Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Haruskah kita takut terhadap China?

Haruskah kita takut terhadap China? Latihan perang Paskhas TNI-tentara China. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Dua hari berturut-turut, (21 dan 22/5), harian Kompas di rubrik internasionalnya menurunkan tulisan tentang kebangkitan China (Tiongkok) sebagai kekuatan dunia baru dan hal-hal yang perlu kita khawatirkan atas berbagai sikap dan langkah China seiring dengan kebangkitannya di bidang ekonomi, politik dan militer.

Rene L Pattiradjawane dalam artikel berjudul "Apakah Indonesia akan Diam?" (Kompas, 21/5), berargumen bahwa konsep Keamanan Baru Asia yang disusun China merupakan refleksi modernisasi pan-Tiongkok Raya dengan pergeseran kekuatan ke Timur yang bisa menjadi ancaman serius bagi bangunan Komunitas ASEAN 2015, mengecilkan eksistensi pilar komunitas politik dan keamanan ASEAN.

Selain itu China juga dikhawatirkan akan terus melakukan balkanisasi secara masif dalam mencapai tujuan-tujuan kepentingan nasionalnya dan mempertanyakan apakah Indonesia akan diam saja melihat perkembangan ini.

Sehari kemudian, dalam analisis berjudul "Tiongkok, Menakjubkan Sekaligus Menakutkan" (Kompas, 22/5), selain diuraikan tentang peningkatan ekonomi China yang  akan diiringi penegakan otot geopolitiknya, juga menyalahkan Indonesia yang dianggap sebagai induk informal ASEAN yang telah kehilangan taring soal Laut China Selatan dengan penyia-nyiaan waktu sehingga tidak bisa melindungi rekannya se-ASEAN.

Uraian pandangan dalam Kompas tersebut nampaknya sejalan dengan argumen yang dibangun oleh AS yang mencoba menampilkan China dengan kebangkitannya sebagai agresor yang harus ditakuti dan diredam sebagaimana muncul kuat dalam kunjungan Presiden Obama ke Jepang, Filipina, Korea Selatan, dan Malaysia pada April lalu, yang dikenal sebagai "scare tactics".

Tak salah kalau kita seharusnya memandang secara lebih jernih atas isu ini. Mari kita renungkan sejenak misalnya dari satu segi saja. Ketika China menjadi kekuatan raksasa ekonomi, ia akan makin tergantung pada rute perkapalan yang aman bagi impor energi, barang dan materi lainnya. Ini menumbuhkan kebutuhan akan pembangunan kekuatan armada laut untuk memastikan ekonomi China tidak terancam oleh blokade laut.

Apa yang oleh China dipandang sebagai keharusan pertahanan bisa dianggap sebagai sikap agresif dan ekpansionis oleh para tetangganya dan AS. Dan apa yang tampak sebagai keharusan defensif oleh AS dan sekutunya di Asia, seperti memperkuat kapasitas militer di kawasan untuk mengelola  atau menghadapi kebangkitan China, akan dianggap oleh China sebagai upaya agresif pembendungan terhadapnya.

Kesan pembendungan oleh AS memang sulit dibantah. Politik luar negeri AS terhadap China memang terasa lebih bersifat "contain" daripada "engage", seperti dalam hal dukungan terhadap Filipina dalam sengketa Laut China Selatan dan terhadap Jepang dalam sengketa "Laut China Timur". Dalam dalam tiap sengketa yang melibatkan China, AS tampaknya secara otomatis akan mendukung lawan China baik langsung maupun tidak.

Bagaimana seharusnya Indonesia memandang dan bersikap? Kebangkitan kekuatan China dan seperti munculnya adidaya lain sebelumnya selalu memerlukan ruang strategis  untuk terus kuat (survive) dan pengembangannya lebih lanjut. Dalam kaitan ini kita berharap China dapat menyesuaikan diri terhadap arsitektur regional dan global, sementara masyarakat internasional, termasuk Indonesia dan meng-engage China secara konstruktif.

Kebangkitan China dan sengketa dengan negara tetanggnya memang menimbulkan tantangan terhadap tata hubungan regional dan global yang telah ada. Karena itu China perlu menyesuaikan diplomasinya secara hati-hati untuk menghindari salah paham.

Indonesia dan para pemimpin lainnya di kawasan serta AS perlu bersikap bijaksana untuk menemukan solusi diplomatik terhadap munculnya ketegangan geo-ekonomi dan geo-politik yang besar ini. Satu hal yang penting yang hilang dalam persolan ini adalah tidak adanya institusi regional pendukung yang bisa benar-benar berperan dan diterima semua pihak secara terbuka untuk meredakan kekhawatiran.

