Mengenal Alas Roban, Kawasan Hutan di Jawa Tengah yang Terkenal Angker
Tak hanya angker, ini sisi lain Alas Roban yang menarik untuk diketahui.
Tak hanya angker, ini sisi lain Alas Roban yang menarik untuk diketahui.
Mengenal Alas Roban, Kawasan Hutan di Jawa Tengah yang Terkenal Angker
Alas Roban merupakan kawasan hutan yang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Bila musim mudik, kawasan ini termasuk salah satu tempat yang sangat rawan akan terjadinya kecelakaan. Kecelakaan pun bukan tanpa sebab, karena ketika memasuki kawasan Alas Roban, Jalan Pantura yang menjadi jalan nomor satu se-Jawa itu akan berkelok dan menanjak curam.
Secara geografis, Hutan Alas Roban berada di Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jalan yang membelah hutan ini berkelok-kelok dan kanan kirinya ditumbuhi pepohonan yang tinggi.
Kurangnya penerangan jalan juga membuat suasana tempat ini semakin seram terutama pada malam hari.
Cerita mistis yang membayangi tempat ini memang sudah terkenal sejak dulu. Bahkan, pada tahun 1980-an, tempat ini menjadi tempat pembuangan mayat-mayat penembak misterius (Petrus).
Berikut kisah selengkapnya tentang Alas Roban, kawasan hutan di Jawa Tengah yang terkenal akan keangkeran dan kisah-kisah mistisnya ini.
-
Apa yang unik di Alas Roban? Salah satu yang khas dari Alas Roban adalah buah pisang tanduk. Warga di Batang biasanya menyebut buah itu 'pisang byar'. Pisang tanduk di Alas Roban memiliki ukuran pohon yang sangat besar, yakni dua sampai tiga meter.
-
Alas Roban terkenal mistis, kenapa? Konon, jenazah para pekerja Jalan Raya Pos terkubur di bawah jalan proyek ambisius ini. Keangkeran Jalur Alas Roban semakin menjadi-jadi, setelah Alas Roban digunakan sebagai tempat pembuangan jenazah korban penembak misterius (petrus) sekitar tahun 1980 an.
-
Dimana Alas Roban berada? Alas Roban adalah sebuah kawasan hutan yang terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
-
Apa yang dihasilkan dari hutan Alas Roban? Salah satu lokasi di Pulau Jawa yang menjadi habitat Lebah Apis Cerana adalah Hutan Alas Roban. Keberadaan Lebah Apis Cerana di Alas Roban dimanfaatkan warga setempat untuk memanen madunya.
-
Di mana Kota Mati Alas Roban berada? Di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, ada sebuah lokasi yang cukup bersejarah. Dulunya lokasi itu menjadi pusat perekonomian dan industri pada era Hindia Belanda.Kini tempat itu menyisakan bangunan-bangunan yang sudah tak ditempati, tak heran tempat itu tampak seperti sebuah kota mati.
-
Siapa yang membangun Alas Roban? Jalur Alas Roban adalah salah satu titik Jalan Raya Pos yang menjadi megaproyek Daendles semasa Pemerintahan Hindia Belanda.
Sejarah Alas Roban
Bicara soal Alas Roban tak hanya soal kisah seramnya.
Tempat ini punya sejarah yang panjang, terutama sejak dibukanya jalan raya yang menembus hutan itu pada tahun 1811 yang merupakan jalan raya pos Daendles. Selain itu tempat ini ternyata menjadi tempat tumbuh suburnya beragam jenis pisang.
Alas Roban mulai dikenal setelah dibangunnya jalan pos yang membelah kawasan itu. Jalan raya pos yang dibangun pada masa penjajahan Belanda itu dicetuskan oleh Herman Williem Daendles yang mempekerjakan rakyat Indonesia secara paksa.
Dilansir dari Batangkab.go.id, Hutan Alas Roban pada zaman Mataram Islam sempat akan dibabat untuk pembangunan sawah yang rencananya digunakan sebagai bahan pangan para prajurit perang mereka.
Namun selama proses pembukaan hutan itu para pekerjanya banyak yang sakit dan mati. Konon mereka diganggu oleh jin yang mendiami kawasan itu. Tapi pada akhirnya jin itu dapat dikalahkan oleh Bahurekso tapi dengan syarat para jin di sana harus mendapat bagian dari hasil panen tersebut.
Lokasi dan Akses ke Alas Roban
Alas Roban terletak di jalur Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Jalannya curam berkelok, kanan-kirinya ditumbuh pohon-pohon tinggi. Kawasan ini adalah hutan belantara yang dibelah untuk dibuat jalan raya. Medannya lumayan sulit, dan banyak kelokan dan tanjakan curam.
Jalur Alas Roban merupakan sebuah jalan di pesisir Pantai Utara Pulau Jawa. Jalan ini menghubungkan kawasan-kawasan di pesisir Jawa, mulai dari Banten hingga Banyuwangi. Alas Roban merupakan salah satu titik rawan macet di Jalur Pantura, terutama pada masa lebaran.
Tak jarang kecelakaan dijumpai pada titik ini karena lingkungan di sekitar hutan masih berbentuk hutan dan minim penerangan.
