Kisah Nyai Ahmad Dahlan, dipingit dan dilarang mengenyam pendidikan
Merdeka.com - Layaknya jasa sang suami, tokoh wanita hebat yang satu ini gigih dalam menyebarluaskan Agama Islam dan mendidik perempuan. Gelar sebagai Pahlawan Nasional pun patut disandangnya, siapakah sosoknya?
Siti Walidah atau yang lebih dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan lahir dari keluarga pemuka Agama Islam dan Penghulu resmi Keraton, Kyai Haji Fadhil. Sejak kecil Siti Walidah telah mendapat pendidikan agama yang baik karena orang tuanya juga merupakan pejabat agama di Keraton Yogyakarta. Karena alasan adat yang ketat, setiap anak perempuan dalam lingkungan Keraton Yogyakarta harus tinggal (dipingit) di rumah hingga datang saatnya untuk ia menikah. Akibatnya, Siti Walidah tidak pernah mengenyam pendidikan umum kecuali pendidikan agama yang didapat dari ayahnya.
Siti Walidah selanjutnya menikah dengan sepupunya yang baru pulang dari Tanah Suci, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Setelah pernikahan itu, Siti Walidah dikenal dengan nama Nyi Ahmad Dahlan. Buah pernikahannya dengan K.H. Ahmad Dahlan adalah mereka dikaruniai enam orang anak.
-
Siapa yang menginspirasi wanita Indonesia? Di hari yang istimewa ini, mari kita renungkan kembali semangat yang telah ditanamkan oleh Kartini, yang tidak hanya menjadi inspirasi bagi wanita Indonesia, tetapi juga bagi setiap individu yang bermimpi dan berusaha untuk mencapai kesetaraan di segala aspek kehidupan.
-
Bagaimana anak perempuan pertama dididik dalam islam? Anak perempuan dalam keluarga memiliki beberapa kecenderungan sifat atau karakter. Termasuk dalam Islam, anak perempuan dididik cara tertentu yang mengutamakan akhlak dan kebaikan.
-
Siapa suami Kartini? Sosok Raden Adipati Djojoadiningrat mampu meyakinkan Kartini untuk mewujudkan bersama mimpinya membangun kesetaraan bagi kaum perempuan.
-
Apa jasa Raden Ajeng Kartini bagi Indonesia? Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat merupakan tokoh emansipasi perempuan di Indonesia. Namanya cukup populer, bahkan ada hari khusus yang diperingati tiap tahun untuk mengenang jasanya. Semasa hidupnya, ia banyak menulis soal pemikiran-pemikirannya terkait budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.
-
Bagaimana cara wanita tersebut membantu suaminya kembali beribadah? Rupanya selama 14 tahun ini, ia telah menuntun suaminya sedikit demi sedikit untuk kembali ke Tuhannya. Ia juga mengaku sempat menyerah karena tak bisa terus memaksa suaminya. Namun siapa sangka, hari ini suaminya kembali beribadah pada Allah dengan tanpa paksaan dari sang istri.
-
Siapa suami RA Kartini? Setelah menikah dengan Bupati Rembang RM Djojohadhiningrat, Kartini diboyong ke Rembang.
Sebagai suami dari seorang pemuka agama yang mempunyai pemikiran-pemikiran revolusioner, Siti Walidah dan suaminya sering mendapat kecaman dan tentangan karena pembaharuan yang dilakukanya. Namun, Siti Walidah tetap mendukung suaminya tersebut dalam berdakwah dan menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya.
Meskipun tak pernah mengenyam pendidikan umum, Nyai Ahmad Dahlan mempunyai pandangan yang luas. Hal itu disebabkan karena kedekatannya dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah dan tokoh pemimpin bangsa lainnya yang juga merupakan teman seperjuangan suaminya.