Indonesia mempunyai peluang menciptakan terobosan sebagai pemimpinan informal ASEAN  dengan membentuk forum untuk membangun rasa saling percaya seperti yang pernah dimainkan oleh ASEAN Regional Forum dengan format atau cita rasa baru atau merevitalisasinya sesuai tuntutan perkembangan. Dengan kata lain, Indonesia tidak perlu takut tapi justru secara kreatif dan konstruktif menghadapi kebangkitan China.

(mdk/tts)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi: Banyak Negara Khawatir Masuknya Produk China yang Masif, Harga Murah
Jokowi: Banyak Negara Khawatir Masuknya Produk China yang Masif, Harga Murah

Jokowi ingin RI tak mau kalah dan harus memperluas pasar produk lokalnya.

Baca Selengkapnya
Survei ISDS dan Litbang Kompas: Publik Anggap China Ancaman Bagi Asean di Laut China Selatan
Survei ISDS dan Litbang Kompas: Publik Anggap China Ancaman Bagi Asean di Laut China Selatan

Responden mengharapkan bentuk kerja sama dengan negara Asean sebanyak 47,0 persen untuk membuat aliansi Pertahanan.

Baca Selengkapnya
Prabowo: Dunia Soroti Indonesia Sebagai Raksasa Sedang Bangun
Prabowo: Dunia Soroti Indonesia Sebagai Raksasa Sedang Bangun

Prabowo menilai kadang-kadang orang asing ke Indonesia memiliki niat tidak baik dengan mengambil harta kekayaan di tanah air.

Baca Selengkapnya
Sampai Bikin China-Eropa Khawatir, Begini Suksesnya Hilirisasi Indonesia yang Diungkapkan Eks Mendag Lutfi
Sampai Bikin China-Eropa Khawatir, Begini Suksesnya Hilirisasi Indonesia yang Diungkapkan Eks Mendag Lutfi

Berkembangnya hilirisasi Indonesia bikin China-Eropa ketar-ketir.

Baca Selengkapnya
Diam-Diam China Rayu Indonesia agar Tak Turuti Kebijakan Perdagangan Negara Barat
Diam-Diam China Rayu Indonesia agar Tak Turuti Kebijakan Perdagangan Negara Barat

Meski begitu, Mendag Zulkifli mengaku tak meresnpons serius ungkapan tersebut. Dia hanya mengamini kalau Indonesia kelak akan menjadi negara besar.

Baca Selengkapnya
Gara-Gara Ini, Indonesia Bisa Gagal Jadi Negara Maju
Gara-Gara Ini, Indonesia Bisa Gagal Jadi Negara Maju

Indonesia punya semua persyaratan untuk menjadi negara maju

Baca Selengkapnya
Luhut Jamin, Dibawah Prabowo-Gibran Hubungan Indonesia China Makin Mesra Lewat Kerja Sama Ini
Luhut Jamin, Dibawah Prabowo-Gibran Hubungan Indonesia China Makin Mesra Lewat Kerja Sama Ini

Menko Luhut sebut hubungan Indonesia dan China makin harmonis dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya
Jokowi Prediksi Indonesia Masuk Negara Perekonomian Terkuat di ASIA, Setara China dan India
Jokowi Prediksi Indonesia Masuk Negara Perekonomian Terkuat di ASIA, Setara China dan India

Namun, menurut Jokowi, untuk menuju tiga negara yang memiliki kekuatan ekonomi di Asia, masih dihadapkan dengan berbagai tantangan.

Baca Selengkapnya
Lobi-Lobi China Berkaitan Ekonomi Digital Memang Nyata, Ini Buktinya
Lobi-Lobi China Berkaitan Ekonomi Digital Memang Nyata, Ini Buktinya

Perusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Pengusaha RI-China Teken Perjanjian Investasi Senilai USD 10,7 Miliar, Disaksikan Langsung Prabowo
Pengusaha RI-China Teken Perjanjian Investasi Senilai USD 10,7 Miliar, Disaksikan Langsung Prabowo

Investasi ini terdiri dari berbagai bidang, mulai dari ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga hilirisasi.

Baca Selengkapnya
Menko Luhut: Bea Masuk Tekstil Bukan untuk Serang China
Menko Luhut: Bea Masuk Tekstil Bukan untuk Serang China

Luhut menegaskan bahwa China adalah salah satu mitra komprehensif strategis terpenting Indonesia dalam hal perdagangan dan investasi.

Baca Selengkapnya
Pakar UI Nilai Hilirisasi Dapat Menghasilkan Nilai Tambah Masyarakat dan Negara
Pakar UI Nilai Hilirisasi Dapat Menghasilkan Nilai Tambah Masyarakat dan Negara

Pemerintah harus serius menggarap industri hilirisasi ini dengan membangun roadmap

Baca Selengkapnya