Haruskah kita takut terhadap China?
Merdeka.com - Dua hari berturut-turut, (21 dan 22/5), harian Kompas di rubrik internasionalnya menurunkan tulisan tentang kebangkitan China (Tiongkok) sebagai kekuatan dunia baru dan hal-hal yang perlu kita khawatirkan atas berbagai sikap dan langkah China seiring dengan kebangkitannya di bidang ekonomi, politik dan militer.
Rene L Pattiradjawane dalam artikel berjudul "Apakah Indonesia akan Diam?" (Kompas, 21/5), berargumen bahwa konsep Keamanan Baru Asia yang disusun China merupakan refleksi modernisasi pan-Tiongkok Raya dengan pergeseran kekuatan ke Timur yang bisa menjadi ancaman serius bagi bangunan Komunitas ASEAN 2015, mengecilkan eksistensi pilar komunitas politik dan keamanan ASEAN.
Selain itu China juga dikhawatirkan akan terus melakukan balkanisasi secara masif dalam mencapai tujuan-tujuan kepentingan nasionalnya dan mempertanyakan apakah Indonesia akan diam saja melihat perkembangan ini.
-
Bagaimana Hari Inovasi Indonesia mendorong inovasi? Hari Inovasi Indonesia mendorong agar individu dan pelaku bisnis untuk lebih produktif menciptakan gagasan dan ide yang inovatif.
-
Siapa yang akan dihadapi Indonesia? Selanjutnya, Jay Idzes dan rekan-rekannya akan menghadapi Jepang. Pertandingan yang dijadwalkan berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada 15 November itu menempatkan tim asuhan Shin Tae-yong dalam posisi yang cukup menegangkan.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Bagaimana Indonesia dibentuk? Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, terdiri dari ribuan pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke.
-
Mengapa timnas Indonesia harus menghadapi tim kuat Asia? Pertandingan ini diprediksi akan berlangsung sengit, karena skuad Garuda harus melawan salah satu kandidat juara Asia.
-
Bagaimana Malaysia ingin meniru Indonesia? 'Banyak negara di Asia Tenggara yang menganalisis perkembangan Indonesia untuk mencari tahu pelajaran yang bisa diambil. Dari sudut pandang media Indonesia, sepak bola Malaysia berusaha merancang strategi yang serupa,' tambahnya.
Sehari kemudian, dalam analisis berjudul "Tiongkok, Menakjubkan Sekaligus Menakutkan" (Kompas, 22/5), selain diuraikan tentang peningkatan ekonomi China yang akan diiringi penegakan otot geopolitiknya, juga menyalahkan Indonesia yang dianggap sebagai induk informal ASEAN yang telah kehilangan taring soal Laut China Selatan dengan penyia-nyiaan waktu sehingga tidak bisa melindungi rekannya se-ASEAN.
Uraian pandangan dalam Kompas tersebut nampaknya sejalan dengan argumen yang dibangun oleh AS yang mencoba menampilkan China dengan kebangkitannya sebagai agresor yang harus ditakuti dan diredam sebagaimana muncul kuat dalam kunjungan Presiden Obama ke Jepang, Filipina, Korea Selatan, dan Malaysia pada April lalu, yang dikenal sebagai "scare tactics".
Tak salah kalau kita seharusnya memandang secara lebih jernih atas isu ini. Mari kita renungkan sejenak misalnya dari satu segi saja. Ketika China menjadi kekuatan raksasa ekonomi, ia akan makin tergantung pada rute perkapalan yang aman bagi impor energi, barang dan materi lainnya. Ini menumbuhkan kebutuhan akan pembangunan kekuatan armada laut untuk memastikan ekonomi China tidak terancam oleh blokade laut.
Apa yang oleh China dipandang sebagai keharusan pertahanan bisa dianggap sebagai sikap agresif dan ekpansionis oleh para tetangganya dan AS. Dan apa yang tampak sebagai keharusan defensif oleh AS dan sekutunya di Asia, seperti memperkuat kapasitas militer di kawasan untuk mengelola atau menghadapi kebangkitan China, akan dianggap oleh China sebagai upaya agresif pembendungan terhadapnya.
Kesan pembendungan oleh AS memang sulit dibantah. Politik luar negeri AS terhadap China memang terasa lebih bersifat "contain" daripada "engage", seperti dalam hal dukungan terhadap Filipina dalam sengketa Laut China Selatan dan terhadap Jepang dalam sengketa "Laut China Timur". Dalam dalam tiap sengketa yang melibatkan China, AS tampaknya secara otomatis akan mendukung lawan China baik langsung maupun tidak.
Bagaimana seharusnya Indonesia memandang dan bersikap? Kebangkitan kekuatan China dan seperti munculnya adidaya lain sebelumnya selalu memerlukan ruang strategis untuk terus kuat (survive) dan pengembangannya lebih lanjut. Dalam kaitan ini kita berharap China dapat menyesuaikan diri terhadap arsitektur regional dan global, sementara masyarakat internasional, termasuk Indonesia dan meng-engage China secara konstruktif.
Kebangkitan China dan sengketa dengan negara tetanggnya memang menimbulkan tantangan terhadap tata hubungan regional dan global yang telah ada. Karena itu China perlu menyesuaikan diplomasinya secara hati-hati untuk menghindari salah paham.
Indonesia dan para pemimpin lainnya di kawasan serta AS perlu bersikap bijaksana untuk menemukan solusi diplomatik terhadap munculnya ketegangan geo-ekonomi dan geo-politik yang besar ini. Satu hal yang penting yang hilang dalam persolan ini adalah tidak adanya institusi regional pendukung yang bisa benar-benar berperan dan diterima semua pihak secara terbuka untuk meredakan kekhawatiran.
Indonesia mempunyai peluang menciptakan terobosan sebagai pemimpinan informal ASEAN dengan membentuk forum untuk membangun rasa saling percaya seperti yang pernah dimainkan oleh ASEAN Regional Forum dengan format atau cita rasa baru atau merevitalisasinya sesuai tuntutan perkembangan. Dengan kata lain, Indonesia tidak perlu takut tapi justru secara kreatif dan konstruktif menghadapi kebangkitan China.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi ingin RI tak mau kalah dan harus memperluas pasar produk lokalnya.
Baca SelengkapnyaResponden mengharapkan bentuk kerja sama dengan negara Asean sebanyak 47,0 persen untuk membuat aliansi Pertahanan.
Baca SelengkapnyaPrabowo menilai kadang-kadang orang asing ke Indonesia memiliki niat tidak baik dengan mengambil harta kekayaan di tanah air.
Baca SelengkapnyaBerkembangnya hilirisasi Indonesia bikin China-Eropa ketar-ketir.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, Mendag Zulkifli mengaku tak meresnpons serius ungkapan tersebut. Dia hanya mengamini kalau Indonesia kelak akan menjadi negara besar.
Baca SelengkapnyaIndonesia punya semua persyaratan untuk menjadi negara maju
Baca SelengkapnyaMenko Luhut sebut hubungan Indonesia dan China makin harmonis dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaNamun, menurut Jokowi, untuk menuju tiga negara yang memiliki kekuatan ekonomi di Asia, masih dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Baca SelengkapnyaPerusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaInvestasi ini terdiri dari berbagai bidang, mulai dari ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga hilirisasi.
Baca SelengkapnyaLuhut menegaskan bahwa China adalah salah satu mitra komprehensif strategis terpenting Indonesia dalam hal perdagangan dan investasi.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus serius menggarap industri hilirisasi ini dengan membangun roadmap
Baca Selengkapnya