Pasar Selasa Jakarta yang terlupakan zaman
Merdeka.com - Sejak direbut oleh Jan Pieterszoon Coen (tahun 1619), wilayah yang kini disebut Jakarta terus bersolek. Daerah yang dahulunya hanya rawa-rawa kini menjadi kota metropolitan lengkap dengan segala fasilitasnya.
Jakarta memang terus berkembang dari tahun ke tahun. Bahkan jumlah populasinya juga semakin gemuk (Data tahun 2005, jumlah penduduk Jakarta mencapai 9,5 juta jiwa). Tak heran Richard L Forstall dalam penelitiannya tahun 2001 menempatkan Jakarta di urutan ketiga kota terbesar di dunia.
Namun semakin majunya Kota Jakarta, aspek sejarahnya ternyata mulai terhapus. Ibu Kota hanya ditata untuk ke depan, aspek historis terlupakan tergerus arus pembangunan dan modernisasi.
-
Apa nama awal Pekan Raya Jakarta? Dahulu PRJ bernama DF yang merupakan singkatan dari Djakarta Fair dalam ejaan lama.
-
Apa itu Pasar Baru? Pasar Baru menjadi salah satu landmark utama di Jakarta. Dahulu, tempat ini juga menjadi pusat perbelanjaan tertua sejak 1820.
-
Dimana Pasar Malam zaman Jepang di Jakarta diselenggarakan? Beginilah kondisi pasar malam di wilayah Jakarta sekitar tahun 1940-an.
-
Dimana Pasar Jawa berada? Pagi itu mereka mengunjungi Saoenah Markt. Orang-orang lebih mengenal tempat itu sebagai Pasar Jawa. Banyak warga Suriname keturunan Jawa yang berjualan di pasar itu.
-
Kapan Pasar Baru didirikan? Mengutip Indonesia.go.id, Pasar Baru saat ini diketahui sudah berusia 204 tahun. (Gambar: Tropen Museum) Sebelumnya tempat ini dibangun di era kepemimpinan Herman Willem Daendels pada 1820.
-
Di mana Pasar Baru berada? Lokasi Pasar Baru juga terbilang strategis dan berbatasan dengan Jalan Raya Pos serta bangunan Gedung Kesenian Jakarta.
Salah satu yang terlupakan dari sejarah Ibu Kota adalah pasar tradisional. Padahal pasar salah satu sarana penting yang membuat Jakarta semakin berkembang dari masa ke masa.
Pasar di Jakarta (Batavia) dulu hanya buka sepekan sekali. Pasar itu kemudian diberi nama sesuai hari buka. Pasar Senen yang buka hanya di Hari Senin, Pasar Selasa, Pasar Rebo, Pasar Kamis, Pasar Jumat, Pasar Sabtu dan Minggu juga demikian.
Namun kini hanya tinggal Pasar Senen dan Pasar Minggu yang masih eksis sebagai pasar. Sisanya sudah berganti nama atau menjadi nama wilayah bukan lagi sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Bahkan banyak warga Ibu Kota yang tidak tahu Pasar Selasa dan Pasar Sabtu.
Pasar Koja ©istimewa
Pasar Selasa memang sudah hilang dalam penyebutan. Kini orang lebih mengenalnya dengan sebutan Pasar Koja. Padahal pasar yang berada di Jalan Kramat Raya Jaya, Jakarta Utara ini dulunya hanya buka setiap hari Selasa.
Jumat (3/2) pagi merdeka.com mendatangi Pasar Koja. Namun beberapa pedagang yang ada di Jalan Bhayangkara mengaku tidak tahu menahu soal Pasar Selasa. Begitu juga pedagang di kios di dalam Gedung Pasar Koja Baru yang terletak di seberang Islamic Center.
"Sejak masuk sini tahun 1970 sudah disebut Pasar Koja. Ada yang pernah bilang dulunya Pasar Selasa, tapi memang gak begitu paham," ujar Haji Badrun (69), perantau asal Padang di Pasar Koja.