Saat ini, di Alas Roban terdapat tiga jalur yang dapat dilewati yakni Jalan Poncowati (jalan lama), Jalan Lingkar Selatan, dan Jalan Pantura. Jalur utama biasanya dilewati truk gandeng dan bus, jalur selatan dilewati truk besar, sedangkan jalur utara dilewati kendaraan pribadi atau roda dua.
Pada jalur ini terdapat beberapa area kantong parkir yang didapat digunakan sopir untuk beristirahat. Sekilas, jalan di Alas Roban tidak berbeda dengan jalan-jalan lain di tengah hutan Indonesia. Lantaran penerangan jalan di Alas Roban juga belum terlalu banyak, diperlukan kewaspadaan ketika melewatinya pada malam hari.
Legenda dan Mitos Alas Roban
Terdapat dua cerita yang menjadi sumber keangkeran Alas Roban, melansir Liputan 6.
Konon jalur ini angker karena pembantaian massal atas kerja paksa masa pemerintahan Daendels. Jalur Alas Roban merupakan salah satu titik Jalan Raya Pos yang menjadi megaproyek Daendles semasa Pemerintahan Hindia Belanda.
Pembangunan Jalan Raya Pos memakan banyak korban karena kerja paksa. Banyak masyarakat pribumi yang meninggal karena sakit malaria, kelelahan, maupun kelaparan.
Konon jenazah para pekerja Jalan Raya Pos ikut dikubur di bawah proyek ambisius ini. Keangkeran Jalur Alas Roban semakin menjadi-jadi, setelah Alas Roban digunakan sebagai tempat pembuangan jenazah korban penembak misterius (petrus) sekitar tahun 1980an.
Endah Sri Hartatik dalam bukunya Dua Abad Jalan Raya Pantura (2020) menulis masyarakat sekitar kerap menemukan karung goni berisi mayat-mayat manusia dan sejumlah uang yang digunakan menguburkan mayat-mayat tersebut.
Dari dua peristiwa tersebut, muncul adanya dugaan arwah para korban kerja paksa hingga peristiwa Petrus ini bergentayangan dan menghantui siapa pun yang melintasi Jalur Alas Roban.
Tidak heran banyaknya kecelakaan yang dialami para pengemudi saat melintas jalur angker ini dihubungkan dengan cerita mistis.
Kecelakaan lalu lintas ini dianggap sebagai tumbal atau bentuk balas dendam arwah-arwah penasaran dari korban tersebut.
Keangkeran Jalur Alas Roban ini pernah membuat para sopir bus malam gentar di tahun 90-an. Hingga banyak sopir bus malam yang enggan berhenti untuk menaikturunkan penumpang di sekitar jalur tengkorak ini.
Salah satu cara yang cukup terkenal untuk "memaksa" para sopir bus malam berhenti di jalur ini adalah dengan menyulut korek api.
Konon api dari korek ini lah yang membedakan apakah manusia asli atau makhluk lain yang ingin menaiki bus dijalur ini. Meskipun secara logika keberadaan api dari korek dapat bertujuan agar calon penumpang dapat terlihat oleh sopir bus, di tengah gelapnya hutan jati dan minimnya penerangan di masa itu.
Aktivitas di Sekitar Alas Roban
Di balik keangkerannya, ternyata Alas Roban merupakan tempat tumbuhnya beragam jenis pisang.
Para penjual pisang banyak bertebaran di pinggir jalan raya dan buah-buahannya banyak dihasilkan dari lahan di sekitar hutan itu.
Namun tak hanya pisang saja, di sana juga tumbuh beraneka ragam buah-buahan lainnya di antaranya buah sirsak, buah nangka, buah sukun, durian, rambutan, dan lain sebagainya. Buah-buahan ini dijual di pinggir jalan raya yang membelah Alas Roban.
Lapak pedagang yang berjualan di pinggir jalan raya Alas Roban biasa dinamakan gubukan. Di sana dijual beraneka ragam buah-buahan terutama pisang. Dilansir dari Jatengprov.go.id, gubukan di Alas Roban sudah ada sejak zaman Belanda.
Para awalnya hanya ada tiga orang yang berjualan di sana. Namun kemudian menjamur jadi 16 orang pedagang yang merupakan warga asli Desa Timbang Kecamatan Banyuputih. Keberadaan pedagang yang semakin banyak itulah yang membuat tempat tersebut kerap diburu para pembeli dari berbagai kota.
Salah satu yang khas dari Alas Roban adalah buah pisang tanduk. Warga di Batang biasanya menyebut buah itu “pisang byar”. Pisang tanduk di Alas Roban memiliki ukuran pohon yang sangat besar, yakni dua sampai tiga meter.
Setiap kali berbuah, tandan pisangnya bisa mencapai satu meter, yang biasanya terdiri dari 8-13 sisir. Jika ditotal, berat buah dalam satu tandannya bisa mencapai 30 kilogram.
Dilansir dari Jatengprov.go.id, buahnya sendiri berukuran sangat besar dan bentuknya melengkung seperti tanduk kerbau atau banteng.
Selain bentuknya yang besar, pisang ini kaya akan gizi. Rasanya pun manis seperti madu. Untuk ukuran kecil, pisang ini dihargai Rp2.000 per biji, sementara untuk ukuran besar, pisang ini dihargai Rp2.500-3.000 per biji.