Apa Itu Social Media Fatigue dan Penyebabnya, Menarik Diketahui
Perasaan kelelahan ditandai dengan menurunnya minat untuk berinteraksi di media sosial serta ketidakpuasan kala melihat kehidupan orang lain di sosial media.
Social media fatigue adalah fenomena yang semakin sering dialami oleh pengguna media sosial di era digital saat ini. Dengan terus meningkatnya paparan terhadap konten online, banyak orang mulai merasa lelah, stres, dan jenuh akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.
Rasa lelah ini tidak hanya disebabkan oleh volume informasi yang besar, tetapi juga oleh tekanan sosial yang muncul dari aktivitas di platform-platform tersebut. Akibatnya, banyak individu mulai mempertanyakan dampak penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental mereka.
-
Apa yang bisa menyebabkan stres akibat media sosial? Pencapaian, prestasi, kekayaan atau hal-hal glamor lainnya yang kamu lihat di media sosial bisa jadi hal sensitif yang membuatmu membandingkan diri. Nggak jarang hal ini bikin minder.
-
Apa yang bikin stres karena media sosial? Meskipun media sosial memiliki manfaatnya, kebiasaan yang tidak sehat dalam penggunaannya dapat menyebabkan perasaan terputus, kesepian, dan stres.
-
Kenapa media sosial memicu FOMO? Media sosial merupakan salah satu penyebab utama FOMO karena platform-platform ini menampilkan kehidupan orang lain yang sering terlihat sempurna dan penuh keseruan. Ketika seseorang melihat unggahan teman atau tokoh idola yang sedang menikmati momen istimewa, perasaan takut tertinggal atau tidak cukup mengikuti tren dapat muncul. Hal ini membuat seseorang merasa seakan-akan kehidupannya kurang menarik atau kurang berharga dibanding orang lain.
-
Mengapa FOMO terjadi di media sosial? Media sosial menjadi ajang pamer membuat seseorang kerap membandingkan diri dengan orang lain. Media sosial bagi beberapa orang kini menjadi ajang untuk memamerkan pencapaian. Ketika seseorang merasa tidak mau kalah dan ingin memamerkan apa yang ingin dicapai terhadap pencapaian orang lain, hal inilah yang dinamakan FOMO.
-
Kenapa media sosial bisa bikin remaja depresi? Dalam konteks media sosial, remaja sering kali terpapar pada citra ideal dan kehidupan glamor orang lain, yang tidak mencerminkan realitas dan dapat membuat mereka merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Remaja yang terpapar pada foto-foto dan status yang memperlihatkan kebahagiaan serta kesuksesan orang lain dapat menciptakan perasaan tidak percaya diri, yang dapat memicu atau memperburuk gejala depresi.
-
Bagaimana media sosial bikin remaja sulit tidur? Penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan di malam hari dapat mengganggu ritme sirkadian dan mengurangi jumlah tidur yang didapat. Salah satu faktor yang berkontribusi adalah paparan cahaya biru dari layar perangkat digital, yang dapat menghambat produksi hormon melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur.
Perasaan kelelahan ini biasanya ditandai dengan menurunnya minat untuk berinteraksi di media sosial, kecemasan saat tidak aktif, serta ketidakpuasan yang muncul saat melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih sempurna.
Media sosial, yang awalnya dirancang untuk menghubungkan orang, kini sering kali menjadi sumber stres dan perasaan tidak berdaya. Hal ini diperburuk oleh algoritma yang mendorong keterlibatan terus-menerus dan membanjiri pengguna dengan konten yang terkadang tidak relevan atau negatif.
Mengatasi social media fatigue memerlukan pendekatan yang seimbang, seperti membatasi waktu penggunaan, melakukan detoks digital, atau memilih untuk tidak mengikuti akun-akun yang memicu stres. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya mengenai social media fatigue dan bagaimana cara mengatasinya yang menarik untuk Anda ketahui.
Pengertian Social Media Fatigue Menurut Para Ahli
Social media fatigue adalah kondisi kelelahan yang dialami pengguna media sosial akibat paparan informasi yang berlebihan serta tekanan untuk tetap terhubung secara online.
Menurut para ahli, social media fatigue muncul karena ketidakseimbangan antara tuntutan untuk terus aktif di media sosial dan kemampuan individu untuk mengelola informasi yang diterima.
Dhir et al. (2018) mendefinisikan social media fatigue sebagai "kelelahan fisik, emosional, dan mental yang dialami oleh pengguna karena penggunaan media sosial yang berlebihan." Mereka menjelaskan bahwa kondisi ini terjadi ketika pengguna merasa terbebani oleh volume konten yang terus menerus diterima serta tekanan sosial untuk tetap terlibat.
