Potret Belasan Monyet Liar Sambangi Perkampungan Warga Magetan, Curi Bawang di Ladang hingga Baju Jemuran
Kawanan monyet ini diduga kekurangan makan karena hutan di lereng Gunung Lawu kondisinya memprihatinkan
Belasan monyet liar menyambangi kampung warga di Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Monyet-monyet ini diduga keluar dari habitatnya di hutan lereng Gunung Lawu karena kesusahan mendapatkan makanan.
Mereka akhirnya turun ke perkampungan warga dan mencoba mencari apapun yang bisa dimakan. Ada kalanya mereka juga mencuri barang yang tak bisa dimakan seperti baju jemuran.
Turunnya kawanan monyet ini pun membuat warga khawatir. Mereka takut monyet-monyet ini akan melukai manusia.
Warga Takut
Sudah sekitar satu pekan terakhir kawanan monyet selalu mendatangi kampung warga di Desa Sidomukti. Mereka datang setiap pagi dan sore hari.
Mengutip YouTube Liputan6, belasan monyet liar ini tak hanya membuat warga takut diserang, tetapi juga merugikan secara materi. Monyet-monyet ini merusak atap rumah warga, mencuri tanaman di ladang, hingga mencuri pakaian yang tengah dijemur di luar rumah.
"Genteng, asbes, rusak semua. Sekarang ada belasan monyet (yang datang ke permukiman warga)," tutur salah satu warga Desa Sidomukti yang bernama Kartono, dikutip dari YouTube Liputan6.
Kawanan monyet itu juga mencabuti lalu memakan bawang merah dan daun bawang prei yang ditanam di ladang warga.
Saat ini, warga berharap dinas terkait segera melakukan tindakan karena khawatir monyet-monyet liar tersebut akan melukai anak-anak setempat.
Kondisi Hutan Memprihatinkan
Kerusakan lahan di lereng Gunung Lawu semakin parah. Banyak hutan beralih fungsi sebagai lahan pertanian dan objek wisata.
Mengutip situs resmi Pemprov Jatim, Ketua Relawan Gunung Lawu Giyatno menuturkan, kondisi lereng Gunung Lawu saat ini sudah sangat memprihatinkan. Selain menanam pohon, kata dia, edukasi kepada masyarakat merupakan poin utama.
“Sebab yang memanfaatkan lahan itu masyarakat, selama ini mereka menebang pohon untuk memanfaatkan lahan. Sosialisasi dan edukasi harus ditingkatkan. Kalau bisa, pohon yang ditanam juga yang bermitos misalnya beringin, pereh, bulu. Sehingga, masyarakat takut menebang,” tandas Giyatno.