Tak cuma Badrun, beberapa pedagang di Pasar Koja mengaku tidak tahu menahu soal Pasar Selasa. Pemilik toko emas yang buka sejak tahun 1967 di pasar itu juga tak tahu banyak soal nama Pasar Selasa.
"Kebetulan saya meneruskan usaha orangtua saya. Saya tahunya ya Pasar Koja," ujar Johan, warga keturunan pemilik toko emas di Pasar Koja.
Sejarawan Jakarta, Yahya Andi Saputra mengatakan, Pasar Selasa memang sudah berganti nama menjadi Pasar Koja. Perubahan ini terjadi karena Hari Selasa dianggap kurang baik bagi sebagian masyarakat untuk melakukan aktivitas jual beli atau berniaga.
Pasar Koja
"Dahulu memang pasar itu buka seminggu sekali. Pasar itu dinamai sesuai hari buka. Pasar Senen, pasar yang buka di hari Senin, Pasar Selasa sampai Minggu. Tetapi ada dua hari, yakni Selasa dan Sabtu yang dianggap tidak baik untuk melakukan usaha jual beli," ujar Yahya kepada merdeka.com, Minggu (4/2).
Karena dianggap kurang baik untuk berniaga, Pasar Sabtu dan Pasar Selasa kemudian diganti namanya. Pasar Sabtu berganti nama jadi Pasar Tenabang dan kini jadi Tanah Abang. Sedangkan pasar Selasa karena terletak di daerah Koja berganti nama jadi Pasar Koja. Namun Yahya tidak bisa memastikan mulai kapan perubahan itu.
"Soal arsip Pasar Selasa ini memang kurang penelitian mendalam. Misalnya siapa yang membangunnya. Kalau Pasar Senen dan Sabtu kan jelas, tetapi Pasar Koja ini belum terang betul. Mungkin kita perlu mencari lagi di Arsip Nasional," ujarnya.
Menurut Yahya, setiap pasar yang didirikan di zaman kolonial semestinya ada catatannya. Hal ini karena pasar di masa itu menjadi salah satu informasi penting dan juga sumber pemasukan seperti halnya pendapatan asli daerah (PAD) di era sekarang.
"Harusnya ada karena pasar waktu zaman VOC maupun kolonial Belanda memberikan sumbangsih buat mereka dan mereka biasanya membuat laporannya. Hanya saya laporan itu yang belum kita temukan sekarang ini," ujarnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BPS menyatakan, deflasi September 2024 sebesar 0,12% month-to-month. Kondisi ini menyebabkan pasar-pasar menjadi sepi.
Baca SelengkapnyaGunawan telah bekerja sebagai penjual di Blok M sejak tahun 2015, awalnya di lantai atas sebelum lantai itu ditutup.
Baca SelengkapnyaNamun rencana revitalisasi tersebut masih belum tahu kapan akan direalisasi.
Baca SelengkapnyaWanita ini perlihatkan kondisi pasar yang sangat sepi jelang Lebaran.
Baca SelengkapnyaWarga menyerbu Pasar Tanah Abang untuk berbelanja kebutuhan lebaran. Di sana mereka bisa memilih dan mencari ragam busana lebaran.
Baca SelengkapnyaKeterbatasan ruang pada masjid di lokasi tersebut membuat penyelenggaraan salat Jumat berlangsung hingga ke lorong, kios dan lapak pedagang.
Baca SelengkapnyaHari pertama puasa, jalan protokol Jakarta yang biasanya macet kini nampak lengan dan sepi.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli di Pasar Tanah Abang sudah mulai terasa usai Lebaran 2023, dan terus mengalami penurunan pengunjung hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaDulunya Pekan Raya Jakarta merupakan acara untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda.
Baca SelengkapnyaPadahal pasar pusat kota ini merupakan pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaUsai menerbitkan larangan TikTok Shop untuk berjualan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau situasi terbaru Pasar Tanah Abang.
Baca Selengkapnya