Bright et al. (2015) mengemukakan bahwa social media fatigue berkaitan dengan perasaan jenuh dan kelelahan akibat konsumsi konten yang berlebihan dan tidak relevan. Mereka juga mencatat bahwa kelelahan ini dapat mengurangi tingkat keterlibatan dan kepuasan pengguna terhadap media sosial.
LaRose et al. (2014) menjelaskan bahwa social media fatigue terjadi ketika penggunaan media sosial mulai mengganggu keseimbangan kehidupan pengguna, menciptakan stres, dan mengurangi kualitas hidup mereka. Mereka menyoroti pentingnya batasan dalam penggunaan media sosial untuk mencegah kelelahan ini.
Kondisi social media fatigue semakin relevan di era digital saat ini, di mana media sosial menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Dengan memahami definisi dan penyebabnya, pengguna dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya dan menjaga kesehatan mental mereka.
Penyebab Social Media Fatigue
Social media fatigue dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang semuanya berhubungan dengan tekanan dan kelebihan informasi yang diterima pengguna dari platform media sosial. Beberapa penyebab utama social media fatigue antara lain:
Kelebihan Informasi
Pengguna media sosial sering kali dibanjiri dengan terlalu banyak informasi, baik yang relevan maupun yang tidak. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan mental dan perasaan kewalahan karena sulitnya memilah informasi yang penting dari yang tidak penting.
Tekanan Sosial
Rasa kewajiban untuk selalu terhubung dan menanggapi interaksi sosial secara cepat dapat menciptakan tekanan yang berlebihan. Pengguna merasa terdorong untuk selalu menampilkan citra positif dan terlibat dalam berbagai aktivitas online, yang dapat menguras energi dan waktu.
Konten Negatif atau Tidak Relevan
Paparan konten negatif, seperti berita buruk, konflik, atau komentar kritis, serta konten yang tidak relevan dengan minat pengguna, dapat menurunkan semangat dan menyebabkan kebosanan.
Overuse dan Kecanduan
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan, di mana pengguna merasa tidak bisa berhenti memeriksa platform tersebut, meskipun merasa lelah atau tidak menikmati pengalaman tersebut. Ini bisa berujung pada burnout digital.
Kurangnya Waktu untuk Beristirahat
Tanpa waktu yang cukup untuk istirahat dari media sosial, pengguna tidak memiliki kesempatan untuk menyegarkan pikiran mereka, yang akhirnya menyebabkan kelelahan.
Faktor-faktor ini secara keseluruhan dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan mental dan fisik, membuat social media fatigue menjadi isu yang semakin penting untuk diperhatikan dalam era digital saat ini.
Cara Mengatasi Social Media Fatigue
Mengatasi social media fatigue memerlukan pendekatan yang terstruktur dan disiplin. Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk mengurangi kelelahan akibat media sosial:
Batasi Waktu Penggunaan
Tetapkan batasan waktu harian untuk menggunakan media sosial. Fitur seperti Screen Time di iPhone atau Digital Wellbeing di Android dapat membantu memonitor dan mengendalikan waktu yang dihabiskan di media sosial. Dengan demikian, Anda dapat mencegah diri dari terjebak dalam aktivitas scrolling yang tidak produktif.
Detoks Digital
Lakukan detoks digital secara berkala, seperti memutuskan untuk tidak menggunakan media sosial selama beberapa hari atau minggu. Ini dapat membantu mereset pikiran dan mengurangi ketergantungan pada platform tersebut.
Kelola Notifikasi
Matikan notifikasi dari aplikasi media sosial yang tidak perlu. Notifikasi yang terus-menerus dapat meningkatkan stres dan membuat Anda merasa harus selalu terhubung. Pilih hanya notifikasi penting untuk mengurangi distraksi.
Kurasi Konten
Ikuti akun-akun yang memberikan manfaat atau inspirasi, dan berhenti mengikuti akun yang memicu stres atau tidak relevan dengan minat Anda. Ini membantu memastikan bahwa waktu yang dihabiskan di media sosial lebih positif dan berharga.
Prioritaskan Interaksi Nyata
Fokuskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan orang-orang di sekitar Anda. Interaksi sosial di dunia nyata dapat memberikan kepuasan emosional yang lebih mendalam dibandingkan dengan interaksi online.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, Anda dapat mengurangi dampak negatif media sosial dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan digital Anda.