehidrasi
Air penting untuk metabolisme yang efisien. Dehidrasi dapat memperlambat proses metabolisme karena tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal tanpa cukup cairan.
7. Kurang Tidur
Kurang tidur dapat memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan dan metabolisme. Tidur yang cukup penting untuk menjaga metabolisme tetap optimal. 8. Kondisi Medis
Beberapa kondisi medis, seperti hipotiroidisme (fungsi tiroid yang rendah), sindrom Cushing, dan diabetes, dapat menyebabkan metabolisme melambat.
9. Stres
Stres kronis dapat memengaruhi hormon kortisol yang dapat mengganggu metabolisme. Kortisol yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan penurunan metabolisme.
10. Penggunaan Obat-obatan
Beberapa obat, termasuk antidepresan dan obat-obatan untuk penyakit tertentu, dapat memperlambat metabolisme.
Untuk meningkatkan metabolisme, disarankan untuk mempertahankan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan seimbang, berolahraga secara teratur, minum cukup air, tidur yang cukup, dan mengelola stres. Jika Anda mencurigai kondisi medis yang mendasari sebagai penyebabnya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.