Keterlibatan Nyai Ahmad Dahlan dalam Organisasi Muhammadiyah dimulai saat ia ikut merintis kelompok pengajian wanita Sopo Tresno (Siapa Cinta) pada tahun 1914. Kegiatan yang dirintis dalam pengajian itu adalah pengkajian agama yang disampaikan secara bergantian oleh pasangan suami istri tersebut.
Setelah kelompok pengajian tersebut berjalan lancar dan anggotanya terus menerus bertambah, Nyai Ahmad Dahlan kemudian berpikir untuk mengembangkan Sopo Tresno menjadi sebuah organisasi kewanitaan berbasis Agama Islam yang mapan. Akhirnya dipilihlah nama Aisyah sebagai organisasi Islam bagi kaum wanita. Tepat pada malam peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada 22 April 1917, organisasi tersebut resmi didirikan. Siti Bariyah kemudian tampil sebagai ketuanya. Lima tahun setelah didirikan, Aisyiyah resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Nyai Dahlan memilih mengajari masyarakat dengan karya nyata. Ia membuka asrama dan sekolah-sekolah puteri dan mengadakan kursus-kursus pelajaran Islam dan pemberantasan buta huruf bagi kaum perempuan. Selain itu, ia juga mendirikan rumah-rumah miskin dan anak yatim perempuan serta menerbitkan majalah bagi kaum wanita.
Ia bersama-sama dengan pengurus Aisyiyah, sering mengadakan perjalanan ke luar daerah sampai ke pelosok desa untuk menyebarluaskan ide-idenya. Ia pun kerap mendatangi cabang-cabang Aisyiyah seperti Boyolali, Purwokerto, Pasuruan, Malang, Kepanjen, Ponorogo, Madiun, dan sebagainya. Karenanya, meski tidak duduk dalam pengurus Aisyiyah, organisasi itu menganggap Nyai A Dahlan adalah Ibu Aisiyah dan juga Ibu Muhammadiyah. Nyai Ahmad Dahlan kemudian wafat pada tanggal 31 Mei 1946 pada usia 74 tahun. (mdk/iwe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia merupakan salah satu tokoh perempuan yang berjuang di bidang pendidikan, sezaman dengan pahlawan lainnya seperti Rasuna Said hingga Rahma El Yunusiyyah.
Baca SelengkapnyaHasril Chaniago dalam buku itu juga mengatakan, Rahmah El Yunusiyyah adalah perempuan yang dijuluki Kartini Pendidikan Islam.
Baca SelengkapnyaVideo pendek ceramah Ning Laia bertebaran di media sosial, terutama TikTok
Baca SelengkapnyaSosok Rahmah El Yunusiyah, pejuang emansipasi wanita sekaligus pendiri sekolah bagi kaum wanita di Padang Panjang.
Baca SelengkapnyaIa jadi perempuan pertama di Nusantara yang memungut bea cukai dan mengawasi pedagang asing pada zaman kesultanan.
Baca SelengkapnyaKiai Maimoen Zubair alias Mbah Moen menuturkan barang siapa ingin enteng jodoh, maka berziarahlah ke makam Nyai Hamdanah.
Baca SelengkapnyaDewi Sartika, sosok emansipasi yang memiliki perjuangan hebat untuk kesetaraan perempuan.
Baca SelengkapnyaCerita hidup ibunda Anies dibagikan sang anak melalui akun media sosial X (Twitter) pribadinya.
Baca SelengkapnyaKakek Gus Dur dari jalur ibu diakui sebagai ulama besar karena keilmuannya
Baca SelengkapnyaPerempuan inspiratif asal Palembang ini menciptakan Kitas Simbur Cahaya yang berisi undang-undang tertulis berlandaskan kearifan lokal pertama di Nusantara.
Baca SelengkapnyaLebih dekat dengan Kiai Bisri Syansuri dan Nyai Nur Khodijah, kakek nenek Cak Imin ini (kalau menurut istilah gen Z) couple goals banget deh.
Baca SelengkapnyaNama HR Rasuna Said diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Jakarta Selatan.
Baca Selengkapnya